OS - Sixteen

1.3K 139 21
                                    

16.Ali Cheating? and Bani's Anger!


Prilly mematikan sambungan itu sepihak, air matanya meleleh tanpa bisa dibendung. Terisak kecil dibantu tangan yang menjadi penopang kepalanya.

Hingga suara langkah kaki membuat Prilly segera menyusut air matanya. Ruangan Prilly tampak sunyi, sangat mudah untuk mendengar apapun, termasuk bunyi yang samar-samar. 

"Aprel?" gumamnya pelan, menyembulkan kepalanya sedikit lalu tersenyum kecil. Prilly menoleh pada pintu "Sipaaa!"

Syifa segera masuk, memeluk sahabat cantiknya itu lembut. "Kenapa bisa sakit?"

"Kehujanan doang." Syifa mengangguk lalu duduk dikursi samping brangkar.

"Tapi ga harus dirawatkan?" Prilly menggeleng sebagai jawaban tidak tahu.

Keduanya larut dalam obrolan, hingga mereka tak menyadari bahwa Bani sudah ada dibelakang Syifa. "Khem, seru banget." sindirnya membuat Prilly dan Syifa menoleh serentak.

"Nih makanan buat kalian!" Bani mendekat menyerahkan sekantong keresek hitam pada Syifa.
-------
"Eh Ban," Bani menghentikan mobilnya, lalu menoleh menatap Prilly yang duduk tepat disamping kirinya. "Itu rumah siapa?"

Bani kembali menolehkan kepalanya kearah kanan, tepat searah dengan telunjuk Prilly. "Oh itu rumah Indah, itu si Alex ya?"

Prilly mengangguk menoleh pada Syifa yang sedang tidur sembari meringkuk dijok belakang. Memastikan Syifa benar-benar tidur Prilly menoleh lagi pada Bani.

"Ini rumah Indah?" tanyanya lagi memastikan. Prilly mendekat pada Bani lalu sedikit melirik Syifa, takut gadis itu terbangun. Syifa terbilang manusia yang sensitif, terlebih lagi pada Ali dan Indah.

"Iya, itu Alex kita samperin aja." Prilly menahan tangan Bani, tapi sorot matanya tetap fokus pada 2 insan yang sedang berpelukan didepan rumah.

Prilly sangat tahu tubuh itu, itu benar Ali. Alinya tengah berpelukan dengan gadis lain.

Prilly memalingkan wajahnya kelain arah "Jalan!" Bani menghembuskan nafasnya lalu menjalankan mobil miliknya itu.

Bani melirik kearah Prilly dengan ekor matanya, melihat bahu Prilly bergetar Bani tahu bahwa sahabatnya itu tengah menangis. Tanpa diketahui oleh Prilly, Bani mengepalkan tangannya, meremas stir mobil kuat, buku-buku jarinya nampak terlihat bahkan sorot matanya berubah menjadi tajam nan menakutkan.

"Awas lu Lex!" Bani mendesis pelan bahkan nyaris tak bersuara.
-----
Bugh!

Bagh!

Bugh!

"Maksud lo apa Ban, datang-datang nonjokin gue?" laki-laki yang terkena bogeman itu menatap tajam Bani, ya Bani yang memukulinya.

Bani menarik kerah laki-laki dihadapannya kasar. "Lex, kalo lo cuma mau mainin hati April!? Lebih baik lo jauhin dia!"

Brak!

Bani mendorong laki-laki yang ternyata Alex atau Ali. Ali menyeka darah disudut bibirnya kasar. Sebelumnya ia tak pernah punya masalah sama sekali, saat tahu Indah berselingkuh dengan Arkan pun ia nampak tak peduli.

"Lo tau kenapa gue marah banget? Selain lo nyakitin April, lo juga nyakitin Arkan!"

Ali mendekat pada Bani, mendorong bahu Bani kasar "Gue ga pernah nyakitin Prilly!"

"Asal lo tahu ya! April kemarin liat lo pelukan sama Indah!" Ali menurutkan lengannya menatap Bani dengan sorot mata 'Apa!?'.

"Lo pelukan sama Indah kan? Didepan rumah Indah? April liat sampe dia nangis! Cowo sialan kaya lo ga pantes nyakitin cewe baik kaya April."

"Lo ngomong gini karena lo suka kan sama Prilly? Lo pikir lo lebih oke sama Prilly?"

"Seengganya April aman dan ga bakal sakit hati kalo sama gue!" Bani membalikan tubuhnya membelakangi Ali. "Gue peringatin sekali lagi! KALO NIAT LO CUMA NYAKITIN APRIL? MENDING LO JAUHIN DIA!" setelahnya Bani berlalu pergi meninggalkan Ali yang diam termenung.

"Li, duduk dulu" Rizky menarik lengan Ali untuk duduk.

Brak!

"BUBAR KALIAN!" Rizky mengebrak meja keras, membuat siswa-siswi yang tadi berkerumun berlarian kecil untuk pergi.

"Li, mending lo kompres dulu luka lo." Rizky menuntun Ali kearah UKS.

Ketika sampai Di UKS, Rizky segera memanggil para PMR agar luka Ali segera diobati. Rizky menunggu dikursi samping berangkar, memijat pangkal hidungnya pelan.

Brak!

"Apa lagi ini?" gumam Rizky menoleh pada pintu yang tiba-tiba dibanting keras.

Syifa muncul dari sana, memasang wajah marahnya menatap kearah Ali.

"Heh payah!" Syifa menerobos menabrak bahu kedua PMR yang sedang mengobati Ali. Setelah berada dihadapan Ali, Syifa mendorong bahu Ali keras. Hingga Ali terjungkal sedikit kebelakang.

Plak!

Tamparan itu membuat Ali menoleh terkejut.

.....
A/N: Vote dulu yang part 15... Biar enak nextnya:"( sedih banget liat part atas gila sih:v... Apa harus nunggu banyk yang vote dulu baru next? Biar kek orang-orang?

Our Struggle [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang