OS - Ten

1.4K 145 4
                                    

10.Indah's Deeds and Lies


Bani terduduk perih dilantai koridor rumah sakit, sementara Syifa duduk dengan bahu yang bergetar.  Mendengar kondisi Prilly yang memprihatinkan membuat Syifa benar-benar ingin membunuh Indah.

"Bukan."

"Terus apa dok?"

"Darah dari hidungnya adalah dampak penyakit plexus kiesselbach, penyakit ini tidak terlalu parah karena pasien tidak mengeluarkan darahnya lebih dari 15 menit. Tapi jika ia begitu lagi dan jangka waktunya lebih lama segera bawa kedokter, jangan dibiarkan!"

"Loh dok? Penyebabnya apa?"

"Trauma benturan, tak perlu khawatir lagi kami sudah melakukan yang terbaik pada pasien. Dan luka pada dahinya, dahinya terbentur dengan luka sobekan yang cukup dalam, ini terjadi karena pasien yang tidak sengaja menggeser kepalanya."

"Lalu bagaimana dokter?" Syifa menangis.

"Pasien sudah kami tangani, dan saya sudah menjahit dahinya, kami sedang menunggu pasien sadar namun sepertinya sampai sekarang pasien masih betah dalam keadaan tidak sadarnya."

Bani memeluk Syifa erat, mengusap-ngusap lengan Syifa penuh kelembutan "Berapa jahitannya dokter?"

"Ada 5 diluar dan 5 didalam. Total semua jahitan ada 10 untuk luka sobek yang cukup dalam."

"10 jaitan? Hikshiks." cicit Syifa makin histeris.

"Setelah pasien sadar nanti akan diberitahu oleh suster. Untuk sementara tunggu diluar dulu karena kondisinya masih lemah untuk dijenguk."

"Saya permisi."

"Makasih dok,"

Cleck

"Pasien sudah sadar mbak, mas namun seperti biasanya pasien jangan diajak bicara tentang kejadian tadi dulu, karena pasien masih syok dan akan memperburuk keadaan. Saya permisi!"

Syifa dan Bani segera masuk kedalam ruangan tersebut, melihat Prilly yang sedang meringis memegang dahinya. "Awsh..."

"Prel?" Prilly menoleh tersenyum pada kedua sahabatnya.

Prilly mengerutkan dahinya bingung "Kenapa nangis?" Syifa menggeleng.

"Jangan banyak pikiran dulu ya." Prilly yang tak mengertipun hanya mengangguk kaku.

"Istirahat aja ya, kita temenin lo."

"Loh ga akan balik?"

"Permisi, ayo saya periksa dulu." dokter muda itu mendekat pada Prilly. "Makin membaik, tapi untuk sehari menginap disini saja ya? Biar suster disini yang bantu mengganti perbannya." Prilly hanya mengangguk.

"Makasih dokter."

Dokter mengangguk "Saya pamit dulu!"

"Prel, Ban gue kayanya mau kesekolah dulu."

"Sip, jangan kasih tau siapapun kalo gue disini, termasuk guru-guru." Syifa mengangguk patuh.

"Mau ngapain sih kesekolah lagi?"

"Jam 4 gue ada rapat osis dan ga mungkin kalo gue ga izin dulu? Lagian tas kita masih disekolah?" Bani mengangguk lalu mengantarkan Syifa menuju depan klinik. "hati-hati!"
---------
Sementara disekolah Ali terduduk menunggu Indah yang masih terbaring diberangkar UKS. PMR yang memeriksa Indah mengatakan bahwa Indah tak apa-apa, bahkan tak ada luka kecil sama sekali, membuat ada sedikit rasa ragu untuk mempercayai Indah yang katanya sedang pingsan.

"Eughh,"

"Alex?" Indah mendudukan dirinya bersandar pada sandaran brangkar. "Kata dokter, aku kenapa? Amnesia? Pasti, soalnya Bani kenceng banget ngedorong akunya."

Ali mendelik malas, jika amnesia mengapa gadis itu mengenalnya? Pura-pura bodoh apa memang bodoh?. "Lo gapapa kali."

"Alex makasih ya, kalo ga ada kamu mungkin aku abis dipukul sama April dan Bani."

"Cewe gue ga pernah mukul orang!"

"Huh kamu baik banget sih sama dia. Padahal aku gini juga gara-gara ngebela kamu."

Ali mengernyit bingung "Maksud lo?"

"Tadi aku liat April lagi suap-suapan sama Bani. Pas aku tegur, dia malah ga terima dan ngancem aku buat ga bilang ke kamu." Indah tersenyum miring, mendapati wajah Ali yang sedang menahan marah.

"Gue mau balik." Ali beranjak namun segera ditahan oleh Indah. "Aku pulang sama siapa?"

"Bukan urusan gue!"

"Hiks... hiks Alex aku ga bisa jalan."

"Heh! Kalaupun lo kebentur yang ga berfungsi itu otak lo, bukan kaki lo." Indah makin menangis histeris membuat Ali mau tak mau menggendongnya lagi.

Hanya karena rasa cemburunya Ali rela bertahan disini, di UKS. Menunggu seseorang yang pingsan hingga 2 jamnya, Ali jadi sedikit ragu. Sebenarnya Indah pingsan atau latihan mati sih?. Tidak perlu latihan, langsung mati lebih baik, astagfirullah.

Hingga dibelokan koridor Ali berpapasan dengan Syifa, sahabat kekasihnya. "Pantes ya, perempuan ular sama laki-laki kadal, siap-siap anaknya buaya darat. Menjijikan!" desis Syifa tajam.

"Maksud lo apa?!" Indah turun dari gendongan Ali menghampiri Syifa yang tengah menatapnya sinis.

"Heh monkey! Itu lo bisa jalan!" Ali mengeram marah hingga tanpa sadar menyebut Indah dengan nama hewan, yang tak pernah Ali ucapkan. Hati Prilly benar, Ali berubah pada semua perempuan, sosok Ali yang lemah lembut sudah terkubur dalam-dalam dengan kekecewaan Prilly. Mungkin?.

.....
A/N: Tuh kann dah jelas... Ali gitu karena cemburu :"( wkwk jan hujat Aleeee kuhhhh.

Our Struggle [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang