Prolog

1.1K 27 0
                                    

⚫⚫⚫

Menikah dengan seseorang yang sangat dicintai itu bahagia bukan? Tentu iya, kenapa tidak? Toh suami istri harus saling mencintai, kalau tidak? Bagaimana membangun rumah tangga yang harmonis. Iya kan?

Hari ini, hari dimana yang sangat dinanti-nanti oleh kedua insan yang saling mencintai. Dan yah, hari ini adalah hari pernikahan mereka.

"Saya terima nikahnya Alisya Ayudia Alfarizi binti Sahal Alfarizi dengan maskawin cincin mas 5gram dibayar tunai." dengan lantang dan menggema didalam ruangan, seorang pria tampan telah mengucapkan ijab kabul dengan sekali tarik napas.

"Bagaimana para saksi, sahh?" ucap Pak Penghulu.

"Sahhhh."

"Alhamdulillah," semua menadahkan tangannya dan berdoa yang di pimpin oleh Pak Penghulu.

Ditempat lain, seorang wanita yang terbalut pakaian putih syar'i khas baju pengantin dengan mahkota kecil yang menempel diatas kepala yang terbalut oleh hijab. Sangat cantik, cantik sekali.

Mendengar kata 'sah' seketika air mata wanita cantik itu menetes.

"Sayang kamu kenapa?" tanya seorang wanita setengah baya yang berada disampingnya.

"Gapapa Mah, aku bahagia," balasnya tersenyum, memeluk sang mamah.

"Yaudah, sekarang kita kebawah," ucap sang Mamah, sembari melepaskan pelukannya dan Alisya sang wanita cantik itu membalas dengan menganggukan kepalanya.

Sang pengantin wanita, ibunya dan juga kakaknya kini tengah berjalan berdampingan menuruni anak tangga, untuk sampai ke sang pengantin pria, Yang kini telah sah menjadi suaminya.

Banyak sekali pujian yang terdengar oleh telinganya, ia hanya menundukan kepalanya. Malu mungkin, atau ntahlah.

Ia duduk dengan perlahan disamping sang suami, setelah itu memasangkan cincin. Lalu, menciumi punggung tangannya. Dan dibalas dengan kecupan hangat dikening sang istri.

Sekarang, mereka tengah duduk diatas pelaminan yang sangat indah itu. Meski digelar dirumah, tetapi pernikahan itu sangat mewah dan meriah.

"Kamu sangat cantik, Sayang." puji sang suami, sebut saja namanya Fikri, Fikri Taufik Jaya.

Dan, sang empu yang dipuji hanya menundukan kepalanya menyembunyikan wajahnya bak seperti udang rebus.

"Hey, hey jangan nunduk dong, Sayang. Kan gak keliatan wajah yang cantiknya." godanya lagi, sembari menganggatkan dagu sang istri.

Alisya, sang empu itu hanya mampu tersenyum sekilas dan kembali menundukan kepalanya lagi.

"Hey kalian, malah asyik pacaran. Bukannya sambut para tamu." ucap seorang pria setengah baya dengan nada tegas, tapi terkesan candaan. Sang mertua Alisya, Bapak Mahesa Andrajaya.

"Ihh, gakpapa dong Pah, Orang udah sah ini." balas sang anaknya, Fikri.

Alisya mendonggak melihat orang yang berbicara pada mereka, dan wanita itu hanya tersenyum malu-malu dihadapan sang mertua.

"Terserah lah, yang penting sekarang kalian sambut tuh para tamu." ucap Mahesa, ayah keduanya.

"Siap papahku yang ganteungg."

Dan kini, mereka tengah menyambut para tamu. Tak luput senyuman manis yang menghiasi bibir mereka.

⚫⚫⚫

Kini, jam menunjukan pukul 9malam. Kedua insan itu tengah berada dikamar pengantin mereka, setelah para tamu pulang semua dan acara selesai.

"Fik mandi gih." titah Alisya pada suaminya.

"Kok masih manggil Fik sih? Kan aku udah jadi suami kamu, panggilnya Sayang kek, Papah kek, Ayah kek, Mas kek, atau Kakak gitu." rajuk Fikri, dengan muka sedih.

Alisya yang mendapat rajukan dengan muka sedih hanya menutup mulut dengan tangan. "Ehh, lupa hehe. Panggil Mas aja boleh yah?"

"Boleh dong, apasi yang enggak buat istri tercinta ini, cupp." jawab fikri mengecup kening ica.

"Ihh, main nyosor aja." jawab ica dengan membalikan mukanya, melanjutkan menyisir rambutnya yang tertunda.

"Gak papa dong, ke istri sendiri ini. Dari pada ke tetangga." jawabnya, memeluk ica dari belakang.

"Ihh peluk-peluk lagi, Mandi sana! Kamu bau."

"Gak bau kok, harum gini."

"Cepet mandi, atau tidur disofa?" ancam ica.

"Iya deh iya aku mandi." balas fikri melepaskan pelukannya, dan berjalan ke arah kamar mandi.

⚫⚫⚫

☆ nya aku tunggu:)

Cinta Sang Dokter (Slow Up)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang