OS - Sixty Nine

985 127 43
                                    

69. Towards Seriousness

Hari ini Ali dibiarkan istirahat sendiri... Sementara diruang keluarga ada Resi, Prilly, Agatha, Kaia, Gisel dan Killa. Mereka sengaja berkumpul untuk mengobrolkan perjanjian yang dibuat Agatha...

"Apa Ali ada perkembangan?"

Agatha menoleh pada Prilly, "2 hari kemarin Ali terkekeh melihat saya." sahut Prilly dengan menunduk.

Resi tersenyum, "semalam saya melihat Ali masih melamun yang artinya dia belum sembuh."

"Mah, melamun ga masuk kedalam alasan. Kaia juga sering ngelamun." sahut Kaia menoleh pada Resi.

Resi menghela nafas. "Kamu diam aja."

"Jika besok Ali tidak menyatakan cinta pada Prilly. Maka lusa Ali dan Agatha sudah harus tunangan."

Prilly tersentak lalu menatap Resi sendu. "Kenapa harus secepat itu tante?"

"Dalam perjanjian hanya 1 minggu! Dan setelah 1 minggu kita tidak punya urusan apa-apa lagi jika Ali tidak sembuh."

Prilly diam.

"April, kamu temani Alex. Tante harus bicara dengan Resi." titah Killa yang langsung diangguki patuh oleh Prilly.

Serius! Itulah perbincangan mereka sekarang.

"Ini belum resmi, jika keluarga Agatha saja belum tahu."

"Mah, plis jangan egois. Agatha udah punya cowo." Kaia memeluk Resi dengan memohon.

Entah mengapa, mamahnya jadi seegois ini.

Gisel hanya diam, ia tidak tahu permasalahannya. Daripada sok tahu jadi ia memilih diam.

Sementara dikamar Ali, Prilly tengah terisak kecil dengan tangan yang menjadi tumpuannya diatas kingsize milik Ali.

"Ali... Hiks. Aku bakal kehilangan kamu Li..."

"Bodohnya aku malah menyetujui permintaan Agatha."

"Agatha bikin perjanjian Li, sama mamah kamu... Sama aku juga hiks. Kalau kamu ga sembuh dalam seminggu, maka kita harus berpisah! Kamu dijodohin sama Agatha Liiii."

"Hiks... Ali aku harus gimana?"

Prilly meremas seprai Ali lalu menenggelamkan wajahnya disana. Ia harus apa? Ia harus bagaimana?

Menangis! Menangis! Menangis!!!

Prilly hanya menangis. Mau memohonpun rasanya ia sudah tidak sanggup.

Menghapus air matanya lalu menatap wajah tampan Ali yang tengah terlelap nyaman. "Aku bakal selalu sayang kamu Li." gumamnya mengusap lembut rambut hitam legam Ali.

"Aku bakal selalu cinta kamu Li." mendekatkan bibirnya kearah kening Ali, lalu memberikan sebuah kecupan sayang.

Ajaibnya Ali tidak terusik sama sekali.

Dengan langkah gontai Prilly keluar dari kamar Ali... Gadis itu memilih pulang tanpa melewati ruang keluarga ataupun meminta izin dahulu.

Ia benar-benar lelah, rasanya ingin segera berbaring dan menangis sejadi-jadinya.

Apakah 'Our Struggle' akan berakhir sampai disini? Apakah perjuangan kita akan terhenti sampai disini?.
-----
"Arghhh!"

"Engga! Enggaaaaa!"

Ali berteriak dengan mata terpejamnya. Membuat seisi rumah yang baru akan pergi kealam mimpipun bergegas menghampiri kamarnya.

"IYA IYA INI SALAH! HIKS INI SALAHHHHH!"

"ALI SALAH HIKSSS!"

"Ali, Aliiii," Resi menangis... Menepuk-nepuk pipi putranya dengan pelan, sementara Kaia menguncang tubuh Ali secara kasar. "Bangun Liii!"

"Engga Prill, Enggaaaa!"

"Ali belum sembuh... Kaiaaa!"

Kaia menangis, lalu menguncang tubuh Ali makin kuat. Kening Ali penuh dengan keringat dingin, matanya yang terpejam mengeluarkan air mata.

"Aliiii!" Resi memeluk tubuh Ali, hingga akhirnya laki-laki itu sadar dengan nafas terengah-engahnya.

"Ali kenapa?" tanya Resi membuat Ali menoleh kearahnya dan menggeleng kecil.

"Maafin Ali udah ganggu mamah. Malam ini Ali mau tidur sama mamah dan Kaia."

Resi dan Kaia saling bertatapan lalu mengangguk. Keduanya berbaring dengan posisi Ali ditengah.
-----
"Ali belum sembuh... Finalnya Agatha harus bertunangan dengan Ali."

Kaia menatap Agatha sendu. Jujur gadis arab itu kasihan, wajah Agatha nampak lesuh dan tak bersemangat seperti biasanya. "Mamah kenapa sih?"

"Kaia kamu harusnya dukung mamah. Kalau Ali sama Prilly, Ali malah makin parah. Liat? 1 minggu Prilly ga bisa bikin Ali sembuh. Mamah yakin Agatha bisa."

Andra, laki-laki yang duduk disamping Agatha itu menghela nafas sembari menahan tangisnya. Mengusap bahu Agatha sembari berujar, "perjanjian itu janji... Janji itu hutang Tha... Aku ga pernah ngajarin kamu buat ga bayar hutang. Aku gapapa kalau emang ini jalannya."

Agatha menangis, memeluk Andra dengan erat. "Aku seharusnya ga usah janji mas. Kalau pada akhirnya harus kaya gini. Maafin aku mas." ujarnya tertatih-tatih.

"Saya pribadi tidak tahu harus berbicara apa. Karena itu sendiri janji Agatha." sahut papahnya Agatha yang rela terbang untuk menyelesaikan masalah ini.

"Mas Andra maaf hiks... Iya tante Agatha mau."

Resi tersenyum dan seseorang diarah tangga juga nampak melakukan hal yang sama.
-----
Prilly berlari kecil kearah rumah Agatha, dimana acara pertunangan Ali dan Agatha akan berlangsung.

"April!" Syifa memekik membuat Prilly spontan menoleh kearahnya. "April gue kangen!" ujarnya memeluk Prilly erat.

Prilly hanya mengangguk karena sejujurnya ia sedang resah. Tadinya ia tidak mau datang, tapi demi menghargai Agatha.

Prilly menarik Syifa masuk, begitupun Syifa yang menarik Rizky.

Ketiganya masuk dengan bersamaan... Saat Syifa tengah membenarkan sepatunya Prilly malah terdiam menatap Ali dan Agatha yang sudah saling berhadapan didepan semua orang.

"Apa acara sudah boleh dimulai?"

"Iya!" sahut Ali dengan semangat. Resi melihatnya tersenyum sementara Agatha hanya mengangguk kecil.

.....
A/N: Ending nih ending:v komen woy sepi amat lapak gw.

Our Struggle [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang