OS - Thirteen

1.4K 140 10
                                    

13.Apology


Ali mendudukan bokongnya dikursi kayu depan kelas Prilly. Kelas Prilly lagi-lagi telat keluar, membuat Ali terpaksa harus menunggu. Selang berapa menit, Bu Hena keluar dengan setumpuk buku ditangannya.

Ali berdiri menghampiri "Bu? Mau saya bantu?" Bu Hena menoleh lalu menampilkan senyumnya.

"Kalo ga keberatan."

Ali menggeleng kecil "Ga ko bu, tapi saya nunggu dulu April keluar ya bu," Bu Hena mengangguk "Ibu tunggu."

Ali mengadahkan tangannya siap menerima setumpuk buku yang lumayan berat. "Siap bu!" Bu Hena berlalu pergi, meninggalkan Ali yang masih sibuk merapihkan-nya dengan kesusahan.

Prilly keluar, menatap Ali lalu terkekeh kecil "Bantuin napa, malah ketawa." Prilly menghampiri Ali, lalu membantu merapihkannya.

"Anter ke Bu Hena yu, kelas kamu muridnya pada jahat sama guru sendiri." Prilly mengangguk. Tangannya terulur mengambil 4 buah buku ditangan Ali, lalu melangkah mendahului Ali.

"Curang, 4 buku doang!"

Prilly tertawa memeletkan lidahnya pada Ali "Gapapa dong." lalu Alipun ikut tertawa kecil.

"Prel!" pekikan itu membuat Prilly sekaligus Ali menoleh kebelakang. "Lo harus kekantin, makan."

Prilly tersenyum kecil "Nanti, mau bantuin Ali dulu. Bay Bani!" Bani tersenyum tipis. "Ali terus hehe," Gumam Bani lirih.

Prilly menarik tangan Ali menjauh dari Bani. Lalu berjalan beriringan setelahnya.

"Kamu masih deket sama Bani?" Ali bertanya dengan pandangan yang lurus kedepan.

Prilly menoleh "Kamu beneran nyuruh aku jauhin Bani?" Ali menghela nafas lalu berjalan tanpa menjawab pertanyaan Prilly.

Toktoktok

"Masuk!" mendengar intruksi itu, Ali bergegas masuk. "Maaf ya bu, lama."

Bu Hena tersenyum kecil "Ga apa. Makasih ya Alex, April." keduanya ikut tersenyum lalu kembali keluar setelah menjawab sama-sama.

Ali menarik Prilly kearah taman belakang sekolah, mendudukannya dirumput hijau yang terasa masih segar.

"Wili!" Ali memekik memanggil seseorang yang langsung menghampirinya.

"Apaan Lex?" tanyanya lembut, pria tampan itu bernama Wili. Wiliam Putra, pria tampan namun berpenampilan culun itu menatap datar Ali. Penampilannya memang culun tapi kemampuan bela dirinya patut diacungi jempol.

"Mau kemana?" Ali balik bertanya membuat Wili mendengus kesal. "Gue mau kekantin."

"Boleh gue nitip nasi goreng? Nanti gue yang ambil, lo tolong pesenin aja." Wili mengangguk lalu berjalan meninggalkan keduanya.

"Ali, kamu bener nyuruh aku ngejauhin Bani?" pertanyaan yang terlontar dari Prilly membuat Ali menghela nafas lalu menatap kekasihnya itu.

"Eh! Ko dahi kamu diperban gitu?" bukannya menjawab Ali lagi-lagi malah balik bertanya. Ali memang baru menyadari ada yang berbeda pada dahi Prilly karena sedaritadi Prilly menutup dengan rambut depannya.

"Engh... Eh? Ini cuma kejedug terus berdarah deh." alibi Prilly, Ali awalnya mengerutkan dahinya menatap Prilly seperti menyelidik namun setelahnya mengangguk dan tersenyum.

"Hati-hati ya, untung ga harus dijahit." Ali mencubit kedua pipi Prilly lembut, membuat Prilly makin merekahkan senyumannya.

Ini dijahit loh Li, so tau kamu. Batin Prilly seakan meralat ucapan Ali.

"Aku ga boleh deket lagi sama Bani?" lagi-lagi Prilly bertanya itu, sementara Ali sudah memalingkan wajahnya.

Ali menoleh lagi menatap Prilly "Aku cuma emosi kemarin, karena liat Indah pingsan. Maafin aku ya?" Prilly tersenyum lalu merentangkan tangannya bersiap menerima pelukan hangat dari Ali.

"Aku ngambil dulu makanan ya buat kamu, kamu tunggu aja disini." mendapatkan sebuah anggukan, Ali segera beranjak dari taman tersebut.

Hingga tak sampai 10 menit, Ali sudah kembali duduk dengan sepiring nasi goreng, segelas es teh manis dan sebotol air mineral.

"Ko cuma 1? Ga modal ihhh."

Ali hanya tersenyum lalu menyimpan gelas teh manis itu hadapannya "Ini tuh 2 porsi yang dimasukin kesatu wadah, kalo teh manisnya emang satu sih tapikan sedotannya 2? susah loh bujuk mpok Atik buat dapet 1 sedotan lagi. Lagipula aku ribet bawanya tau!"

Prilly tertawa mendengarnya "So manis sih pake dibawa kesini segala."

"Lagi sepiring berdua biar kaya lagu-lagu gitu lohhh." Ali menyendokan sesendok penuh nasi goreng itu, lalu memasukannya kedalam mulut Prilly.

"Aku nyobain!" Prilly merampas sendok itu, lalu melakukan apa yang Ali lakukan. Begitu manis dan terlihat menyejukan hati, namun tetap saja ada yang melihat namun nampak memancarkan aura panas.

"Maafin aku ya?" Prilly mengangguk lucu dengan pipi yang mengembung sedang mengunyah makanannya.

"Gapwapa kow.... Maafin Bani juga." ada jeda sedikit dikalimatnya, karena saat itu ia sedang menelan makanannya.

"Jadi maaf-maafan gini, padahal lebaran masih lama. Btw kemarin kemana?"

"Oh kemarin? Aku, Syifa sama Bani pergi keacara keluarganya Bani. Makanya yang izin mamahnya Bani."

"Tapi, Rizky bilang Syifa jagain orang sakit." Prilly tersedak kecil lalu dengan cepat Ali mengulurkan sebuah air mineral agar segera diminum.

"Oiya, sebelum keacaranya kita nengok yang sakit dulu tapi bukan nungguin" Ali mengerutkan dahinya bingung tapi kepalanya nampak mengangguk, seakan mempercayai. "Mungkin Rizky salah denger."

.....
A/N: Dah dinext:) inget ya... Konflik ringan, ga mau putus-putusan dulu ah:"( kasian mereka...

Our Struggle [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang