OS - Thirty Nine

940 120 9
                                    

39.Revealed Truth


Hari berjalan dengan biasanya. Ali, laki-laki itu masih termenung memikirkan sesuatu juga memikirkan hubungan Prilly dengan Bani sementara Ujian Nasional semakin dekat. Membuat pikirannya benar-benar bercabang menjadi 3 bagian.

Enggan meninggalkan kelas, Ali memilih duduk dikursinya dengan sepotong sandwich yang tadi diberikan Rizky.

"Alex!" Ali mengalihkan pandangannya, menatap siapa gerangan yang sudah mengganggunya. Padahal ia baru saja mau melahap potongan sandwich itu.

Memutar bola matanya, Ali memilih malanjutkan melahap makanannya tanpa mengubris orang yang tadi memanggilnya.

"Aku punya cara lagi!"

Ali menyimpan sandwich yang tinggal seperempat itu, menyimpannya diatas plastik yang tadi menjadi wadahnya. Meleguk air mineral yang ia beli dan menghela nafas. "Gue ga butuh cara lo lagi! Yang harus gue lakuin itu berjuang bukan memanas-manasi!" Ali memang sudah berfikir matang-matang. Belajar dari cara sebelum-sebelumnya yang selalu gagal. Apalagi bentakan hari senin yang membuat Prilly enggan Menatapnya sedikitpun.

"Tapi Alex!"

"Mending lo ga usah ganggu gue lagi!"

"Lex, kitakan udah balikan?"

"Oh oke, kalo menurut lo kita kemarin udah balikan, dan sekarang gue pengen kita putus. Gue ga mau denger apa-apa lagi, mending lo pergi dari sini!" Ali menyertak Indah, menunjuk pintu kelas dengan tetap berusaha sabar.

"Kamu jahat!" Indah berlari dengan air mata yang mulai meluncur, jika kalian bertanya apakah Ali kasihan? Jawabannya tidak. Karena Ali sudah tak mempercayai gadis itu lagi, sejak Ali mengetahui sesuatu.

"Lo lebih jahat! Lo bikin hubungan gue sama Prilly hancur!" pada dasarnya Ali tetaplah Ali. Menangis jika ingin menangis, tanpa perduli bahwa kelas bukanlah ruangan pribadinya, siapapun bisa masuk dan melihatnya.

Bukti dari Rizky benar-benar membuat Ali membenci Indah. Gadis yang beberapa menit tadi menawarkan kelicikannya lagi.

Flashback on

"Li gue mau ngomong!" Rizky mendekat, duduk dibangkunya yang memang disebelah bangku Ali. "Tentang April!"

Ali menatap Rizky bingung. "Kenapa Prilly?"

Rizky menghela nafas sebentar. "Kejadian dikantin bikin lo marah besar itu!"

"Gue cuman lagi kalut waktu itu. Ga maksud buat bentak dia, gue cuma lagi sedih karena kangen Abah dan ditambah Prilly malah bentak-bentak cewe, nampar lagi. Gue cuma gamau dia punya masalah disekolah." penjelasan Ali membuat tangan Rizky spontan menepuk bahu Ali sekedar menguatkan.

"Tapi saat itu lo salah paham Li!"

"Maksud lo?"

"Gue baru inget dikantin ada cctv. Tadi pagi gue datengin tempat cctv itu, gue muter kejadian saat Prilly nampar Indah. Disana emang gue ga bisa denger apa yang mereka omongin, mereka kaya bisik-bisik juga. Jadi gue samperin orang yang saat itu duduk dideket mereka-

-Dia Pia, anak 11 Ips. Dia nyeritain semuanya sama gue Li"

"Dia cerita apa?"

"Dia bilang, Prilly marah karena Indah ngatain nyokap bokap Prilly ga punya sopan santun, kurang didikan. Dia juga bilang kalo Indah nyuruh Prilly jauhin lo. Itu yang dia denger."

Ali menggeleng, benar-benar tak menyangka. Perlahan kepalanya menunduk, menatap tangan yang sudah dengan beraninya menampar pipi chubby gadis lucu itu. Kenapa ia baru sadar? Bahwa tangannya pernah menampar gadis yang ingin ia rebut lagi?. Mengusap pelan bibirnya, kenapa ia baru sadar? Bibir itu pernah membentak gadis yang sekarang ingin ia ambil lagi dari orang yang bahkan mungkin lebih baik dari dirinya.

"Gue harus gimana Bo?" Rizky menghela nafas. "Kalo lo tulus, berjuang. Karena ga ada perjuangan yang mengkhianati hasil"

"Gue bodoh! Prill maafin aku!" Ali menarik ranselnya, berlari kearah parkiran dengan cepat. Tak perduli perlajaran apa selanjutnya, yang pasti ia sedang ingin sendiri.
-----
"Syif!"

Gadis yang dipanggil pun menoleh, menatap laki-laki dihadapannya khawatir. Takut-takut ia membahas pernyataan gilanya dimalam pesta Angga itu. "Ada apa?" kejadian dipesta membuat Syifa menjauhi Rizky karena ia merasa malu. Dan saat hari seninpun Syifa terpaksa berbohong, ia tidak menemui Rizky tapi ia ingin menyendiri.

"Maafin gue. Gue udah buktiin ke Ali kalo Prilly nampar Indah karena ada alesan dan tadi gue liat Ali juga nyesel."

Syifa menghela nafas lega, beruntung laki-laki itu bukan membahas hal yang bukan-bukan. "Yaudah makasih ya Ky, gue udah maafin lo kok. Maaf kalo persyaratan gue bikin lo repot." Rizky didepan sana tersenyum senang. Tidak seperti biasanya yang hanya tersenyum tipis.

"Kalo udah dimaafin, mau ga jadi pacar gue?" Rizky menggapai tangan Syifa, tekadnya sudah bulat, ingin menjadikan Syifa kekasihnya. Beberapa hari kemarin, ia cuek karena masih meyakinkan dirinya. Lagipula tidak usah ribet ditelik, dilihat dari perjuangan meminta maaf saja Rizky begitu semangat, sekalipun dengan persyaratan begitu, terlebih lagi rela membuat sahabat dekatnya menyesal dan uring-uringan.

Dipikir-pikir memang seharusnya begitu, supaya sahabatnya itu berfikir. Bahwa kita harus mendengarkan dulu jangan asal dalam menyimpulkan sesuatu.

.....
A/N: Syifa Rizkynya ampe sini aja yakkk... Biar cerita Ali Prilly Baninya enakkk wkwk... Maap geng gw lgi males ngedit:"( soalnya ini curi2 waktu sekolen:"(

Kalo mampu gw double next wkwk

Our Struggle [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang