51.Ali's Fault?
Prilly mondar-mandir didepan ruangan seseorang, begitupun Resi, mamah Ali itu mengusap-ngusap lengannya khawatir.Hingga sebuah suara pintu yang terbuka membuat Prilly segera saja menerobosnya.
Resi hanya menghela nafas lalu menghampiri dokter yang tadi menatap Prilly keheranan. "Gimana keadaan anak saya dok?"
Dokter itu tersenyum. "Anak ibu baik-baik saja. Beruntung pukulannya tidak terlalu keras, hingga tidak meninggalkan luka sedikitpun."
Resi menghela nafas lega.
"APA YANG LO LAKUIN SAMA BANI! ALI?! LO JAHAT ALIII! LO JAHAT!"
Resi tersentak dengan cepat berlari masuk menghampiri Prilly yang pipinya sudah dipenuhi oleh air mata.
"Prill?"
"ALI JAHAT TANTE ALI JAHAT! LO APAIN BANI ALI?! LO JAHAT ALIIII! GUE MAKIN BENCI SAMA LO!" Prilly menunjuk-nunjuk wajah Ali dengan telunjuknya. Menghampiri Ali yang kini sudah berganti posisi menjadi duduk.
Prilly melangkah maju, menarik-narik hoodie Ali kasar. "LO JAHATTTT!" Prilly berlalu dari sana, meninggalkan Ali yang terdiam.
Resi menghampiri Ali, mengusap bahu putranya lembut. "Ada apa ini Li?" tanyanya dengan sedikit senyuman.
"Ali ga jahat kan mah?" Resi jelas menggeleng. "Kenapa sih?"
"Prilly salah paham mah." Resi membawa putranya kedalam pelukannya. Merasa iba melihat putranya yang tiba-tiba menangis. Ia sebenarnya tidak terima ketika Prilly membentak putranya, namun disini ia tidak tahu apa-apa. Hanya mendapatkan informasi bahwa putranya pingsan.
"Nanti jelasin ke dia baik-baik. Mungkin dia lagi kalut."
-----
"Kondisi putra anda kritis nyonya, kemungkinan sembuhnya sangat kecil. Benturan pada trotoar itu begitu keras. Dan juga- warga kurang cepat membawanya kesini."Sang wanita paruh baya itu menangis. "Selamatkan putra saya dokter!" dokter mengangguk lalu berlalu permisi.
"Mahhh! Bani? Gimana keadaannya?" wanita paruh baya yang ternyata Monik itu, membawa Prilly kedalam pelukannya.
"Kritis sayang!"
Mata Prilly membola dan secara spontan air matanya keluar lagi, padahal tadi sudah lama ia menangis saat keluar dari ruangan Ali.
"Ga mungkin!"
"Mah?"
"Papah!" Monik memeluk suaminya erat, sementara Prilly memilih menghampiri pintu ruangan Bani dan mengintipnya sedikit.
"Menurut informasi yang papah dapatnya, kecelakaan ini memang disengaja. Atau kecelakaan berencana."
"Pasti ulah Ali!" Prilly mengepalkan tangannya. Menempelkan kepalan tangannya itu dipintu kamar rawat Bani. "Kamu kuat Ban!"
-----
Ali berjalan tertatih mencari kamar milik Bani. Ia yakin Prilly ada disana dan ia akan menjelaskan semuanya. Jangan sampai Prilly makin membencinya hanya karena kesalah pahaman ini.Benar! Disana, Prilly tengah terduduk dilantai dengan kepala yang disembunyikan dilipatan tangannya.
"Prill?"
Merasa tak direspon, Ali mencoba menyentuh kepala Prilly, mengusapnya secara lambat dan lembut.
"Ali? Ngapain lo disini?" Prilly beranjak dari duduknya, memandang kearah lain enggan untuk melirik Ali sedikitpun.
"Kamu harus dengerin dulu penjelasan aku."
Prilly tertawa remeh "Ngapain? Semua udah jelas! Lo yang ngajak Bani ketemuan dan papah dapet kabar kalo kecelakaan Bani memang direncanakan. Gue yakin itu ulah lo, lo disini seolah-olah merasa tersakiti padahal lo ketawa kan liat Bani kritis? Mau lo apasi?"
Ali tersentak, walau tidak membentak, perkataan Prilly seolah-olah menyudutkan dirinya. Menyalahkan bahwa Ali dalang dari semua ini, menyalahkan bahwa Ali hanya berpura-pura sakit.
"Kamu salah paham!"
"Mending lo pergi! Gue ga mau liat muka lo lagi!" Ali menggeleng kecil berusaha menggapai tangan Prilly namun selalu ditepis oleh Prilly. "PERGI!"
"Oke, aku bakal buktiin kalau ini bukan ulah aku!" Ali pergi, meninggalkan Prilly yang mulai terisak kecil.
"Baniiii!" Prilly memekik, menempelkan punggung tangannya dipintu ruang rawat Bani.
Karena tidak mau larut, akhirnya Prilly memilih pergi ke toilet berwudhu disana dan segera melaksanakan sholat Isya nya.
Setelah sholatnya beres, Prilly mengangkat kedua tangannya. "Yaallah, tunjukanlah kebenarannya!"
Selesai dengan doanya, Prilly merapihkan mukenanya lalu berjalan keluar dengan pandangan kosong.
-----
Dua insan yang sedang beradu argumen itu menatap satu sama lain tajam, tangannya sama-sama mengepal menahan amarah."INI SEMUA GARA-GARA LO!"
"LO JUGA ADA DITEMPAT KEJADIAN ITU!"
"GUE BODOH SELAMA INI!"
"LO EMANG BODOH!"
"POKONYA LO HARUS MASUK PENJARA!"
"IYA, SAMA LO."
Krekkk
Keduanya sontak menoleh bersamaan, suara ranting yang terinjak membuat gadis yang tidak sengaja menginjaknya itu terkejut. Tapi dengan segera ia abaikan, fokusnya sekarang adalah 2 insan dihadapannya.
"Kenapa kalian ngomongin penjara? Siapa yang buat salah?"
.....
A/N: Pada seneng pasti denger Bani kritis😏😑 vote dong 😂🤣
![](https://img.wattpad.com/cover/223295276-288-k324033.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Struggle [END]
AléatoireEnd! Mengandung sedikit kekerasan, Ada beberapa kata kotor di beberapa part, Konflik ringan dan tidak mengandung bawang bombai. "Aku berjuang untukmu!" "Dan aku pernah berjuang untukmu juga." "Kita adalah pejuang cinta diwaktu yang tidak sama." ...