OS - Thirty

1.3K 142 10
                                    

30.The Origin of a Name


Tawa yang pecah membuat seorang Ali menahan nafasnya susah payah, tepat didepannya Prilly tertawa bahagia bersama Bani dan Syifa. Syifa meneguk minumannya, tersenyum miring pada Ali yang memang berhadapan.

Prilly masih asik tertawa dengan Bani, posisi yang membelakangi membuat Prilly tak menyadari bahwa Ali sedaritadi menatap punggungnya.

"Gue comblangin aja Aprel ama Bani, biar Alex makin menjauh!" Syifa masih menatap Ali tajam. Sejujurnya ia sangat membenci Ali, terlebih lagi saat melihat postingan Indah yang bertepatan dengan sakitnya Prilly.

Ali mendelikan matanya, lalu beralih menatap punggung Prilly tanpa memperdulikan pandangan tajam Syifa. "Prilly kenapa sih jahat banget?" gumam Ali pelan. Memanggil namanya, Ali jadi mengingat kejadian dulu. Awal mereka memiliki nama panggilan masing-masing.

Flashback on

Saat itu tepat hari minggu sore hari. Suasana taman kota nampak sepi karena hujan yang tiba-tiba mengguyur, gadis dengan dress pink softnya terlihat sedang meringkuk tanpa berteduh membuat rasa penasaran Ali muncul.

Ali berjalan menghampiri, mengulurkan payungnya kedepan untuk menutupi kepala gadis itu dari hujan. "Lo gapapa?" tanya Ali lembut. Sudah dikatakan bahwa Ali tipikal laki-laki yang sangat menghargai perempuan, saat itu.

Gadis itu mendongkak, memperlihatkan mata yang berkaca-kaca. Berdiri dari meringkuknya lalu menatap mata legam Ali sebentar "Lo yang nolong gue diperpus?" tanya gadis itu, ini bukan kali pertama mereka bertemu.

"Lo? Aprill kan?" gadis yang ternyata Aprillyan pun mengangguk kecil "Masih inget?"

"Masa lupa sih. Lo kan yang nangis diperpus gara-gara ga nyampe ngambil buku." guyon Ali membuat Prilly terkekeh malu. "Sekarang ngapain hujan-hujanan?"

Prilly terdiam, hatinya terhanyut mendengar suara lembut milik Ali. Sebenarnya saat dipeluk Ali diperpustakaan Prilly merasakan rasa nyaman yang luar biasa. Ia terhanyut pada mata legam dan pelukan hangat seorang Ali, dan sekarang suaranya juga ikut membuat Prilly semakin jatuh cinta.

"Gue beneran suka sama Alex!" Prilly menekan dadanya waktu itu lalu tersenyum menatap Ali. "Gapapa."

"Kalo ada masalah selesain baik-baik." Prilly mengangguk, lalu Ali menggiring Prilly kearah cafe sekitaran sana.

"April? Lo lahir bulan April?" Ali membuyarkan kesunyian, sembari menunggu pesanan ia dengan baik hatinya menyampirkan jaket pada bahu Prilly.

"Bukan April, tapi kata bunda, tadinya nama gue Prillyan tapi ayah pengen absen gue paling atas jadi nambah huruf A biar ga nunggu absennya lama. Hehe." Ali ikut terkekeh, alasan macam apa itu?. "Lo boleh manggil gue Prilly."

Ali menghentikan kekehannya "Anak disekolah manggil lo April kan?"

"Ya anggap aja nama spesial buat gue."

"Mau banget dapet nama spesial dari gue. Pasti yang manggil lo Prilly orang-orang terdekat ya? Bunda lo? Ayah lo?"

Prilly menggeleng "dulu, sekarang- ga ada yang manggil gue Prilly, sebenernya gue juga kangen panggilan itu." ujarnya terdengar lirih.

"Eh? Oke deh, gue manggil lo Prilly, gausah lirih gitu dong!" Prilly mendongkak lalu tersenyum kecil "Panggil gue Ali aja, kaya mamah sama kakak gue. Tapi jangan bilang Indah!" ah mendengar nama itu membuat tubuh Prilly melesu.

Siapa yang tidak tahu bahwa Indah dan Ali berpacaran? Kudet itu orangnya. Saat meresmikan hubungan mereka, Ali dengan terang-terangan menulis pengumuman dimading sekolah. Romantis sekali, sayangnya dengan Prilly ia tidak bisa seromantis itu. Karena menurut Ali itu ke-alayannya saat dulu.

Semenjak pertemuan ditaman kota itu, Ali dan Prilly tidak pernah bertemu lagi. Namun Prilly yang memang awalnya menyukai-pun sering kali menatap Ali dari jauh karena tak mungkin ia mendekati Ali yang sering kali dijaga oleh singa betina modelan monyet gagal terbentuk, kata Prilly.

Flashback off

"Li!" lamunan Ali buyar, menoleh sebentar dan menatap Rizky malas. "Ngapain lo ngelamun?"

Ali menghela nafas "Mikirin dia!" menunjuk sesuatu dengan dagunya tanpa menoleh.

"Hah lo dah putus?" Ali mengerutkan dahinya bingung, kenapa Rizky sedikit berisik? Dan bagaimana sahabatnya itu bisa tahu? Ia saja belum memberitahu.

"Tau dari mana lo?"

"Noh! Lo mikirin si Mimi peyi?" Rizky menahan tawanya, memegang dagu Ali lalu menolehkan kepala Ali kasar pada sesuatu yang tadi Ali tunjuk.

Ali mebelalakan matanya terkejut, tempat yang tadi Prilly duduki kini malah diduduki oleh laki-laki dengan tangan yang melambai-lambai, hobbynya adalah menggoda laki-laki tampan seperti Ali.

"Bang Viko yang modelannya kaya es Kiko ntar pulsek aku tunggu ya digerbang!"  laki-laki yang bernama Viko itu menatap Mimi tajam dengan tangan yang mengepal diudara.

"Gua tonjok ya lu Mimo!" Mimi tertawa "Mimi tau bukan Mimo!" Viko berlalu dengan tubuh yang merinding.

"Najis lu Mimo!"

"I love you Juga!"

Ali bergidik ngeri sementara Rizky tertawa. Rizky bangkit dari duduknya "Mimiiii! Kata Alex pulang bareng!" Mimi menoleh tersenyum sumringah menghampiri Ali yang merengut tak terima.

"Gue kekelas dulu!" Rizky berlari meninggalkan Ali yang sekarang tengah digelayuti lengannya. "SIALAN LO EBO!"

"Gapapa ga dapet Viko yang penting dapet Alex, lebih sexy errr," Ali bergidik ngeri "Madep belakang ntar gue cium!" Mimi tersenyum lalu membalikan tubuhnya. Ali diam-diam berjalan menjauh lalu berlari setelah merasa aman.

"MAMAHHH!"

.....
A/N: Nah gitoh:v nama Ali Prilly tuh panggilan keluarga mereka... Btw mon maap kaga bisa ngelawak yang terakhir cuma penutupan 😌

Our Struggle [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang