Chapter 40 : Fatal dan Batal?

1.7K 130 31
                                    

Tarik nafas, hembus! Tarik nafas, hembus! Sabar ya sabarrrrr!

**

Lima hari sejak pengakuan Rian, Lima hari juga mereka tidak berkomukasi. Rian enggan menghubungi Icha, karena memberi Icha waktu untuk berpikir dan menetralkan emosinya.

Namun, hari ini, Rian harus kerumah Icha, karena dia baru dapat kabar bahwa Icha demam. Bukan Icha yang mengabari, tapi Stephanie.

"Masuk, Rian. Ada dikamar. Kamu masuk aja kesana, gak apa-apa."

Rian mengangguk dan menuju kamar Icha. Pintunya setengah terbuka. Rian mengetuk perlahan pintu itu.

"Masuk." suara parau seseorang terdengar.

Rian masuk. "Mas Rian?"

Rian tersenyum kecil, lalu duduk dipinggir ranjang. Laki-laki mengulurkan tangannya keatas kening Icha. Panas.

"Cuma demam biasa."

"Kenapa gak kabarin aku?" tanya Rian.

Icha hanya membalas dengan senyum singkat.

"Sendiri?" tanya Icha. Rian mengangguk.

Keduanya diam.

"Aku sudah bicara sama Mama dan Papa."

"Soal?"

"Pembatalan pernikahan kita."

"Pernikahan kita gak akan batal, Cha!" tegas Rian.

"Pernikahanmu yang gak batal, aku batal, Mas."

"Aku nikah sama kamu! Bukan sama yang lain!"

Icha menggeleng. "Aku tahu kamu cinta sama aku. Kita udah susun semuanya, Cha! Kita udah ngerencanain semuanya."

"Manusia berencana, allah yang nentuin kan, Mas? Kita gak bisa melawan takdir allah."

"Cha, kamu boleh marah sama aku sepuas kamu, tapi jangan hukum aku dengan cara kaya gini. Cha, aku mohon..." Rian menarik tangan Icha, digenggamnya erat, ia letakkan didepan wajahnya. Rian benar-benar mohon kali ini.

"Mama kamu gak akan marah sama kamu. Ini pilihanmu. Kamu gak ngecewain siapapun, Mas."

"Jelas Mama gak akan kecewa dengan pilihanku, karena aku pilih kamu!" ujar Rian dengan posisi yang sama.

Icha tetap menggeleng pelan. "Tisya, Mas. Bukan aku."

"Aku sudah bicara dengan Tisya. Aku pilih kamu! Pilih kamu, Cha!"

Icha menggeleng.

Tangan Icha yang ada didepan wajah Rian terkena tetesan air mata Rian. Rian menangis.

"Aku mohon, Cha....." pinta Rian.

Icha tetap menggeleng. "Aku harus apa? Sujud dikakimu? Aku akan lakuin apapun, Cha, untuk buat kamu tetap mau ngelanjutin pernikahan kita." mohon Rian.

"Icha ngantuk, habis minum obat. Icha tidur dulu ya, Mas."

Icha menarik tangannya yang digenggam Rian dan merubah posisi tidurnya memunggungi Rian. Diam-diam Icha juga menangis. Rian masih diam. Rian terbakar oleh lingkaran api yang ia buat sendiri. Icha, sepertinya tidak akan mau menolongnya dan membiarkannya mati terbakar disana.

"Loh, Ichanya tidur Rian?" tanya Mama Icha yang tiba-tiba masuk membawa nampan berisi obat-obatan.

Rian mengangguk. "Belum minum obat dia, udah tidur aja."

Rian tersenyum miris. "Icha sudah dibawa kedokter, Ma?"

"Dokternya tadi baru dari sini."

"Sakit apa?"

Lucky (Rian Ardianto)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang