20 AM : Terpancing

1.1K 106 36
                                    

Maaf ya guys, konflik lagi, konflik lagi wkwkwkw

**

"Mas Rian?"

Rian berpapasan dengan Sharina tepat didepan pintu butik.

"Eh..."

"Nyari Mbak Icha, ya?"

Rian mengangguk. "Mbak Icha sudah pulang, Mas."

"Sudah pulang?"

Sharina mengangguk.

Sebuah dering telepon masuk membuat Rian izin mengangkat telepon sebentar pada Sharina.

"......."

"Waalaikumsalam.."

"......."

"Oh yaudah, gak apa-apa. Aku pulang aja. Hati-hati. Kabarin aku terus."

"......."

"Iya. Waalaikumsalam."

Sambungan telepon terputus. "Iya sudah pulang dia, tapi, kerumah temennya dulu ada urusan mendadak."

Sharina tersenyum kecil. "Kamu mau pulang?" Tanya Rian

Sharina mengangguk. "Naik apa?"

"Naikkk------taksi."

"Biar saya antar."

"Ah, gak usah, Mas Rian nanti ngerepotin." Tolak Sharina.

"Gak apa-apa. Kan searah."

"Nanti Mbak Icha?”

"Icha?"

"Sharina gak enak sama Mbak Icha, mas."

Rian terkekeh. "Kamu itu sudah dia anggap kayak adiknya. Jangan gak emak-enak."

Sharina terkekeh. "Yaudah kalau gitu."

"Yuk."

Sharina memang sudah cukup dekat dengan Icha dan Rian sejak mereka kenal tiga bulan lalu. Sharina yang usianya lebih muda dua tahun dari Icha membuat Icha benar-benar sudah menganggap Sharina sebagai adiknya. Rian juga begitu. Mereka sempat beberapa kali makan bertiga bersama dengan membahas hal-hal kecil maupun besar, dan cukup nyambung.

"Jadi atlet enak nggak, Mas?" Tanya Sharina memecah keheningan perjalanan mereka.

"Enak gak enak, sih..."

"Enaknya, pasti banyak duit, kan?" Kekeh Sharina

Rian juga ikut terkekeh. "Tapi gak semua atlet banyak duit." Sahut Rian

"Ya tapi Mas Rian kan, banyak duit."

"Alhamdulillah."

"Mbak Icha pasti beruntung bisa jadi istri Mas Rian." Tutur Sharina

Rian tersenyum kecil. "Saya yang beruntung punya dia." Sahut Rian

"Oh ya? Kenapa?"

"Ya karena, Saya dapat istri yang baik hati kaya dia."

Lucky (Rian Ardianto)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang