6.Mother Ali's Visit
"Nih balesan gue." suara lembut namun ketus itu membuat Angga mendongkak dan tersenyum.Angga bangkit dari duduknya menarik gadis cantik ketepi lapangan. "Makasih udah dibales cantik."
Syifa, gadis cantik itu memutar bola matanya malas "Baca dulu. Gue mau balik kelas."
"Iya pasti dibaca. Siang ini cerah ya kaya senyum aku yang nerima balasan dari kamu."
"Tapi minuman yang gue minum jadi asem gara-gara liat muka lo." Syifa mendengus lalu berlalu meninggalkan Angga begitu saja.
Angga hanya tersenyum. Pada dasarnya seketus apapun kakak kelasnya itu, Angga akan tetap mempertahankan rasanya karena sifat ketusnya lah yang membuat Angga benar-benar memperjuangkannya.
Angga membuka suratnya, lalu membacanya dengan seksama.
Bodoamat emang gue pak mamat!
"Ka Syifa mah jahaddd!"
------
Hari ini adalah hari Minggu, hari dimana anak-anak sekolahan bisa bebas mau berbuat apapun. Ali, laki-laki itu nampak tengah bercermin dengan tangan yang sibuk membenarkan kerah kemejanya.Melangkahkan kakinya lalu bergegas mencari kunci mobilnya yang selalu ia simpan diatas nakas. Ali laki-laki yang terbilang jarang memakai mobil, ia lebih suka memakai motornya itu. Namun kali ini sang mamah ingin ikut, ikut bermain kerumahnya Prilly.
"Ali, kamu ini anak cowo loh masa mandi aja sampe 1 jam gini." gerutu Resi terkekeh kecil. Ia menyambar tas guccinya lalu membenarkan tataan rambutnya.
Prilly tidak tahu bahwa hari ini Ali dan Resi akan kerumahnya, tadinya Ali mau mengabari namun sang mamah-lah yang tidak setuju.
"Ga usah kabarin dia, kita diam-diam aja kesananya. Mamah pengen tahu sifat asli dia. Kalo kita ngabarin ntar yang ada dia belaga sok caper sama mamah."
"Oh yaudah, lagian mamah ga percayaan banget Prilly baik."
"Jaga-jaga dong beb."
Hingga kini keduanya sudah duduk nyaman dijok mobil. Ali duduk dibelakang kemudi sementara Resi duduk disamping kemudi.
Membelah lautan aspal dengan jarak 3,2 km sudah biasa untuk Ali namun Resi sepertinya nampak tak nyaman karena tak terbiasa duduk lama seperti ini, terlebih lagi jalan benar-benar padat diminggu siang.
"Ini rumahnya?" tanya Resi menatap lekat rumah yang berada tepat disamping kanannya.
"Iya mah."
"Dia anak orang kaya?" tanya Resi kini menatap Ali. Sementara Ali mengangguk mengiyakan. Kenapa Resi bertanya begitu? Sebab dulu rumah Indah tak sebesar ini, bahkan perbandingannya begitu jauh.
"Eh den Ali, saya bukakan dulu gerbangnya ya." Pak Weru selaku penjaga rumah Prilly membuka pagar yang menjulang tinggi itu secara cepat.
Ali berterimakasih lalu memasukan mobilnya.
"Prilly lagi apa pak?"
"Eh itu den, nona Prilly teh sedang apa gitu, saya gatau hehe soalnya kan saya daritadi disini." Ali terkekeh mendengarnya, kenapa tidak menjawab tidak tahu saja?.
"Saya, sama mamah saya boleh langsung masuk? Mau ngasih kejutan gitu." Resi keluar menundukan kepalanya sedikit memberi hormat.
"Iya atuh masuk saja. Selamat datang nyonya."
Keduanya pun bergegas masuk namun tanpa mengetuk pintu dulu, tetap mengucapkan salam namun terdengar pelan.
Berjalan kearah dapur keduanya terkejut kala mendengar suara "Awshhh sakittt."
Ali berlari kencang dan disusuli oleh Resi, setelah sampai didapur Ali terdiam menatap Prilly yang malah sedang terkikik geli, Menatap ponselnya.
"Bibi dia lagi masak malah kejedug lemari." ujarnya masih terkikik, sementara wanita paruh baya itu ikut melihatnya dan langsung pula ikut terkekeh.
"Cantik, ini udah bibi bersihin baskomnya." bibi menyerahkan benda itu pada Prilly, majikannya.
"Makasih bibi." Prilly mulai berkutat dengan 1 wadah baskom dan 5 butir telur. Hingga bibi berbalik dan terkejut mendapati Ali dan... Wanita dewasa yang tak ia kenal?.
"Den Ali?" bibi menunduk hormat sementara Ali hanya tersenyum kecil.
Prilly terkekeh menanggapin ucapan pembantunya itu "Ali ga kesini bi, jangan halu!" Prilly pun ikut berbalik
Degh
"Ali?" hati Prilly terasa berbunga-bunga ketika melihat dewa tampan sudah ada dihadapannya.
"Haii! Asik banget." Prilly tersenyum canggung, menatap ragu kearah Resi. Ali yang menyadari itupun mendekati Prilly dengan menarik tangan Resi. "Mamahnya aku."
"Emm hai tante?"
"Bibi kedepan dulu non, den dan nyonya." semua nampak mengangguk serentak.
"Emm hai cantik." Prilly nampak tergagu, wanita dewasa dihadapannya membalas ucapannya dengan bahasa yang persis seperti Prilly tadi.
Prilly mengulurkan tangannya ragu "Asalamuallaikum tante."
"Harusnya saya yang bilang gitu, asalamuallaikum."
"Eh, waalaikumsallam."
"Emm jadi kamu yang sudah membuat anak saya jauh dari Indah!?"
Prilly menelan ludahnya, sementara Ali nampak biasa saja. Tidak tahukah Ali bahwa Prilly gugup? Dan takut?.
.....
A/N: Baru sampe rumah nene:v jadi baru next wkwk. Semoga ga ngebosenin cuy:")
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Struggle [END]
RandomEnd! Mengandung sedikit kekerasan, Ada beberapa kata kotor di beberapa part, Konflik ringan dan tidak mengandung bawang bombai. "Aku berjuang untukmu!" "Dan aku pernah berjuang untukmu juga." "Kita adalah pejuang cinta diwaktu yang tidak sama." ...