OS - Three

1.6K 182 11
                                    

3.Ali's Anger Was Fleeting


Ali mendengus kesal karena kekasihnya belum juga kembali dari toilet. Setelah tadi bersenda gurau dengan Indah akhirnya Ali merasa kesepian lagi. Pasalnya Indah, gadis itu sudah pergi ditarik oleh Arkan, kekasih gelap Indah dulu ketika gadis itu masih bersama Ali.

"Lama banget sih dia." gumamnya berdecak. Hingga suara dari seseorang membuat Ali bernafas lega. Setidaknya ia tak merasa kesepian, ditengah kantin yang ramai.

"Sendiri bae." Ali menoleh lalu bertos ria ala sebuah simbol pertemanan mereka.

"Nunggu Prilly." gumam Ali lirih.

"Gue sih liat tadi dikelasnya, lagi bareng sahabat-sahabatnya." Ali menatap temannya dengan dahi berkerut, seakan-akan berkata. Masa sih?.

Melihat temannya mengangguk Ali dengan cepat beranjak "Gue ke kelas dia dulu, Bo." Rizky Azzar Tiebo, sahabat dekat Ali hanya menganggukan kepalanya lagi.
-----
"Jangan-jangan Bani suka sama lo Prel." goda Syifa yang langsung membuat Prilly menoleh. "Ish ga mungkin, sahabat itu ya sahabat, ga ada sahabat jatuh cinta sama sahabatnya."

Bani yang awalnya terkekeh langsung terdiam dan mencerna apa yang tadi Prilly ucapkan. Sahabat itu ya sahabat, ga ada sahabat jatuh cinta sama sahabatnya. 

Aprill benar, sahabat tidak seharusnya berharap lebih. "Ya kali Syip, gue suka sama yang bantet!"

Prilly menatap Bani lalu tertawa kecil "Ati-ati tuh mulut, suka beneran ga mau nanggung gue. Lagian ya kali gue juga mau sama yang modelannya kaya lo."

Bani memalingkan wajahnya sebentar, gue udah suka kalii. Hingga suara khas laki-laki membuat Bani terpaksa  menolehkan wajahnya kearah pintu kelas, yang artinya menoleh pada Prilly juga.

"Oh bagus! Gue nungguin dikantin lama-lama malah asik-asikan disini bareng calon pacar lo itu!" pekikan menusuk Ali membuat seisi kelas menegang, mereka pikir Ali tak akan sepeduli itu pada pacar keduanya. Namun yang mereka tak ketahui adalah, bahwa hanya Prilly pacar Ali sekarang.

"Ali ko gitu?" Prilly menghampiri Ali, matanya berkaca-kaca.

"Gitu gimana hah?!" Prilly tersentak, baru kali ini Ali membentak Prilly. "Kita obrolin baik-baik yah"

"Sip, gue izin pulang ya? Bilang aja gue sakit" Syifa hanya mengangguk dengan tubuh yang sedikit bergetar. Bani menatap Ali tajam, calon pacar dari mana? Belum apa-apa sudah ditolak.
------
Kini keduanya tengah terduduk dibangku besi yang memang tersedia ditaman dekat rumah Prilly. Keduanya masih diam, Prilly yang sibuk merangkai kata-kata untuk menjawab pertanyaan Ali nantinya. Dan Ali yang sibuk mencari pertanyaan untuk gadisnya.

"P!"

"Kamu kira whatsapp."

"Kenapa kamu ninggalin aku dikantin?" Prilly tertegun menatap mata Ali yang sepertinya benar-benar marah.

"Aku kira kamu udah balik duluan." tanpa babibu Prilly menjawab dengan tenang.

Ali menoleh "Masa aku ninggalin kamu?"

"Ga inget?" Ali mengerutkan dahinya bingung.

Flashback on

Hari ini tepat 3 hari dimana aksi Prilly yang dengan percaya dirinya mengungkapkan keinginannya pada Ali. Ali memang laki-laki yang ramah, bahkan terkesan memberikan perhatian pada gadis yang selalu mengaguminya.

Bukan tebar pesona namun pada kenyataannya Ali memang begitu, dari kecil abahnya selalu mengajarkan agar tidak berlaku kasar pada perempuan. Namun mungkin cara penilaian mereka yang salah atau mungkin juga cara Ali-lah yang salah.

Saat itu Prilly tengah duduk dikursi yang ada dipos keamanan sekolahnya, menunggu Ali yang sedang mengambil motornya. Hingga siulet seorang gadis makin mendekat yang berarti dia sedang menghampirinya.

"Pril,"

"Kenapa?"

"Alex perhatian sama lo?" Prilly mengangguk mengiyakan. "Tapi dia juga masih perhatian sama gue loh. Nih ya lo liat."

"Prill, ayo pulang."

"Alex, tolongin akuuu, kaki aku keram ga bisa jalan."

Ali nampak terkejut dan sedikit khawatir "Terus gue mesti gimana?"

"Anterin boleh ya?"

"Oke-oke naik gue anterin deh. Prill, pulang sendiri ya? kesian Indah." Prilly menatap Indah kesal lalu dengan terpaksa Prilly mengangguk. Setelahnya motor Ali berlalu dengan tangan Indah yang memeluk pinggang Ali mesra.

Prilly hanya diam, karena Ali akan marah jika Prilly tidak memberi izin sekalipun ada alasannya.

Flashback Off

"Ya habis kasian dia."

"Dia tuh boongan ish. Caper tauuu."

"Yaudah maaf aku udah ninggalin kamu. Pulang yu bibi kamu pasti masak enak, laper masaaa." Prilly mengangguk antusias lalu keduanya berjalan beriringan menuju motor milik Ali.

Labil? Yah Ali memang sosok laki-laki labil. Sudah tidak peka, labil pula... Untung ganteng.

.....
A/N: Habis baca jan lupa vote ya:") thanks...

Kalau ada yang nanya...
Ko sering banget upload?
Sengaja kak, supaya cepet ke endingnya... Soalnya ada 58 part:") 61 bagian dan pengen cepet-cepet beres...

Our Struggle [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang