OS - Forty Seven

826 114 4
                                    

47.Ali's Hug


Prilly memeluk Monik erat... Menintikan air mata bahagianya di bahu milik wanita itu. "Mamah bangga sama kamu! Bunda juga pasti!"

Prilly tersenyum "Makasih mamah, April gatau lagi kalo ga ada mamah yang jagain April." Monik mengangguk kecil lalu mencium puncak kepala Prilly.

"Mamah selalu jagain kamu!"

"Aprelll! Huaaa Sipa bangga banget punya sahabat kaya Aprelll!" Syifa memeluk tubuh mungil Prilly. "Makasih Sip, udah mau jadi sahabat gue!"

"Ahhh sedih!"

"Selamat April!" Rizky mengulurkan tangannya, yang langsung disambut oleh Prilly "Thanks Ky!"

"Bani kemana ya mah?" seakan-akan baru menyadari Prilly celingak-celinguk mencari seseorang yang belum ia temui sedari tadi.

"Papah bangga sama kamu, Bie!" sudah biasa pria paruh baya selaku Papah Bani memanggil Prilly bie. Kedua orang tua Bani sangat menginginkan anak perempuan, namun tuhan belum mempercayainya.

"Papah!" Prilly dengan segera memeluk Jihan, papah Bani. "Bani mana, pah?"

"Loh? Papah ga lihat dari tadi. Papah kira udah masuk duluan waktu papah lagi telponan."

"Ga adaaa!" rengek Prilly membuat semua orang terkekeh.

"Prilly?" suara itu membuat Prilly menoleh cepat. "Tante?" tanpa ba-bi-bu Prilly memeluk Resi, menimbulkan kekehan dari Resi yang dipeluk.

"Selamat ya sayang. Tante bangga loh."

Prilly melepas pelukannya, menatap Resi malu "Makasih tante. Hehe."

"Cie kakak malu!" goda Gisel menunjuk-nunjukan jari telunjuknya pada Prilly. Prilly terkekeh lalu membuang mukanya kesembarang arah.

"Hai, Resi mamah Ali" Resi mengulurkan tangannya kearah Monik yang jelas langsung diterima baik oleh wanita itu. "Ah, saya Monik mamahnya April dan Bani. Dan ini suami saya, Jihan." Jihan mengangguk yang langsung dibalas anggukan pula oleh Resi.

"April?"

"Eh, April itu Prilly tante." Resi mengangguk lagi. "Jadi Bani dan Prilly sodaraan?"

Monik menggeleng "Mereka saya jodohkan," ujarnya mantap, tanpa sadar Ali dibelakang sana tersenyum pahit. Ia sudah meng-klaim bahwa Prilly adalah jodohnya, tapi nyatanya? Kesempatan untuk Ali bahkan hanya beberapa persen atau mungkin tidak ada.

Ali melangkah maju "Selamat Prill! Aku bangga sama kamu!" setelah mengucapkan itu Ali memeluk Prilly erat. "Maafin semua kesalahan aku Prill, aku ga bermaksud kaya gitu." Ali terisak kecil. Membuat semua orang yang berdiri disekitarnya terkejut.

"Udah Li ga enak dilihat orang!" Prilly tersenyum pada Resi, tangannya berusaha menjauhkan tubuh Ali darinya. Padahal gue kangen pelukan Ali.

"Sebentar aja!" Prilly menghela nafas lalu membiarkan Ali terisak dibahunya. Ia sebenarnya tak tega namun kelakuan Ali benar-benar membuat Prilly kecewa.

Flashback on

Setelah Ali mengungkapkan semuanya pada Prilly, Ali tiba-tiba banyak diam dan sekarang laki-laki itu tengah memijat kakinya, awalnya Prilly sedikit terhanyut karena perhatian kecil dan ungkapan Ali itu. Namun setelah Bani datang, Ali malah membuat keributan.

Melihat Bani yang tengah berjalan masuk kedalam restoran, Ali tak tinggal diam. Ia dengan segera memeluk Prilly, bahkan berani mencium pipi chubby Prilly.

Prilly tersentak terkejut, ia diam dulu beberapa menit hingga kesadaran menyapanya lagi. Baru akan berontak sebuah suara membuatnya diam dan menoleh.

"April!"

Prilly menghentakan tangan Ali kasar, berdiri dari duduknya lalu mendekat pada Bani. "Ini ga seperti apa yang lo liat!" sergahnya setelah menatap mata Bani yang nampak mengkilat.

"Ga seperti apa yang Bani liat gimana? Jelas-jelas kita emang lagi pacaran disini!" suara Ali membuat Bani menatap Prilly lirih.

"Kenapa Pril?"

"Bani, Ali bohong!"

"Kenapa lo ngecewain gue Pril? Lo bilang lo mau belajar sayang sama gue."

Mendengar itu Prilly menggenggam tangan Bani erat. "Percaya sama gue Ban!" Bani menggeleng.

"Udahlah Prill. Bani harus tau!"

Prilly menatap Ali tak percaya, baru saja ia terhanyut oleh sikap lembut Ali. Namun laki-laki itu malah membuatnya makin membenci. "GUE BENCI SAMA LO!" Kata itu lagi:v

Prilly menarik Bani keluar restoran, meninggalkan Ali yang terdiam setelah mendengar kalimat Prilly. Ntah keberapa kali Prilly mengucapkan, ia membenci dirinya.

Apa ia salah lagi?.

Flashback off

"Udah lupain aja. Asal lo ga usah ganggu gue sama Bani lagi!" Ali menjauhkan tubuhnya dari tubuh Prilly, lalu menatap Prilly seolah-olah bertanya kenapa?.

Oke, mungkin Ali tak sadar diri, namun ia hanya ingin berjuang walau cara berjuangnya yang salah. Tapi apa karena kesalahan itu... Ia harus dijauhi?.

Prilly melirik kearah pintu, sahabatnya itu bahkan belum muncul. Memang iya, pasal insiden direstoran itu Bani sudah memaafkannya namun perhatiannya pada Prilly sedikit berkurang.

Dan Prilly merasa bingung pada sifat cuek Bani. Mereka memang belajar bersama, namun belajar bersama disini... Satu atap tapi tak saling berdekatan.

.....
A/N: Nocomment lagi nugasss:" langsung vote jan kabor:( pay!

Our Struggle [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang