62.Refused to Go?!
Prilly kejang-kejang, tubuhnya turun naik membuat brangkarnya ikut bergoyang. Rizky panik, laki-laki itu dengan cepat memanggil dokter.
"Dok tolong dok!" Syifa terjengkit kaget, gadis itu menatap Rizky lalu beralih pada Prilly.
"Kenapa?" tanya Syifa menghampiri kekasihnya. "Tubuhnya kejang-kejang Syifa!"
"Kamu apain Prilly sampe kaya gitu?" Syifa sedikit membentak, ia tadi tidur karena lelah. Monik dan Jihan memang membantunya tapi mereka tidak serajin Syifa.
Rizky menggeleng, "bukan eh engga, aku ga ngapa-ngapain."
"Dok tolong dok!" Syifa menarik dokter untuk segera masuk.
Rizky dan Syifa keluar, mereka menunggu dengan khawatir. "Gimana ini? Hiks."
Tak selang beberapa lama, dokter keluar dengan wajah tersenyumnya. "Alhamdulillah sangat disyukuri pasien berhasil melalui masa komanya, tinggal melakukan pendonoran darah semua kembali membaik."
"Donor darah dok?"
"Iya, pasien banyak mengeluarkan darah. Beruntung dirumah sakit kami stok darah sedang banyak dan lengkap, jadi tinggal meminta persetujuan dan kami akan melakukannya. Surat izin akan diberikan oleh suster dan saya permisi undur diri."
"Terimakasih dokter."
Rizky diam sementara Syifa menangis tak percaya. Dengan suara Ali? Prilly berhasil melewati komanya?. Batin Rizky tidak percaya juga.
-----
Rizky pamit kerumah Ali saat Syifa tengah menyuapi Prilly yang memang sudah sadar, -setelah pendonorah darah-. Gadis itu bergumam lapar.Sampai dirumah besar Ali, Rizky mengerutkan dahinya bingung. Orang-orang terlihat sibuk.
"Ada apa nih bik?" tanya Rizky pada pembantu Ali.
"Oh ini den Iky, nyonya Resi dan keluarga mau menetap di Landen." Den-nya itu kaya manggil 'Den Iky'
"Landen? Tempat apa itu bik?" tanya Rizky mengerutkan dahinya bingung.
Bibik tampak menyengir kuda dan berujar. "Negera orang itu loh! Landennn masa ga tau den."
"London maksud bibik?" geram Rizky yang langsung diberikan sebuah tawa renyah oleh si Bibik. "Kapan mereka berangkat?"
"2 jam lagi den. Dah ya? Bibik mau bantu-bantu lagi. Dadah den."
Rizky masuk kedalam rumah Ali, pandangannya langsung bertemu dengan Resi yang tengah duduk disofa.
"Loh Rizky? Ada apa?" tanya Resi mempersilahkan Rizky duduk disampingnya. Rizky menghampiri Resi lalu berjongkok dihadapan mamah muda itu.
"Tolong tante... Hiks jangan bawa Ali jauh-jauh. Iky janji bakal bantu Ali sembuh." mohon Rizky dengan kepala yang ia tundukan dihadapan Resi.
Resi terkejut, "bangun Ky! Jangan kaya gitu." Rizky menggeleng, tetap kekeh bersimpuh dihadapan Resi. Resi tidak tega, namun mau bagaimana lagi.
Hingga sebuah suara membuat Resi dan Rizky mendongkak.
"Ya, lagian Ali gamau dibawa mamah ke London. Ali tetep bakal disini! Bareng abah!"
"Tuh tan, Ali gamau pergi. Ali mau bareng Iky tan."
Ali berdecak pelan, "jangan ke-pdan. Gue emang gamau kesana karena ada abah disini! Bukan karena lo!"
Rizky tersenyum kecil. Tak apa, setidaknya Ali masih menetap disini. Walau Ali sepertinya masih marah.
"Tapi Ali-"
"Terserah mamah! Ali tetep disini. Ali ga perduli, mamah mau maksapun Ali tetep disiniii!"
Resi menghela nafas, lalu mulai menelpon seseorang untuk membatalkan kepergiannya. Rizky berdiri disamping sofa, niatnya ingin menghampiri Ali tapi laki-laki itu malah beranjak pergi.
"Iky pamit aja tan." Resi yang sudah beres menelpon pun langsung menatap Rizky dan mengangguk.
"Hati-hati."
-----
Prilly menoleh miring, menatap Syifa yang tengah tertidur disofa ruangannya. Sementara Monik, mamah Bani itu tengah mencari makan bersama Jihan.Prilly merasa kesepian, hingga ia melihat ponselnya terbaring nganggur dinakas samping brangkar. Membuka aplikasi galeri lalu men-tap album berjudul 'Baniii'. Gadis itu rindu Bani.
Merasa puas menatap Bani, Prilly beralih kealbum yang ia sembunyikan 'Aliyyy'. Foto-foto si tampan terpampang jelas disana. Melihat senyuman Ali, Prilly jadi teringat Eriska, gadis yang menceritakan semua kebenarannya.
Syifa yang sedang mengerjapkan matanya pun terhenti dan menajamkan telinganya. Melebarkan matanya lalu menatap Prilly yang tengah menangis.
"Ali, hiks... Maafin aku. Maafin aku udah nuduh macem-macem." gumaman dari Prilly jelas membuat Syifa menghela nafas dan menghampiri Prilly.
"Gue belum bilang sesuatu ya?" tanya Syifa menggigit bibir bawahnya ragu. Prilly menyusut air matanya lalu menoleh sembari mengerutkan dahinya. "Alex, gangguan jiwa."
Prilly membulat menatap Syifa dengan tajam. "Jangan bercanda!"
"Serius."
"Kenapa?"
"Karena dikatain pembunuh."
Prilly lemas, menyenderkan tubuhnya pada bantal brangkar. Kenapa semuanya begini?...
Ali gila karena dirinya? Ya, karena ia lah yang mengatakan Ali pembunuh.
.....
A/N: Disini ceritanya Syifa belom tau kalo Ali ga gila tapi depresi:v... Yg gw baca sih Gangguan jiwa ma Depresi beda ya:) ralat klo salah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Struggle [END]
AcakEnd! Mengandung sedikit kekerasan, Ada beberapa kata kotor di beberapa part, Konflik ringan dan tidak mengandung bawang bombai. "Aku berjuang untukmu!" "Dan aku pernah berjuang untukmu juga." "Kita adalah pejuang cinta diwaktu yang tidak sama." ...