OS - Sixty

924 113 15
                                    

60.Pretending to Be Crazy?


Mendapat kabar tentang keberadaan Ali dari Resi membuat Rizky dan Syifa segera bergegas kesana. Resi sendiri tidak tahu harus berbuat apa karena putranya itu memang sering terlihat tertawa sendiri. 

"Li! Maafin gue." Rizky menatap Ali yang hanya diam menatap kosong kearah lantai. "Lex maafin gue juga." kali ini Syifa ikut berbicara. Namun Ali masih diam.

"Gue tau gue salah Li, tapi-"

"Lo ga salah. Gue emang pembunuh!"

Rizky menggeleng "Jangan bilang gitu Li, gue minta maaf. Kita jadi temen lagi oke?"

"Gue ga pantes punya temen. Gue penjahat!"

"Li jangan bilang gitu! Gue minta maaf dan janji bakal keluarin lo dari rumah sakit sialan ini!" Ali diam.

"Li, gue janji."

"Gue ga butuh keluar dari sini! Gue pantes disini. Gue pembunuh! Gue jahat! Gue gila!"

"Lex jangan gitu."

"PERGI LO BANGSAT!" Ali mendorong tubuh Rizky keras, hingga laki-laki itu mundur beberapa meter dari tempatnya berdiri.

Rizky berusaha mendekat pada Ali namun laki-laki itu malah berteriak. "JANGAN DEKET-DEKET! DOKTERRR! USIR MEREKA DOKTER!!! MEREKA ORANG BAIK! SEMENTARA GUE ORANG JAHAT, DOK!!!"

"PERGI LU ORANG-ORANG BAIK!!! JANGAN TEMUI ORANG JAHAT KAYA GUE!"

Dokter datang dengan 2 perawat, 2 perawat tersebut menarik Ali untuk berbaring diranjangnya. Sementara sang dokter mendekat pada Rizky dan Syifa. "Maaf, pasien tidak bisa ditemui dulu. Lebih baik lain kali kalian kesini lagi."
------
Seminggu berjalan dengan cepat, Rizky dan Syifa masih sering menghampiri Ali. Namun laki-laki itu menolak kedatangan mereka dengan mentah-mentah.

Rizky berjalan sendirian menyusuri koridor rumah sakit jiwa. Syifa tengah menunggu Prilly yang memang belum sadar dari komanya.

Melihat Ali tertawa bahagia hanya karena seekor kucing membuat Rizky tersenyum tipis. Karena baru kali ini ia melihat senyuman itu lagi.

Rizky mendekat, mendudukan bokongnya disebelah Ali. "Li?"

Ali tanpa menoleh berujar, "gue ga butuh temen. Jauhin gue!"

Rizky baru akan berbicara tapi suara dari Ali membuat dirinya kembali bungkam.

"Miaw... Ali sayang Prilly, tapi Prilly bilang Ali pembunuh. Haha Prilly benci Ali padahal Ali udah berjuang sekuat tenaga Ali. Kalo Prilly gamau sama Ali, kamu mau kan jadi pacar Ali miaw?" mata Rizky berkaca-kaca. Ia merasa sangat bersalah.

"Miaw tau ga? Ali ga punya temen didunia ini, Ali itu kaya bebek buruk rupa sekarang. Padahal dulu cuma karena salah paham, tapi sekarang jadi beneran. Miaw punya masalah ga sih? Kalo ga punya boleh ga ajak Ali kedunia miaw?"

"Ali pengen jadi kucing aja."

CUKUP!!! Rizky tidak kuat.

"APRIL KOMA DIA BUTUH LO! GUE MOHON KAYA DULU LAGI DEMI APRIL!!!" pekik Rizky dengan kedua tangan yang ia simpan dibahu Ali.

"GUE GA PERDULI!" bentak Ali dengan menyingkirkan tangan Rizky dari bahunya.

"ALI, DEMI PRILLY!"

"HEH! LO SIAPA HAH?! LO TUH CUMA ORANG BAIK YANG NGEHIANATIN GUE! DISAAT SEMUA NGEJAUH? SEBAGAI TEMEN LO HARUSNYA TETEP STAY, PERCAYA SAMA GUE! TAPI LO MALAH IKUTAN JAUHIN GUE!"

"Jadi gue minta, lo jangan temui gue lagi. Disaat lo udah tau semua, lo dengan mudahnya minta maaf tanpa mikir gimana perasaan gue.  Sampe orang-orang ngira gue gila! Gue emang ga gila selama ini, tapi gue cape ketemu orang-orang palsu kaya lo. Gue baru sadar, disini gue nyaman walaupun gue dipandang gila, tapi disini orang-orangnya tulus."

"Ali gue minta maaf!"

"Disini gue disayang, banyak mbak-mbak perawat sama dokter yang tulus bantuin gue. Lo liat ini!"

"PERAWATTTT HIKS... TOLONG DIA MAU BUNUH SAYA!" Ali berteriak membuat beberapa perawat datang dengan tergesah-gesah.

"Dia mau bunuh saya!"

"Engga, ga gitu." Rizky menggeleng dengan tangan yang meronta-ronta minta dilepaskan dari kuncian tangan security.

Sementara Ali, laki-laki itu sudah dibawa kekamarnya oleh satu perawat.

"Saya tau, tapi disini Alex sedang tidak baik. Jadi tolong jangan dulu membuat Alex histeris." peringat satpam membuat Rizky menunduk sedih.

Ia mendengar tadi, Ali tidak gila. Laki-laki itu masih ingat semua, namun entah mengapa laki-laki itu sering terlihat melamun.

Rizky menghampiri dokter yang memang ditugaskan Resi untuk Ali, "dok? Apa perlu saya membawa psikolog untuk memeriksa Alex? Karena tadi saya dengar sendiri kalau Alex tidak gila. Dia mengingat semuanya dok."

"Apa begitu?" Rizky mengangguk.

Drtt drtt drtt

"Tunggu sebentar,"

"Resi sudah menyiapakan psikolog yang akan membantu Alex. Jadi Alex akan segera dipulangkan." jelas dokter Rehan setelah tadi mengangkat telpon dari mamahnya Ali.

"Itu lebih baik."

.....
A/N: Gw bingung guys... Karena alhamdulillah ga ada dri keluarga yang depresi atau semacamnya... Ini hasil search yang gw dapet:"( ga ngerti lagi deh... Btw kalao ada yang lebih tau tolong dikoreksi ya barang kali ada calon psikolog, makasih lohhh...

Mon maaf kalao rada mendrama:v

Our Struggle [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang