19.An Explanation
Laki-laki dengan seragam sekolah itu menjalankan motor sportnya dengan kecepatan diatas rata-rata. Banyak orang yang memaki karena merasa terganggu.Menarik senyumnya ketika berhasil sampai dirumah besar itu dengan jarak waktu yang singkat. Berjalan terburu-buru dengan mensandarkan motornya asal.
Tok tok tok
Laki-laki itu hanya mengetuk tanpa mau membuka suaranya, hingga suara langkah kaki membuat dirinya nyaris menegang, takut-takut kedatangannya ditolak mentah-mentah.
"Sebentar!"
Cleck
"Den Ali? Masuk den." Ali segera masuk, mengikuti langkah pendek asisten rumah tangga kekasihnya itu. Hingga bibi menggiring Ali menuju sofa ruang tamu. "Mau bibi buatkan apa den? Sembari memanggilkan nona cantik,"
Ali menatap bibi lalu menggeleng "Boleh Ali aja yang nyamperin Prilly bi? Lagi sakit kan?" bibi mengangguk lalu mengantarkan Ali menuju lantai 2 dimana kamar gadis itu berada.
Pintu bercat putih dengan ukiran nama April VS Alex membuat Ali terkekeh dan hampir mengeluarkan air matanya.
"Bibi tinggal ya den," bibi pergi meninggalkan Ali yang sedang mempersiapkan dirinya untuk menjelaskan.
"Prill," panggilnya pelan, namun tak ada sahutan didalamnya. Hingga Ali sedikit membuka pintu bercat putih itu dan mengintip kedalamnya.
Sangat terlihat jelas disana, bidadari cantik tengah meringkuk layaknya bayi dibawah selimut tebalnya. Bibir merahnya nampak asik menggerutu.
"Ali mah jahat emang!"
"Dasar Alioncommm kesel!"
"Indah jelekkk, mantan kamu jelek Aliii!"
Ali terdiam mendengar kalimat pertama lalu terkekeh kala mendengar kekasihnya itu menjelek-jelekan Indah.
"Indah emang jelek, cantikan kamu." Ali mengusap lembut pipi Prilly, ransel sekolahnya ia simpan dikursi belajar milik Prilly. Ali memang belum pulang kerumah, ia bahkan meninggalkan 3 pelajaran lagi demi menemui Prilly.
"Ah apaan sih nih! Ganggu orang tidur." gerutu Prilly menepis tangan Ali pelan.
"Bangun, ini aku." Prilly mulai mengerjap-ngerjapkan matanya pelan lalu menoleh kesamping kanannya. Hingga matanya melebar dengan gerakan cepat-cepat duduk.
"Siang sayang!" Prilly menatap Ali aneh, tumben sekali Ali memanggilnya sayang?.
"Ngapain kesini? Udah tau punya salah apa?" Prilly kali ini benar-benar marah, mungkin ia sakit hati? Atau terlalu lelah?.
Ali menghela nafas "Indah, kan?"
"Kamu cemburu karena aku nganterin Indah pulang, kamu bukannya pulang malah hujan-hujanan, jidat kamu kejedug meja sama kegores paku gara-gara Indah kan?. Dan ternyata gara-gara hujan luka kamu itu basah lagi." Prilly diam menyimak.
"Tentang tidur berdua, pelukan yang Indah bilang itu, aku bakal jelasin kejadian sebenarnya,"
Flashback on
Ali diliputi rasa takut kala Indah tak bangun-bangun dari pingsannya, ia berusah menghubungin orang tua Indah, namun mereka sibuk mencari uang jelas untuk biaya kehidupan anak mereka. Papah Indah memang sibuk namun ia masih bisa membagi waktu dengan anak dan istrinya, mamah Indahpun sama sibuknya, namun ia tak sesibuk suaminya.
Ali menatap Indah kesal, waktunya terbuang sia-sia hanya karena menunggu orang yang bukan siapa-siapanya. Namun selang 5 menit Indah mengerjap-ngerjapkan matanya menatap Ali dengan manja.
"Alex aku laper," rengeknya menarik-narik jaket yang Ali pakai. Jelas Ali risih, iapun berlalu keluar mencari makanan untuk Indah.
Ketika sampai diruang tamu Ali melihat Rio baru pulang, tanpa basa-basi Ali segera mendekat "Io, adek lu lapar. Gue harus balik." Rio menoleh pada Ali.
"Lex temenin adek gue dulu plis, gue ada futsal dilapang RW, lagipula diluar hujan. Dan makan biar gue yang ambilin, lo tunggu diatas aja." Ali menatap Rio tajam, tapi yang ditatap malah melengos kearah dapur. "Hujan mau futsal? Goblok ko dipiara! Otak tuh gedein!"
Dengan sangat terpaksa Ali melangkahkan kakinya lagi kekamar Indah, terduduk dengan wajah yang enggan menatap Indah.
"Alex liat akuuuu." Ali menulikan telinganya.
Hingga 10 menit Rio datang membawakan makanan, menyerahkannya pada Ali lalu menjauh dari ranjang Indah. Rio berdiri didepan pintu mengotak-ngatik ponsel dengan senyuman miringnya.
"Alexxx suapinnn!"
"Tangan lo masih normal?" Indah mengangguk "Pake!"
"Tapi lemes." dengan terpaksa Ali mendekat pada Indah, lalu mulai menyuapi gadis manja dihadapannya.
Sementara Rio sibuk mengarahkan ponselnya kearah Ali dan juga Indah.
"Katanya lo ada futsal?" sindir Ali membuat Rio gelagapan dan berlalu keluar dari kamar Indah.
"Udah kan? Gue mo balik." ketus Ali hampir berlalu.
Indah menahan lengan Ali "Jangan ditinggal sendiri, ntar aku bilangin mamah." Ali mengepalkan tangannya berusah untuk tidak berlaku kasar.
"Yaudah gue mau ngabarin Prilly dulu." Indah mendengus, melihat Ali mengotak-ngatik ponselnya dengan segera Indah merengek "Haus,"
Ali terpaksa menyimpan ponselnya dinakas lalu berlalu mengambilkan air tanpa banyak berkata-kata.
Saat Ali tengah mengambilkan minum, Indah mengulurkan tangannya berusah menggapai ponsel Ali yang sedari tadi berdering.
Disana tertera nama Prilly, karena tidak mau diganggu Indahpun mereject dan menghapus semua pesan yang masuk dari Prilly. Indah keluar dari roomchat Prilly lalu menswipe kekanan untuk membuka kamera whatsapp. Berselfie ria disana lalu mempostingnya dengan kata-kata yang Prilly baca kemarin.
Ali masuk lagi dan dengan cepat Indah mematikan daya ponsel Ali. "Low batte hp kamu Li, cas aja disana." Ali sempat tak percaya namun ketika menekan tombol on ponselnya ia tak menemukan cahaya dari sana.
Setelah mencharger ponselnya, Ali duduk dengan pandangan lurus kedepan, hingga sebuah suara membuat Indah mendengus.
.....
A/N: Mana nih yang udah nuduh Ali? Gboleh lohhhh suuzon sm pacar aku 😌 sementara waktu dinext tanpa mulmed dlu ya... Sumpah ga ada kata gabut:"(... Vote aja... Gw lagi nugas nihhhhh

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Struggle [END]
AcakEnd! Mengandung sedikit kekerasan, Ada beberapa kata kotor di beberapa part, Konflik ringan dan tidak mengandung bawang bombai. "Aku berjuang untukmu!" "Dan aku pernah berjuang untukmu juga." "Kita adalah pejuang cinta diwaktu yang tidak sama." ...