OS - Fifty Three

835 106 16
                                    

53.Ostracized!

Pemakaman Bani, sudah dilaksanakan dari 1 jam yang lalu... Kini hanya ada keluarga dan orang-orang terdekat yang tampak mengelilingi gundukan tanah tersebut. Ya, semuanya bukan mimpi Prilly. Bani memang pergi.

Prilly, gadis itu meraung-raung sembari mengusap batu nisan milik tunangannya ralat mungkin? mendiang tunangan. Apa ada?.

"Baniii!"

"April sayang, ikhlasin biar Bani tenang." Monik terisak kecil. Mengusap lembut surai anak sahabatnya yang akan ia angkat menjadi anaknya.

"Mamah!" Prilly meraung, memeluk Monik erat seakan-akan mengadu bahwa ia tak sanggup.

"Mamah yakin, ini takdir tuhan. April disini sama mamah dan papah, Bani disana sama bunda dan ayah." penjelasannya membuat Prilly meredakan sedikit tangisannya.

Prilly menatap Monik lekat "Apaa... Apa bunda kesepian? Kenapa ga ambil April aja? April kan kangen bunda ayah juga."

"Hush! Jangan ngomong gitu ah!" Monik mengapit wajah Prilly dengan kedua tangannya. "Mungkin di dunia ada sesuatu yang harus April selesaikan. Atau mungkin tuhan sudah siapkan jodoh untuk April didunia dan akhirat, bukan hanya diakhirat."

"Tapi mah,"

"Siapa sih sayang yang bisa ngelawan takdir? Ikhlas dan banyak kirim do'a supaya bunda, ayah dan Bani bahagia disana. Karena yang mereka butuhkan sekarang adalah do'a dari orang-orang banyak bukan tangisan."

"April sayang mamah dan papah." Prilly memeluk Monik erat. Melirik kearah Jihan, Syifa, Arkan dan Rizky yang tengah menatap mereka, Prilly dan Monik sendu.

"Kita juga ga bisa dan ga siap kehilangan Bani. Tapi takdir siapa yang tau kan Prel?" Prilly mengangguk lalu mulai beranjak bangun dengan tangan yang sibuk menyusut air matanya.

"Ayo kita berdoa untuk yang kedua kalinya." semua mengadahkan tangannya kedepan, dipimpin oleh Jihan selaku laki-laki tertua.

Asik berdo'a tanpa sadar mereka tengah diperhatikan oleh seseorang yang sedang meremas-remas tangannya.

"Maafin gue Ban!" gumamnya kecil.

Dan berlalu pergi sebelum ada yang melihatnya.
-----
Hari-hari berlalu dengan biasanya, hanya mungkin berkurangnya  sesosok berharga dihidup Prilly. Syifa, Prilly dan Arkan... Mereka sepakat untuk melanjutkan pendidikannya dikampus yang sama. Begitu juga dengan Rizky yang tiba-tiba berjauhan dengan Ali. Laki-laki itu memilih mengikuti Syifa atas perintah orang tuanya dan orang tuanya Syifa. Bucin amat sampe ninggalin sahabat hilih dasarrr.

"Li gue kecewa sama lo!" itulah kalimat terakhir Rizky kepada Ali, setelahnya Ali benar-benar dijauhi. Seperti si buruk rupa yang pantas dicaci maki dan di hina. Ali selalu dijauhi Prilly, Syifa makin membenci Ali dan Rizky yang tiba-tiba tidak mempercayainya. Tapi ada seorang yang masih mau bertegur sapa dengan Ali... Arkan.

Bahkan laki-laki itu lebih baik dari sebelum-sebelumnya. Yah, Ali pun memilih kampus yang sama dengan ke-4 orang tersebut, namun ingat! Ali selalu dikucilkan.

Seperti sekarang...

Ali adalah mahasiswa dengan jurusan Hukum, sementara Prilly mahasiswi dengan jurusan Akuntansi Bisnis. Syifa dan Rizky jelas mengambil jurusan yang sama, Manajemen Bisnis. Dan Arkan yang menjadi mahasiswa jurusan Hukum, teman Ali dikelas. Males mikirnya... Apa ajalah terserah mereka.

"Lex? Gabung yu kantin bareng gue?" Ali menoleh lalu menggeleng. "Ko?"

Ali hanya tersenyum kecil, tidak menjawab. Semenjak dicaci maki oleh Prilly, Ali benar-benar berubah. Laki-laki tampan itu malah menjadi sosok yang 'Berbicara adalah Dollar' alias setiap kalimat yang terlontar dari bibirnya adalah sesuatu yang merugikan jika dikeluarkan.

"Gue yakin April dan yang lain ga bakal keberatan." hari ini, mereka memang berniat berkumpul, kebetulan jadwal mereka sama.

Ali tetap menggeleng, namun sebuah tarikan yang cukup keras membuat Ali pasrah dan menebalkan telinganya. Bersiap saja ia akan dicaci maki.

"Woi!" dimeja ujung sana semua menoleh, dan memandang Ali malas. "Sorry gue telat!"

"Ngapain bawa pembunuh?" Prilly menyela, mengedarkan pandangannya pada arah lain sembari asik mengunyah keripik kentangnya.

"Lo mau dibunuh juga Kan?" sahut Syifa menatap Arkan seolah-olah meminta penjelasan.

Arkan menggeleng kecil "Dia bukan pembunuh, percaya sama gue!" Ali menunduk. Tidak seperti dahulu yang selalu dengan percaya dirinya.

Rizky melirik Ali iba, jelas ia kasian... Namun sebelum menemukan bukti Ali tetap disalahkan disini. Dunia memang kadang terlalu ga adil, tapi tuhan adil woi.

"Mending lo pesen makan Kan, ga usah ajak Alex." perkataan Rizky jelas menusuk keulu hati Ali. Kosa katanya berubah, nadanya dingin, nama panggilannya tidak diberlaku lagi untuk Rizky.

Ali menghela nafas "Gapapa gue pergi, Kan" Arkan ingin menahan Ali namun tepisan dari Syifa membuat Arkan menyerah dan beralih menatap sipenepis.

"Lo ga boleh kaya gitu! Dia ga salah!"

"Lo selalu bilang gitu. Tapi lo sendiri gatau siapa yang salah!" hardik Prilly menatap Arkan tajam. Arkan meringis lalu berjalan untuk memesan makanan.

Biarkan mereka tau sendiri dan menyesal setelahnya. Pikir Arkan.

.....
A/N: Sabar ya sayang... Aku tau kamu kuat:) wkwk 😂🤣

Our Struggle [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang