11.Prilly's Absence
Suasana kelas nampak biasa saja, namun 3 kursi yang kosong membuat mereka meributkannya dengan bertanya-tanya. Kelas sedang kosong, guru memang ada namun berhalangan masuk karena ada rapat antara wali kelas 12 dengan kepala sekolah.
Siswi-siswi nampak sibuk berpose dengan ponsel salah satu dari mereka, mereka sedang berselfi ria, bahkan beberapa siswi sedang memainkan aplikasi tiktok dengan gaya asal-asalan mereka.
"Eh April, Bani sama Syifa kemana ya? Ko mereka ga masuknya barengan?"
"Mungkin karena kejadian kemarin? Lo liat sendirikan kening April sampe berdarah? Eh si Alex malah ninggalin lebih mentingin Indah."
"Gue rasa ya si Alex emang cuma mainin April deh."
"Masa sih?"
"Lo liatkan dia lebih perhatian ke Indah daripada April?" mereka semua mengangguk.
"Kita bilang aja sama April, kasian loh, dia udah baik banget sama kita." usul dari salah satu antar kelima orang tersebut.
"Janganlah, itu bukan urusan kita. Nanti kalo mereka putus kan bisa kita yang kena."
Toktoktok
Gadis berbando membuka pintu kelasnya lebar "Permisi, apa wali kelasnya ada?" semua nampak diam lalu mengangguk.
"Ada bu, tapi sedang rapat."
Wanita itu menghela nafas, auranya terlalu dingin sementara matanya membengkak seperti habis menangis.
Wanita itu mengulurkan sebuah amplop putih "Saya boleh titip ini? Tolong berikan pada wali kelas disini." setelah berkata wanita itupun pergi, meninggalkan semua siswa yang sudah nampak tak peduli dengan kehadiran wanita tersebut dan lebih memilih memperhatikan amplop.
"Isinya apaan?"
"Kaga tau ini dirapet, tapi ada tulisan salam mamah Bani." semua mengangguk paham, lalu gadis yang memakai bando itu berlalu menyimpannya dimeja.
------
"Li kenapa lo?"Ali menghela nafas kasar kala teman sebangkunya bertanya "Prilly, Syifa ama Bani bisa janjian gitu ga masuk, Bo."
Ebo selaku Rizky menggerutu ketika Ali menyebutnya Bo lagi "Rizky napa jangan Ebo!"
"Alah sama aja, kan panggilan spesial dari gue." Rizky memutar bola matanya malas, alasannya memang selalu begitu.
"Tumben kaga ada rapat osis?" sindir Ali pada Rizky. Memang mereka teman namun waktu bagi mereka berdua sepertinya mahal, karena mereka jarang sekali memiliki waktu berdua.
Rizky memukul bahu Ali pelan "Nyindir banget kaya emak-emak ditukang sayur. Rapatnya ditunda besok karena seperti yang lo bilang, Syifa kaga masuk, istirahat juga buat osis lain."
"Lo tau kenapa Syifa ga masuk?"
"Sodaranya sakit, katanya ga ada yang jagain."
Ali mengernyit bingung tetap melangkahkan kakinya kearah kantin beriringan dengan Rizky.
"Heh Ido!" Laki-laki tampan berhenti melangkah dan segera menoleh, menatap Ali yang menjadi teman kelasnya dulu.
"Apaan Lex?" Ali melangkah mendekat lalu memukul pelan bahu Ido.
"Lo kelas 3 kan?"
"Yaiya masa kelas 6 sd ada disini? Bego temen lo Ky." Ido terkekeh diikuti Rizky.
"Maksud gue, lo kelas 12 Ipa 3 kan?"
"Nah gitu dong," Ali memutar bola matanya malas. "Iya kenapa? Mau tanya April? Dia izin lagi ada acara sama Bani, Syifa."
Ali melirik dan menatap Rizky bingung. "Bukannya Syifa izin nunggu yang sakit?"
"Gatau lah, soalnya gue kata guru, dianter langsung ama emaknya Bani." setelah mengatakan itu Ido berlalu dengan tangan yang mengapung diudara.
Rizky nampak terdiam lalu keduanya melanjutkan langkah mereka. Duduk dipaling tengah sebenarnya Ali risih karena suasananya sering kali berisik, berbeda dengan duduk dipojokan kantin yang nampak sunyi dan sepi. Namun bagaimana lagi? Meja pojok sudah terlebih dulu diisi oleh anak-anak kelas 10.
Rizky berdehem keras membuat Ali seketika menoleh "Apa Syifa boongin gue ya? Kan ga mungkin emaknya Bani yang bohong." gumam Rizky seperti sedang berfikir.
Ali nampak diam lalu ikut berfikir "Pasti sih ada sesuatu? Soalnya alesannya bisa ga beda gitu." sela Ali ditengah pemikirannya.
Keduanya sama-sama terdiam, memikirkan kemana sebenarnya mereka. Keduanya? Harusnya cukup Ali saja yang memikirkan kekasihnya, kenapa harus Rizky juga?.
"Lo ikut mikirin juga, Bo?" Rizky tersentak dari pemikirannya lalu menoleh menatap Ali.
"Gue mikirin Syifa."
Ali terkekeh pelan "Gue nanya lo mikirin juga? Bukan lo mikirin siapa,"
"Apa lo suka sama Syifa?"
Rizky memelototkan matanya lalu menatap Ali datar "Ga mungkin anjir!" ujarnya membantah.
"Tapi tadi lo mik-"
"Alex ganteng, Ebo... Ini siomay sama jus jeruknya." pedagang kantin itu menyela ucapan Ali, yang sontak membuat Rizky menghela nafas lega.
"Rizky! Bukan Ebo." pedagang kantin itu terkekeh lalu berlalu pergi tanpa kata maaf sepatahpun, Ali tertawa sembari menarik siomay itu kehadapannya. "Gue ganteng katanya, Bo!"
"Gangguan telinga iya!"
"Iri dasar, temen ga ada ahlak."
"Gue harus tanya Prilly besok." gumam Ali yang masih bisa didengar Rizky.
.....
A/N: Huaa votenya makin menipis... Cerita ini g dibikin dadakan jadi g bisa bikin cerita sesuai yang kalen maoooo:) Cerita ini udah ending dari tanggal 26 Juni:) gituloh... Tinggal revisi-pub-revisi-pub... G akan ada perubahan alur sedikitpunn:) thankssss

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Struggle [END]
De TodoEnd! Mengandung sedikit kekerasan, Ada beberapa kata kotor di beberapa part, Konflik ringan dan tidak mengandung bawang bombai. "Aku berjuang untukmu!" "Dan aku pernah berjuang untukmu juga." "Kita adalah pejuang cinta diwaktu yang tidak sama." ...