OS - Fifty

892 102 6
                                    

50.Accident?


Bani menghempaskan tubuhnya disofa, meraup pasokan udara beberapa kali. Jujur hatinya tak tenang, sedari kemarin ia merasa gelisah dan ntah kenapa tiba-tiba ia ingin melamar sahabatnya itu.

Melirik sedikit kearah dapur tepatnya kearah Mamahnya dan Prilly yang sedang sibuk memasak untuk makan siang.

"Gue kenapa?" cicitnya pelan.

"Mah? Bani mau ngajak April tunangan." ungkapan Bani sebelum mamahnya pergi untuk mengambil hasil kelulusan, membuat Monik terkejut kesenangan.

Tunangan saja? Bukan menikah. Setidaknya dengan ikatan ini mereka tidak akan putus. Batin Monik berfikir saat itu. Hingga mamah muda itu menyetujui dan mengikuti rencana Bani yang bilang akan menghilang dulu. Niat awalnya ingin menelpon Prilly dan menyuruhnya untuk datang ke restoran lalu berkata,

"Aku ga bisa lanjutin pendekatan ini-" Bani ingin tau ekspresi Prilly, lalu melanjutkan perkataannya.

"-aku pingin kita tunangan."

Namun semuanya gagal hanya karena rencana gila Syifa tapi Bani bersyukur. Bersyukur bisa menjadikan Prilly tunangannya.

"Yuk Ban, makan." Bani tersentak kecil lalu beranjak menghampiri kedua wanita tercintanya dimeja makan.
-----
Ali makin menjadi-jadi kala mendengar Bani telah mengikat Prilly sebagai tunangannya, pupus sudah harapannya untuk menjadi peparang... Perebut pacar orang.

Merasa perlu penjelasan, Ali menyambar kunci motornya, tapi sebelum itu Ali mengirimkan dulu pesan singkat pada seseorang yang mau ditemuinya.
-----
Prilly yang memang masih menginap dirumah Bani, tengah bersantai ria bersama Monik diruang tengah, tepatnya ruang keluarga.

"April sayang, ko mamah ngerasa ga tenang gini ya?" Prilly menoleh pada Monik.

Sedikit mendekat lalu menatap wajah Monik yang sedikit pias "Kenapa mah?"

"Gatau nih!"

"Perlu diperiksa dokter? Muka mamah pucet." Monik menggeleng, lalu fokusnya teralihkan pada Bani yang sudah rapi dengan kemeja santainya. "Mau kemana?"

"Keluar bentar mah, Pril tunggu ya... Aku mau keluar dulu, sini peluk!" Prilly mengerutkan dahinya heran, apa orang bertunangan harus seperti ini? Mungkin iya dan Prilly tidak tahu.

Dengan tersenyum, Prilly menghampiri Bani lalu memeluknya erat dan dikursi sana Monik tersenyum kecil sembari mengabadikan momen tersebut lewat kamera ponselnya.

Setelah melepaskan Prilly, Bani menyambar kunci mobilnya. Berlalu keluar dengan amarah yang siap diledakan, apa lagi yang laki-laki itu inginkan? Pikir Bani.

Brum brum brum...

Mobil melaju jauh, meninggalkan Monik dan juga Prilly yang tiba-tiba sama-sama gelisah. Prilly berusaha tenang, memejamkan matanya untuk meredakan sedikit rasa sesak didadanya.

Karena sudah sangat gelisah, akhirnya Prilly berlari keatas tepatnya kearah kamar Bani. Tadi ia men-charger ponselnya dikamar Bani. Baru akan mencabut kabel datanya, sebuah suara notifikasi membuat Prilly mengurungkan niatnya dan mencoba mencari suara itu.

Setelah dicari ternyata itu suara notifikasi dari ponsel Bani, ya Bani tidak membawa ponsel. Prilly berjalan mendekati ponsel Bani, mencoba membuka dan melihat notifikasi masuk dari seseorang yang ia kenali bahkan sangat mengenali.

Alex : Lo yakin ga bakal datang?

Pesan itu, jelas membuat Prilly langsung mengerti. Jikalau Bani sedang bertemu Ali. Membuka room chat Bani bersama Ali lalu mulai membaca isi pesannya.

Our Struggle [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang