64.Pretty Psychologist
Prilly Membolak-balikan nasi gorengnya. Semenjak pengusiran dari Resi, Prilly jadi banyak diam dan kepikiran, hingga akhirnya hari ini gadis itu mencoba melupakan dan berniat membesuk Ali.
Merasa sudah pas, Prilly memasukan nasi gorengnya kedalam rantang yang sudah ia siapkan. Tidak perduli akan diusir lagi yang penting ia bisa melihat Ali.
Merapihkan diri lalu mulai berjalan menuju halte, karena ia mau naik bus. Memang naik angkutan umum bisa menghilangkan penat. Apalagi jika diisi oleh anak-anak balita yang sedang aktif.
Naik dan duduk dibarisan paling depan membuat ia merindukan sosok Ali yang dulu sering menganggunya. Kapan sosok itu kembali? Prilly janji akan ia dekap erat jika Ali menjadi miliknya lagi.
Hingga buss berhenti dihalte dekat taman komplek Ali. Berjalan sembari melamun membuat Prilly tanpa sadar sudah ada didepan gerbang rumah Ali.
Baru akan masuk, suara tawa terdengar begitu nyaring dan begitu menusuk keulu hati Prilly saat gadis itu tau, siapa pemilik tawa tak asing itu.
"Haha, Ali-Ali... Semakin baik semakin tengil ya?"
"Iya dong bu psikolog cantik,"
"Haha bisa aja kamu."
"Makasih ya kak? Udah mau bantu Ali?"
"Ah gapapa ko, lagian kamu ini depresi ringan. Inget! Ga bakal ada yang penjarain kamu. Enjoi aja, anggap semua ga pernah terjadi, dan jangan terlalu difikirin."
"Siap bulogcan!"
"Ko bulogcan?"
"Bu psikolog cantik."
Prilly terkekeh perih mendengarnya, Ali sudah bisa tertawa tetapi bukan bersamanya. Heh mengapa berharap tertawa bersama Ali? Bukankah kamu dulu yang menghilangkan tawanya?.
Asik melamun tanpa sadar Resi yang sehabis dari warungpun berdiri diam dibelakangnya. "Sudah tau kan? Anak saya sudah mendapatkan pengganti kamu."
Prilly menoleh, lalu tersentak kecil. "Tante?"
"Pergi sana."
Prilly menunduk lalu mengulurkan rantang yang tadi ia bawa dengan senyuman kecilnya, namun respon dari Resi membuat Prilly diam dan melamun.
Brak!!!
"Pasti kamu kasih sesuatu kan?!"
"Engga tante." gumam Prilly lirih.
"Ga percaya! PERGIII!" Resi menarik tangan Prilly, menjauh dari rumahnya dan mendorong Prilly kecil. "Jangan ganggu anak saya lagi."
Prilly terisak kecil, ia berjalan meninggalkan Resi dengan hati yang tergores. Bundanya tidak pernah seperti ini, beliau tidak pernah menarik, mendorong Prilly.
"Hikss... Aku emang pantes digituin. Prilly ga boleh lemah! Perjuangin Ali kaya Ali perjuangin Prilly. Karena seperti kata Ali, Prilly jodohnya Ali."
Sementara Resi didepan rumahnya terlihat merenung, ia menatap jalan yang tadi Prilly injak tanpa kedip. Apa ia keterlaluan?.
Hingga suara dari Ali membuatnya menoleh.
"Mamah? Nasi goreng? Nasi goreng dari siapa ini?"
"Ali? Eh udah ayo masuk aja. Kita minum-minum cantik, yu Tha?" Resi menarik tangan Ali lalu merangkul gadis cantik yang tadi datang bersama dengan Ali.
Ali melepaskan genggaman tangan mamahnya, lalu berjongkok merasa tak asing dengan rantang tersebut.
Hingga sebuah lipatan surat membuat Ali tertarik untuk membukanya.
Untuk Ali...
Maafin aku yang udah bikin kamu kaya gini, maafin aku yang udah nuduh kamu tanpa bukti, aku nyesel, andai doraemon ada. Seluas apapun lautan bakal aku selami demi bisa ketemu dia dan bilang... Aku butuh mesin waktunya.
Maafin aku Ali... Cepet sembuh ya:)
-Prilly.
Ali melipat kertas itu lalu menyimpannya didalam saku celana levisnya.
"Aku gamau terlalu berharap sama kamu, Prill. Mungkin dengan kita jalan masing-masing kamu bisa bebas tanpa aku. Jujur aku takut cuma denger suara kamu doang. Aku bukan laki-laki pemberani lagi semenjak kamu bilang aku pembunuh."
"HIKS... AKU PEMBUNUH PRILL! GA SEHARUSNYA KAMU DEKETIN AKU LAGI. AKU JAHAT!"
Agatha segera berlari kearah Ali lalu mengusap punggung laki-laki itu agar lebih tenang. Kenapa bisa kaya gini lagi?. Batin Agatha bertanya pada dirinya sendiri.
Prilly, jangan harap kamu bisa ketemu Ali lagi!. Resi yakin! Ini karena Ali mengingat Prilly, makanya Ali kambuh lagi. Padahal tadi Agatha sudah mengatakan Ali mulai membaik.
"No! Ali bukan pembunuh. Ayo kita masuk dan Ali harus istirahat." Agatha menuntun Ali yang tiba-tiba melamun.
Agatha, psikolog muda dengan wajahnya yang cantik. Usianya terpaut 2 tahun lebih tua dari Ali. Gadis itu mendapatkan gelar S2 diusianya yang baru menginjak 21 tahun. Hebat! Bagaimana Resi tidak tertarik untuk menjodohkan Agatha dengan putranya?.
.....
A/N: Selamat membaca dn jan lupa votenya...
Happy ending kan pasti yaa? :v
Mana mao kalen sad ending :(
Ntar pada ngehujat digc aowkaowk:)

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Struggle [END]
De TodoEnd! Mengandung sedikit kekerasan, Ada beberapa kata kotor di beberapa part, Konflik ringan dan tidak mengandung bawang bombai. "Aku berjuang untukmu!" "Dan aku pernah berjuang untukmu juga." "Kita adalah pejuang cinta diwaktu yang tidak sama." ...