48.Who is the Pregnant Woman?
Dikamar bernuasa biru, gadis mungil tengah merapihkan kingsize dihadapannya sembari tergesah-gesah. Ini bukan kamar miliknya, namun ini kamar milik Bani, si laki-laki pecinta bola.Gadis itu bahkan rela menginap demi menunggu sahabatnya, namun sedari kemarin yang ia tunggu belum muncul juga. Bahkan tidak pulang. Hingga tadi ia mendapatkan sebuah notifikasi dari sahabat perempuannya, Syifa. Gadis itu mengirimkan sebuah foto yang jelas membuat Prilly marah.
Prilly berlari kearah kamar mandi, menghadap kearah cermin lalu segera mencuci muka dan menggosok giginya.
Merasa siap, ia merapihkan dandananya. Menarik jaket milik Bani yang sudah pasti kebesaran ditubuhnya yang mungil.
Turun kebawah tepatnya kearah meja makan, ia tidak menemukan siapapun selain mbok Ina sang ART dirumah Bani.
"Mbok? Mamah sama papah kemana?" tanyanya menyantap roti yang sudah disiapkan mbok.
Mbok yang sedang mencuci piringpun menoleh "Mbok gatau non, tuan dan nyonya kemana yang pasti mereka sudah pergi dari tadi." Prilly mengangguk lalu beranjak setelah meneguk susu coklatnya habis.
"Aku pergi mbok!"
Prilly berlari, menyetop taxi yang kebetulan melintas. Tadinya ia ingin pakai bus tapi mengingat ini hari libur, kemungkinan jalanan macet dan lagipula menunggu bus itu perlu waktu yang tidak sedikit.
"Pak, ke Restoran Conzie!"
Pak supir taxi itu mengangguk, lalu melajukan taxinya kearah yang Prilly sebutkan tadi. Restoran Conzie atau lebih tepatnya restoran miliknya itu lumayan dekat jika dari rumah Bani.
-----
Ali, laki-laki itu menyembunyikan wajah tampannya dilekukan kedua tangannya. Sudah lulus dengan nilai yang lumayan baik, Ali bukannya bersyukur atau berpesta untuk sekedar merayakannya ini malah menangis sesegukan didalam kamar.Pintu ia kunci rapat-rapat tidak mau orang rumah masuk tiba-tiba. Menyusut air matanya, lalu berjalan mengambil beberapa bungkusan snack yang memang ia sediakan didalam kamarnya.
Berjalan kearah kingsize, merogoh ponselnya dan memutar lagu yang menurutnya sesuai dengan keadaan. Menyambungkan bluetooth dari ponselnya ke spiker aktif yang ia punya, dan men-stel volume sekeras-kerasnya.
Membuka salah satu snacknya lalu mencomotnya tanpa perasaan.
Kesayanganku - Al Ghazali Ft. Chelsea Shania.
"Dengarlah cinta hatiku remuk redam...
Jika tak ada kamu...
Menemani aku..."
"Prill nyanyi Prill!" bahkan seperti orang tidak waras Ali berteriak seolah-olah Prilly ada.
Dengarlah cinta ku memanggil namamu
Disetiap malamku
Ku memikirkan kamu.
Ali diam, mengangguk-nganggukan kepalanya mengikuti irama... Membiarkan si penyanyi wanita yang bernyanyi, mencomot keripiknya sampai sekepalan tangannya, lalu memasukan kedalam mulutnya tanpa perasaan.
"Aku sepi-sepi sepi-sepi...
-uhuk uhuk... Jika tak ada kamu"
Aku mati mati mati mati
"Keselekkk!" pekik Ali meloncat-loncat diatas kingsize. Macam monyet:/
Jika engkau pergi
"UHUKKK!!! Dengarlah kesayanganku...
Jangan tinggalkan aku...
Tak mampu jika ku tanpamu" walau tadi Ali tersedak, tapi laki-laki itu masih bisa bernyanyi tanpa minum lebih dulu.
Dengarlah kesayanganku
Hidup matiku untukmu
Kumohon pertahankan aku
Masih sama, berulang-ulang Ali diam, membiarkan penyanyi wanita bernyanyi, seolah-olah penyanyi wanita itu adalah Prilly.
Tok tok tok
"ALI ISTIRGFAR LO!"
"ALI WOI BUKA!"
"ALI TAI BUKA!"
Hingga sebuah suara pekikan yang berulang-ulang, dan ketukan pintu yang terus menerus, membuat Ali mendengus dan mematikan putaran lagunya. Beranjak turun lalu memutar kunci agar terbuka.
"Apa?" ketus Ali memalingkan wajahnya kesal.
"Berisik anjir! Lo budek! Ga bisa pelan-pelan aja napa?" Ali mendengus membanting pintu, meninggalkan Alya yang makin meradang.
"ADIK BUDEK!"
Ali yang mendengar pekikan kakaknya pun memutar tubuh, berjalan lagi kearah pintu dan menyembulkan kepalanya keluar sedikit. "GA NGERTI LO MAH ANAK SOANG!"
"MAMAH, ALI BILANG MAMAH SOANG!"
-----
Prilly berlari tergesah-gesah. Memasuki restorannya yang terlihat sepi. Sebenarnya notifikasi yang ia dapatkan dari Syifa adalah sebuah foto. Foto Bani dengan seorang perempuan yang tengah mengandung, terlihat dari perutnya yang buncit.Walaupun tidak terlalu jelas, tapi Prilly bisa lihat kalau itu Bani.
Cemburu memang ada namun yang benar-benar menjadi sumber kemarahannya adalah... Mengapa Bani tidak ada disaat kelulusan itu? apa karena wanita hamil itu? Siapa sebenarnya wanita hamil itu? Apa hubungannya dengan Bani? Sampai-sampai Bani tidak pulang.
Prilly menepis pikirannya yang berkelana, mencoba berlari cepat ke restorannya. Sebenarnya ia pun tak mau berlari seperti ini, tapi Taxi yang ia tumpangi malah terjebak macet dan untungnya restoran sudah terlihat.
Mengatur nafasnya dulu sembari memegangi lutut. Tersenyum pada Pak satpam yang sudah menyambutnya didepan pintu restoran.
"Selamat datang nona!" Prilly meluruskan tubuhnya, tersenyum lagi pada Pak satpam dihadapannya. "Iya pak!"
Pak Reo membukakan pintu restoran untuk Prilly dan Prilly dengan cepat melangkah masuk.
Brakk!
Setelah masuk, air matanya luruh... Dan kejadian tak terduga menyambutnya.
.....
A/N: Besok kira-kira gw bisa next ga ye? Wkwk sabtupun sesibuk itu:) malah lebih sibukkk... Wkwk payyypay!!! Siap2 menuju ending:p eh 60 teh masih lama g? Wkwk😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Struggle [END]
RandomEnd! Mengandung sedikit kekerasan, Ada beberapa kata kotor di beberapa part, Konflik ringan dan tidak mengandung bawang bombai. "Aku berjuang untukmu!" "Dan aku pernah berjuang untukmu juga." "Kita adalah pejuang cinta diwaktu yang tidak sama." ...