OS - Twenty Six

1.3K 150 4
                                    

26.Matching Ring?


Bani menatap Prilly bingung, lalu tubuhnya berputar mengikuti arah pandangan Prilly. Hingga didepannya Bani melihat seorang suster dan dokter yang tengah berpegangan.

"Maaf pak tapi saya engga."

Bani dan Prilly spontan tertawa keras, walau terkesan kurang ajar tapi itu benar-benar spontan tersembur begitu saja.

Dokter dan suster itu menoleh, menatap terkejut pada Bani dan Prilly yang masih tertawa ngakak disana.

"Eh maaf," Bani membekap mulut lebar Prilly, lalu menunduk sopan.

Dokter tadi menatap Bani kesal "Bukankah saya sudah memperbolehkan teman anda pulang? Kenapa masih disini?" dokter tampan itu nampak sewot.

"Maaf mengganggu kenyaman pasien, Dokter Aldo memang terlalu kekanak-kanakan. Saya juga tidak habis fikir kenapa dokter menyatakan hal seperti ini diwaktu saya sedang bekerja." suster tinggi itu menyahut dengan nada tidak enaknya.

"Saya tidak tahu, kalau mereka masih disini."

Tadinya dokter itu fikir Bani dan Prilly sudah tidak ada diruangan, karena bertepatan saat itu ruangan Prilly juga nampak hening dan sepi. Hingga tanpa fikir panjang dokter tampan itu menarik suster tinggi keruangan pasien yang dihuni oleh Prilly. Tidak ada waktu lain, karena suster dihadapannya selalu menghindar.

"Maaf saya permisi." suster itu pergi, meninggalkan dokter bernama Aldo yang tengah menatap kepergian-nya.

"Cie ditolakkk!!" sembur Prilly tanpa menunggu Bani menjawab pertanyaan sang dokter -Kenapa masih disini-. Gadis mungil itu tertawa lepas diatas brangkarnya.

Karena terlalu malu, Bani menarik Prilly keluar dari sana. Tetapi walaupun malu, Bani senang karena Prilly sedikit melupakan masalahnya beberapa menit yang lalu.
--------
Bangunan besar dihadapannya membuat seorang gadis, yakni Prilly menghela nafas gugup. Rumah besar itu tak sengaja Prilly lewati tadi.

Bani yang masih setia disamping Prillypun menatap bingung gadis disebelahnya. "Rumah siapa?" tanyanya.

"Alex..." lirih Prilly. Tanpa mau berlama-lama Prilly turun dari sana meremas kuat kepalan tangannya sendiri. Bukan tanpa alasan ia datang kesini.

"Perlu gue temenin?"

"Tunggu disini aja, gue ga bakal lama."

Toktoktok

Prilly mengetuk pintu sedikit hati-hati. Rumah besar Ali ini nampak tak ada penjaganya, gerbangpun dibiarkan terbuka luas. Tidak seperti dirumah Prilly yang gerbangnya selalu terkunci rapat dan pos satpam dikiri gerbang.

Pintu terbuka sedikit, menampilkan perempuan cantik dengan wajah blasteran arab. Sedikit tersenyum lalu membuka pintu lebih lebar "Cari siapa?" tanyanya dengan suara lembut.

"Tante Resi."

Perempuan itu nampak mengangguk lalu menggiring Prilly duduk disofa besar nan mewah. Setelahnya hilang dimakan tangga melingkar yang dilapisi emas dan perak.

Hingga beberapa menit, perempuan itu datang lagi namun kini posisi berjalannya tepat dibelakang Resi. "Dia nyariin mamah," ujarnya membuat Prilly berdiri.

"Tante, apa kabar?"

"Baik, kamu cantik?"

"Baik juga. Maaf tante gerbang dirumah tante emang sering sengaja dibuka ya?" tanya Prilly penasaran. Rumah semewah ini gerbangnya dibiarkan terbuka begitu saja?.

"Kebuka? Itu pasti ulah Ali." Resi berjalan kearah luar rumahnya untuk menghampiri gerbang. Sementara Prilly masih berdiri dan matanya tak sengaja bertatapan dengan perempuan arab tadi.

"Hai, nama gue Alexa Lialya Izwan!" Prilly sedikit terperangah, namanya begitu persis dengan nama kekasihnya, ralat mantan kekasihnya.

Prilly tersenyum canggung lalu membalas jabatan tangan perempuan yang sering Ali panggil Kaia! Kakak ALIA -Alexa Lia- "Emmm, nama aku- Aprillyan Conzinap! Prilly."

"Santai pake lo, gue aja. Panggil gue Alya." Alya nama panggilannya, Kaia adalah panggilan keluarga.

Resi kembali menghampiri Prilly dan Alya, "Ini Alya, Prill,"

"Udah kenalan tante," sahut Prilly membuat Resi mengangguk. "Udah kenalan mah, aku mau kamar dulu ya mah, yok Pril!" Alya berlalu setelah mendapatkan anggukan mantap dari kedua insan yang ada dihadapannya.

"Ada apa main kesini? Mau bikin kue bareng?"

Prilly terkekeh kecil "Engga tante, aku mau ngembaliin ini. Cincinnya ga usah buat aku ya, buat pacar Ali nanti aja." Resi mengambil cincin itu ragu-ragu, motto hidupnya sesuatu yang sudah diberikan tidak akan diambil lagi.

"Kamu kan pacarnya sayang?"

Prilly tersenyum kecil "Ah aku bukan pacarnya lagi. Siapa tahu cincin ini nanti Ali kasih buat Indah? emmm, aku mau pamit ya tante."

"Tapi sayang, cincin ini udah pas dijari kamu." sahut Resi merasa tidak terima mendengar Prilly bukan pacar Ali lagi dan juga nama Indah!.

Prilly menggeleng "Siapa tau pacar Ali nanti juga pas?"

"Konon katanya, jodoh Ali itu yang pertama kali pake cincin ini dengan ukuran yang pas."

Prilly terkekeh kecil "Jodoh ga ada yang tau kan tante?, yaudah aku permisi tante. Assalaamualaikum." Setelah mencium punggung tangan Resi, Prilly melangkahkan kakinya keluar dari rumah besar milik Ali.

Berlari kearah mobil Bani lalu terisak didalamnya, bukan tanpa alasan Prilly buru-buru pergi dari sana. Tapi hatinya kurang kokoh ketika mengatakan-

Siapa tahu cincin ini nanti Ali kasih buat Indah?,

Apakah ia sanggup? Melihat cincin cantik yang tadi masih terpasang dijarinya berpindah kejari wanita lain? Menyedihkan.

.....
A/N: Gw next telat karena lagi g enak badan:"( ngedit juga asal-asalan, maaf sekaleh.

Btw tadinya gw ga minat pake cincin2 pertanda gini... Cuma biar kesannya Prilly lebih berharap aja:, mwehehe.

Eh-eh ternyata bukan Bani yang menyatakan:"(

Our Struggle [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang