OS - Sixty Six

724 100 11
                                    

66.Ali's Instability.

Ali mengerjapkan matanya, kala hidungnya berhasil mencium aroma wangi yang membuat perutnya berkedut keroncongan.

"Hmm, kok wangi sihhh?" gumamnya dengan sibuk membenarkan posisi berbaringnya agar menyandar pada kepala ranjang.

Clek

Pintu terbuka, menampilkan Prilly yang tengah membawa sebuah napan. Ali melebarkan matanya, baru akan memanggil tiba-tiba Prilly dihadapannya berubah menjadi Prilly yang ada ditaman.

"Heh denger ya! GUE GA BUTUH PENJELASAN LO! KARENA ITU SEMUA GA BAKAL BIKIN BANI HIDUP LAGI!"

"Inget! LO ITU PEMBUNUH!"

"Pembunuh ya pembunuh!"

"Sekali pembunuh tetep pembunuh."

"Lo pembunuh! Lo pembunuh! Lo pembunuh!"

"Argh! Engga. Plis Prill, Ali bukan pembunuh. Hikss, Ali mohon jangan ada dibayangan Ali lagi. Hiks... Hikss,"

Agatha yang sedaritadi menunggu diluarpun bergegas masuk, menghampiri Ali yang tengah memejamkan matanya sembari ketakutan. Sementara Prilly tetap diam disamping nakas dengan tatapan sayunya.

Apa seburuk itu? Hiks... Batinnya lirih.

Agatha mengusap punggung Ali, menghalangi tubuh Prilly agar tidak dilihat oleh Ali dulu.

"Li, ini Agatha. Prilly mau bicara sama Ali, Ali dengerin aja ya?"

Ali membuka pejaman matanya, menatap Agatha sayu. "Ali takut denger suaranya."

"Ali, aku ga bakal ngomong macem-macem."

Ucapan itu malah terdengar mengerikan untuk Ali. Seperti, "Ali kamu kan yang bunuh Bani?"

"Bukan Prill, bukan Aku. Aku ga mungkin sejahat itu sama sahabat kamu... Hiks,"

Prilly mengerutkan dahinya bingung, baru akan melangkah untuk mendekat intruksi dari Ali membuat langkahnya urung.

"Udahlah Prilly. Ali gamau dikatai pembunuh lagi."

"Aku ga bakal ngatain gitu lagi Ali!"

"Ali, mending tarik nafas dulu. Ayo jangan berfikiran negatif mulu. Kamu ga bakal sembuh kalau terus-terusan mikirin hal yang udah lalu."

Ali menatap Agatha sayu, lalu beralih menatap Prilly yang kini mulai normal. Prilly menunduk antara takut dan gelisah.

"Ali, aku-"

Agatha memotong ucapan Prilly, "mending kamu suapin Ali dulu. Nanti aku balik lagi kesini ya?" Prilly yang ditatap mengangguk lalu mulai mendekat pada ranjang tidur Ali.

"Prill?" sahut Ali tiba-tiba. Prilly mendongkak menatap mata hitam Ali dengan tatapan bersalah.

"Ali, hiks... Aku janji ga bakal nyalahin kamu lagi." ujarnya seketika berderai air mata.

Ali yang awalnya ragu, menjadi tidak ragu untuk menghapus air mata Prilly. Prilly diam, tangan lembut Ali berhasil meluncur dipipinya.

"Maafin aku, Li? Hiks... Aku gamau jauh dari kamu lagi."

"Aku udah maafin kamu Prill. Tapi setiap liat kamu bayangan kamu marah-marah selalu hadir. Hiks aku juga cape Prill." Ali ikut menangis, menekuk lututnya dan menumpukan kepalanya disana.

Prilly mendudukan bokongnya disebelah Ali, mengelus punggung Ali dengan lembut. "Aku janji bakal hapus semua kenangan kita dulu. Aku janji bakal bikin kamu lupa sama yang kemarin."

Ali mengangguk dalam diamnya, lalu menarik tampan yang ada ditangan Prilly. "Aku mau makan sendiri." gumamnya membuat Prilly menghela nafas dan berlalu pergi.
-----
"Iya papahku, aku udah makan kok. Iya, salam buat mas Andra dan papih Fendy. Cepet-cepet pulang Agatha kangen tahu."

"Kangen papah atau kangen mas Andra, hmm?"

"Ih apasih papah nih. Kangen semuanya haha, bay papah muah."

Mengakhiri panggilannya Agatha dengan cepat berbalik menatap Prilly.

"Hai!"

"Aku pusing Tha." gumam Prilly memeluk gadis dihadapannya.

Agatha mengusap lembut rambut belakang Prilly. "Aku juga gatau gimana caranya supaya Ali lupa. Ingatan Ali tuh kaya kuat banget. Aku lihat sih Ali udah sembuh bisa dibilang total. Tapi ketika dia lihat kamu, dia selalu inget sama kejadian waktu itu."

"Itu dia! Aku penyebab Ali inget semuanya. Kayanya aku mau pergi aja. Hiks... Kasian Ali kalau kaya gitu terus. Mungkin kalau ga ada aku Ali ga bakal inget sama yang kemarin lagi, Tha."

"Maksud kamu? Kamu mau aku nikah sama Ali? Hiks aku mohon Prill. Aku udah cinta banget sama mas Andra."

"Tapi-"

"Agatha... Bunda datang," pekikan dari seseorang membuat Prilly dan Agatha serentak menoleh kearah pintu utama.

"Hai bun," sapa Agatha menyambut bundanya dengan pelukan.

Prilly yang melihat itu tersenyum kecil.

Beruntung sekali Agatha, masih dikelilingi orang-orang tulus. Ada bunda yang disambut, Papahnya yang tadi menelpon bertanya sudah makan belum, Mas Andra yang menyayanginya... Juga tante Resi. Haha, aku punya siapa? Bani pergi, sekarang Ali juga. Hiks... Kembalikan semuanya, tuhan...

Sekali lagi saja, akan kujaga siapapun yang mau kembali.

"Nah bun, ini Prilly. Pacarnya Ali loh." seru Agatha membuat Prilly tersadar dari lamunanya.

"April?"

Prilly mendongkak menatap wanita dihadapannya.

.....
A/N: Mau jelas atau engga yang penting ending wkwk.

Our Struggle [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang