End!
Mengandung sedikit kekerasan, Ada beberapa kata kotor di beberapa part, Konflik ringan dan tidak mengandung bawang bombai.
"Aku berjuang untukmu!"
"Dan aku pernah berjuang untukmu juga."
"Kita adalah pejuang cinta diwaktu yang tidak sama."
...
Prilly menghela nafas, melirik sedikit kearah Arkan yang sedang menjenguk Bani. Diruangan rawat Bani hanya ada Ia dan Arkan. Monik dan Jihan sedang berusaha mencari dalang dari kecelakaan anaknya itu.
"Kan, lo kemana aja selama ini?" Arkan disana menoleh pada Prilly.
"Gue pindah sekolah."
Prilly jelas terkejut "Semudah itu? Waktu udah deket sama Ujian, dengan mudahnya lo langsung diterima sekolah lain?"
Arkan tersenyum kecil "Pake uang ga ada yang ga bisa Prel!" Prilly mengangguk setuju.
Arkan kembali menatap Bani, mengangkat tangan Bani untuk ia simpan dikeningnya. Bagaimana pun Bani lebih tua darinya.
"Gue mau minta maaf!" cicitnya pelan, bahkan Prillypun tak mendengar.
Hingga,
Tuttt
Tuttt
Tutt
Prilly spontan melirik kearah monitor yang berbunyi. "Kan! Arkannn!" Arkan ikut menoleh. Tersentak dan segera menekan tombol bantuan disamping brankar.
Hingga dokter dan suster berdatangan, mendekati Bani dan melakukan apa yang harus mereka lakukan. Dokter mengeluarkan sebuah alat, Defribrilator. Alat kejut jantung ini digunakan dalam saat-saat tertentu. Contohnya saat ini, jantung Bani sudah mulai melemah, dan alat ini digunakan untuk merangsang otot-otot jantung agar kembali bekerja.
Sudah berulang kali benda itu ditempelkan, tapi denyut jantung Bani malah makin melemah dan sulit dikembalikan.
Tuttt
Tuttt
Cittt
Mendengar itu dokter pasrah, kehendak tuhan tidak ada yang bisa mengelak. Prilly diluar menjerit, tubuhnya meluruh dengan tangan yang sibuk mengetuk-ngetuk pintu ruangan Bani.
Dugh dugh dugh
"Sembuhin BANI, DOKTERRRRR!"
"BANIII JANGAN TINGGALIN GUEEE!"
"BANIIIII!"
Didalam sana suster menutup wajah Bani dengan kain putih, Prilly makin menjerit histeris karenanya. "BANI MASIH HIDUP!"
"WOI JANGAN DITUTUPINNN!"
"BANI TUNANGAN GUE!!!"
Baru dokter itu akan keluar, Prilly sudah terlebih dahulu mencegatnya, menarik-mendorong tubuh dokter tersebut, hingga membuat dokter itu kewalahan dan pasrah. Baginya sudah biasa mendapatkan serangan secara dadakan seperti ini.
"BANI GA MUNGKIN NINGGALIN GUE DOKTER!" bentaknya membuat Arkan yang sedang menelpon menjadi menghampirinya.
"Prel! Udah ikhlasin Bani!" Arkan menarik tubuh Prilly, membiarkan dokter tersebut berlalu dari hadapan Prilly dan Arkan.
Apa Bani emang udah ga kuat? Tapi dia nungguin gue meminta maaf dulu?. Pikir Arkan gelisah.
"IKHLAS? IKHLAS LO BILANG?! SELAMA INI BANI YANG NGEJAGA GUE! BANI YANG SAYANG SAMA GUE! LO GA BAKAL PAHAM!"
"Gue paham! Gue juga sayang sama Bani, Prel!"
"Ali! Gue harus samperin ALI!" Prilly menarik tubuhnya dari Arkan, bermaksud ingin menghampiri Ali yang ia pikir masih ada diruangannya.
"PREL! ALEX GA SALAH!" Prilly tersentak, menatap Arkan tajam.
"Jadi lo tau siapa yang salah?"
Arkan gelagapan "Gue... gue ga tau, tapi gue yakin Alex ga salah."
Prilly melepas cekalan tangan Bani padanya, "ALEX YANG TERAKHIR BANI TEMUIN, KAN!"
"Alex yang harusnya mati! Bukan Bani!" nada suara Prilly mengecil. Meluruhkan tubuhnya dihadapan Arkan.
"Maafin gue Prell!" Arkan menggumam, mensejajarkan tubuhnya dengan Prilly dan merengkuh tubuh mungil itu erat. "Bani bahagia kalo kita bahagia!"
"Arkan!" Arkan membawa Prilly berdiri, tubuh mungil itu masih direngkuh hangat olehnya. "Bani? Bani kenapa Kan?" gadis itu, Syifa menatap Arkan khawatir.
"Dia udah ga ada Syif!" Arkan terisak kecil. Selaki-laki apapun dia, jika menyangkut sahabat dekat pasti akan lemah.
"LO BOHONG!" kini giliran Syifa yang memukul-mukul pundak Arkan. "Prell!" Syifa mengambil alih untuk memeluk tubuh Prilly, keduanya menangis histeris sembari berpelukan.
"Ini! Gue yakin ini alasan Bani pengen tunangan cepet-cepet sama lo!"
"Gue ga sanggup liat Bani... Hiks hikss"
Brukkk
Prilly mengerjap-ngerjapakan matanya, menatap sekeliling yang terasa asing. Ia menghela nafas penuh syukur. "CUMA MIMPI!" gumamnya.
"Daripada mikirin hal ga jelas, mending gue keruangan Bani sekarang." Prilly turun dari brangkar... "Ko gue disini ya?" tak mau memikirkan hal tersebut, akhirnya Prilly memilih berjalan keluar dengan langkah tertatihnya.
Pintu dibuka pelan, menampilkan Syifa dan Arkan yang tengah duduk sembari melamun.
"Sip? Kan?" keduanya masih terdiam, menatap lurus kedepan. "Sip? Kan?" ulang Prilly dengan sedikit pukulan kecil yang membuat keduanya tersentak.
"Prel! Lo udah sadar?"
"Emang gue kenapa ya?"
"Hah?"
..... A/N: Setiap hari kangen Ali:"( herman gw... Mamah Eci ngasih apaan ya sm Ali:"( bikin candu bgt... Perasaan gw aja atau emg Warkop lama tayangnya sih? 😂 gasabar-
Menanti pacar halukuuu 🎶
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.