OS - Forty One

975 114 9
                                        

41.Afternoon Bus


Rumah Sarah tidak begitu besar namun masih termasuk komplek, beruntung Angga menemukan rumah yang sedang dijual berjarak 10 meter dari rumah Sarah.

Rumah ber-cat biru dipadukan putih itu sekarang tengah diisi oleh perabotan rumah yang baru-baru mereka pesan. Daddy Angga bahkan sudah menyiapkan 1 pembantu dan 1 supir untuk orang tua dan anaknya.

Syifa, gadis itu memilih diam dirumah tidak mau ikut, air matanya sedari tadi luruh. Bagaimanapun ia sudah lama tidak bermanja-manjaan pada Omahnya. Walau ia pernah lupa bagaimana rasanya dimanja Omah, tapi setelah merasakannya langsung ingatan Syifa seperti kembali pulih.

Memandang foto Omah dengan gadis kecil berumur 11 tahun, air matanya malah makin menderas. Itu foto yang Omah simpan khusus untuknya, bahkan foto itu dibawa kemana-mana oleh Omah, konon katanya.

"Semoga Angga, omah dan opah bahagia di Bandung sana. Semoga Sarah bisa bikin Angga bahagia, maafin Syifa udah sering bikin Angga kecewa, omah."
-----
Prilly melambatkan laju jalannya, tanggal 20 adalah jadwal Prilly menge-cek restoran milik keluarganya. Karena tidak mau pakai supir, akhirnya Prilly memilih berjalan kehalte untuk menunggu bus.

Bus mulai mendekat, Prilly berdiri dari duduknya untuk segera naik. Bukan malas untuk menge-cek restoran keluarganya, namun ketika menginjakan kakinya disana Prilly selalu teringat tentang orang tuanya. Ayahnya yang selalu bernyanyi dipanggung kecil restoran dan bundanya yang begitu sibuk memasak untuk para pengunjung.

Mendudukan bokongnya dikursi jajaran terdepan, lantas segera menolehkan wajahnya menatap keluar jendela yang tepat berada disebelah kanan. Dulu ayah dan bundanya sering kali mengajak Prilly naik bus, ntah untuk bermain ataupun bekerja. Tapi sekarang ia sendiri disini.

"Bunda, Ayah Prilly kangen!" gumamnya kecil, hingga tanpa sadar laki-laki yang tadi berdiri duduk disebelah kirinya. "Prill?"

Prilly menyusut air matanya, menoleh ingin melihat siapa yang telah memanggilnya. "Ada ap-"

"Hai!"

Prilly memutar bola matanya "Tumben lo naik bus?" laki-laki itu tersenyum kecil "Jodoh kali, soalnya tiba-tiba kebelet pengen naik bus."

Prilly hanya bungkam, mengalihkan perhatiannya lagi pada jalanan yang sedikit renggang. Suasana sore hari nampak sangat tenang dan nyaman. Tanpa sadar Prilly tersenyum kecil, ketika tangannya digenggam oleh tangan lain.

Laki-laki disebelahnya menggenggam tangan Prilly, menyimpan sekotak kecil permen karet didalam kepalan tangan Prilly. Prilly mengerutkan dahinya, membuka kepalan tangannya dan mengulum senyuman manisnya.

Permen karet ini yang mengutarakan bahwa senyum kamu manis.

"Prill!" Prilly menoleh, menatap laki-laki itu lekat. "Kamu mau kemana?" tanya laki-laki itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Pasalnya melihat raut wajah Prilly yang berubah membuat ia merasa kikuk dan salah menepati nada bicaranya.

Prilly menghela nafas, "Res-" Prilly mengatup mulutnya kala mendengar bahwa bus yang ia tumpangi malah mogok ditengah perjalanan.

"Aku anter yo, jalan kaki aja." Prilly menatap laki-laki itu bingung, bus bukan cuma 1 kan? Mengapa harus mengajak jalan?. "Gausahlah ntar gue naik bus selanjutnya aja." tolaknya kecil. Membenarkan posisi tas selempangnya lalu beranjak berdiri. Penumpang lain sudah berhamburan keluar, kini tinggal hanya ada keduanya didalam.

Laki-laki itu ikut beranjak, mengikuti Prilly yang sudah berjalan untuk turun. "Emangnya kamu mau kemana sih?" ia bertanya lagi, merasa belum puas karena belum ada jawaban.

"Restoran didepan taman kota!"

"Ahh iya, aku juga mau kesana. Laper soalnya."

Prilly mengabaikan laki-laki itu, tetap berjalan menuju arah halte yang kebetulan sudah lumayan dekat.

"Jalan aja yu, kapan lagi coba?"

"Gue ga mau Lex!"

Laki-laki itu spontan menatap Prilly tajam. "Panggil aku Ali kaya biasa bukan Alex!" kini gantian Prilly yang menatap Ali tajam, "Terserah gue dong!"

Nah ko turun dari bus jadi jutek lagi?.

"Please jalan ya sama gue?"

"Gue cuma gamau nanti Bani liat dan salah paham. Gue gamau hubungan gue sama Bani hancur karena masalalu, Li" Prilly memohon, tercetak sangat jelas bahwa ia benar-benar tak ingin hubungannya rusak hanya karena masalalu yang berarti dirinya, Ali.

Ali menghela nafas, menggapai tangan Prilly lembut "Apa gue ga ada kesempatan lagi?" tanyanya begitu lembut. Prilly hampir saja kembali jatuh cinta.

"Bukannya lo udah ga suka sama gue?"

"Eh... Gue kan udah bilang gue bohong, sebenernya gue cemburu liat lo sama Bani tapi gue gengsi."

Prilly menggeleng kecil, melepaskan genggaman tangan Ali. "Gue udah berusaha bertahan, gue diem saat lo bentak, gue diem saat lo lebih mentingin mantan lo. Gue awalnya seneng lo mau berubah, tapi ternyata lo makin parah, emang perlakuan lo berubah ke cewe-cewe lain tapi ternyata perlakuan lo juga berubah ke gue. Lo malah kasar!" Prilly berjalan cepat meninggalkan Ali yang hanya diam, pergi menye-top taxi yang memang sedang melintas. Hilang sudah keinginan naik busnya.

....
A/N: Bus yang gampang diedit apa ya? Lagi males ngedit... Tiba-tiba clingggg!!! HEY TAYOOO!!! Double Up karena emg udah ada niatan juga... Biar cepet2 rebeslahhhh...

Voteeee duddd sebagai apresiasinya:, walaupun buriqqq 😂🤣  tq Qaqaquh

Our Struggle [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang