OS - Forty Five

916 113 10
                                    

45.Because of the Restaurant


Prilly menggenggam tangan Bani erat. Gadis itu sepertinya sudah memiliki sedikit rasa untuk laki-laki dihadapannya. Sementara Bani, laki-laki itu terlihat datar tak seperti biasanya.

"Mau beli apa?" tanya Bani menoleh sedikit pada Prilly. Ya keduanya tengah berada di mall tepatnya ditoko buku yang terkenal dengan nama Gramedia.

Hari minggu ini Bani dan Prilly tak bisa hanya duduk atau jalan-jalan saja. Karena besok lebih tepatnya hari Senin mereka akan menghadapi Ujian Nasional. Jelas sangat sibuk, mereka sibuk belajar bersama karena UN kelas 12 bukan hal yang main-main.

"Aku butuh semua buku yang lengkap. Soalnya yang dari sekolah kurang lengkap juga." Bani mengangguk. Tersenyum kecil karena sudah hampir seminggu Prilly mengganti kosa katanya menjadi aku-kamu.

"Aku ke rak sana." Prilly mengangguk pasrah lalu keduanya memilih berpisah ditengah-tengah toko.

Bani benar-benar marah. Batin Prilly sendu.
-----
Sementara dikediaman Ali...

Arghhh!

Mendengar Ali yang menjerit frustasi jelas Resi cemas, ia dengan bergegas berlari kekamar putranya itu.

Tok tok tok

"ALI!"

Hingga pintu perlahan terbuka, menampilkan Ali yang tengah merapihkan rambutnya. "Kamu kenapa sih? Jerit-jerit kaya anak perawan diculik!" tanya Resi menatap Ali tajam.

"Ish mamah! Gapapa Ali cuma pusing belajar Matematika. Kenapa harus ribet kalo bisa simpel!"

Resi menggeleng "Ya kenapa ga milih cara simpel?"

"Karena harus pake caranya, mah!" erangnya frustasi. Namun Resi sebagai sang ibu tahu betul arti tatapan putranya. Seperti ada kebohongan yang sedang disebunyikan.

"Yaudah pake caranya aja."

"Gini loh mah! Kenapa mesti ngitung semua kotak kalo pinggir-pinggirnya bisa dikaliin! Kenapa harus ada Bani kalo Ali aja udah cukup!"

"Kenapa harus dicarain kalo udah ketauan jawabannya? Kenapa Prilly harus jadian dulu sama Bani, kalo jodoh Prilly itu Ali!"

"Ngomong apasih kamu?"

"Gapapa. Emak-emak mana paham!" Ali meninggalkan mamahnya, berlalu masuk dengan pintu yang masih ia biarkan terbuka.

"KAMU BILANG APA?!"

"Eh em.. Maksudnya pasti mamah ga bakal paham sama soal Ali, Ali aja ga inget loh pelajaran kelas 5 Sd."

"Awas kamu!" Resi berlalu, meninggalkan Ali yang bergidik ngeri melihat kepalan tangan mamahnya.

"ARGHHH SEDIH!"

"Apa lagi Ali?!" Resi kembali. Menatap Ali yang kini sudah duduk dikursi belajarnya.

"Ih bilangin lagi ngerjain matem susah nih!" ujar Ali tak menoleh.

Resi masuk kedalam kamar Ali secara perlahan. Tidak meninggalkan bunyi sedikitpun. Resi melihat Ali yang tengah menunduk melihat sebuah buku sembari menarik-narik rambutnya kasar. Berjalan lebih dekat, lalu melihat objek yang menjadi fokus Ali.

"Kenapa lagi sama Prilly?" Resi tersenyum kecil melihat foto Prilly diselipkan disebuah buku.

"MAMAH!?" Ali tersentak, menatap mamahnya kesal. Bagaimana tidak kesal? Mamahnya berbicara tepat disebelah kupingnya.

"Galau mulu. Cerita dong!"

Ali menghela nafas, mungkin bercerita pada sang mamah tidak masalah.

"Jadi-"

"Ikutan dong!" Alya duduk dikasur Ali. Menarik snack kentang yang Ali simpan dinakas samping kasurnya. "Nyerobot aja kaya listrik!"

"Buruan!"

"Ali kemarin ketemu sama Prilly-

Ali berlari kecil menghampiri gadis mungil yang tengah kesusahan mengambil sebuah makanan dirak paling atas. Tadinya ia hanya lewat, namun melihat Prilly, laki-laki itu tertarik untuk masuk kedalam supermarket.

Niatnya hanya mengikuti, namun melihat Prilly kesusahan naluri laki-lakinya berontak. Hingga Ali berjinjit tepat dibelakang tubuh Prilly.

"Nih!" menyodorkan makanan yang ingin Prilly gapai.

"So perhatian lo! Udah sini, makasih!" baru Prilly akan pergi tangan Ali lebih dulu mencekalnya.

"Aku anterin pulang!"

"Gausah! Udah males gue sama lo!"

"Gara-gara kejadian di restoran itu?"

"Lo pikir aja sendiri. Dan satu lagi! Ga usah deket-deket apalagi so perhatian! Pengen muntah!" Prilly berlalu meninggalkan Ali yang menatapnya lirih.

"Itu tandanya dia gamau liat lo! Lagian bener deket sama lo bikin eneg!" sela Alya membuat Ali mendengus.

"Lo deket-deket tuh sama gue."

"Dih! Jauh keles. Nihhh 1 meter nihhh!"

Resi menggeleng "Udahlah jangan terlalu bikin Prilly risih." Ali menoleh pada mamahnya. "Berjuang itu, mah!" ujar Ali sok meralat.

"Tai perjuangan lu mah! Basi!" Alya melempar bungkus snack yang tadi ia pegang, lalu berlalu keluar dari kamar Ali.

"ANJIR ABIS INI! GANTIIN WOI!" pekik Ali beranjak dari duduknya.

"Ya abislah! Orang dimakanin. Lagian cerita lo tuh kelamaan, ga rame lagi endingnya juga!"

"Perasaan cerita ga sampe 30 menit deh?" Ali mengeram kesal "ALAH! Rakus lo monyet!"

"Ada yang lagi ngaca tuhhh!" Alya yang sudah tak terlihat kini kembali terlihat, menyempilkan wajahnya didaun pintu. Membuat Ali kesal dan dengan segera melempar bantal yang ada didekatnya.

"SINI LO KAI!!!"

"Udah ah! Kalian ini... Bikin kepala mamah lari keliling lapangan komplek."

"Seremmm!" Ali menempelkan kepalan tangannya dipipi lalu turun secara lambat kedagu. Bergaya seolah-olah sedang mencukur janggut.

"So manis idih! UDAH SANA BELAJAR! JAN NGEBUCININ PRILLY TERUS!"

"CERITA DOANG DIMARAHIN! NGAJAK BERANTEM?!"

"Kamu sih!" sahut Alya berdiri didepan pintu, dengan tangan yang sibuk menunjuk boneka yang ia bawa tadi dikamarnya. Lalu berlalu lagi masuk kekamarnya.

"Ih dah gila Kaia mah. Kelamaan ngejomblo tuh dia."

"Kaya yang ga jomblo aja." sahut Resi berlalu keluar kamar, meninggalkan Ali yang tengah menahan sesak didadanya.

.....
A/N: Mangapin kemarin kaga next... Biasa mager wkwk. Skrng juga sih:3 jadi kg pke mulmed 🤣

Emak said... "Kayanya kalao ada lomba mager kamu masuk final ini." fyi, pake bahasa sunda...

Babeh said... "Mager Mager, pantes pager gerbang rusak... Dimakanin toh." fyi, makan pager... Wkwk

Anywey aku pengen bikin OS 2:v gimana? Wkwk...

Our Struggle [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang