OS - Forty Four

954 116 2
                                        

44.A Favorable Atmosphere


Gadis mungil itu mengerutkan dahinya bingung, interaksi 2 insan dihadapannya membuat ia gagal fokus untuk sekedar menge-cek data-data saja. Gadis berhijab itu memeluk laki-laki tampan dihadapannya erat, seakan tidak ada yang bisa mengambilnya dari gadis itu.

"Abang mah jahat ga pernah telpon Icel!" gadis berhijab itu merengek, melonggarkan pelukannya untuk menatap laki-laki yang gadis itu panggil abang.

"Abang sibuk, Cel"

"Khem!" Prilly memegang dadanya, berpura-pura batuk karena merasa terabaikan.

Ali yang mengertipun tersenyum kecil, "Cel, ini calon kakak ipar kamu!" Ali menarik tubuh gadis berhijab itu agar berhadapan dengan Prilly. Sementara Prilly tersentak pelan.

"Ohhh! Kak Prilly? Yang mamah Eci ceritain kan bang?" Ali mengangguk mantap. "Ahhh kakak!" tanpa ba-bi-bu gadis berhijab itu memeluk Prilly erat. Posisi Prilly yang duduk membuatnya susah untuk bergerak sedikitpun.

"Prill, ini Icel. Namanya Gisella Izwan. Dia adik sepupu aku yang tinggal di Bekasi." Prilly mengangguk kecil, mengulurkan tangannya "Aprillyan! Panggil aja Prilly"

Icel atau Gisel tersenyum, duduk tanpa perintah dikursi samping kiri Prilly. "Cantik banget kakak!" pujinya menatap Prilly dengan binaran mata.

"Makasih loh!"

"Cel, kamu ngapain disini?" Ali menyahut mendudukan bokongnya dikursi tadi. "Ih masa lupa. Ka Alya nyuruh Icel kesini buat cek ulang semuanya."

"Cek ulang apa?"

"Acara pestanya Nenek!"

Ali menepuk dahinya pelan, niatnya kan kesini untuk melihat dekorasi acara neneknya. "Ko abang lupa sih?" tanyanya terkekeh.

"Udah biasa bagi orang-orang bucin mah!"

Prilly hanya diam, mengerutkan dahinya melihat Gisel yang sedaritadi menatapnya, bahkan ketika berbicara dengan Alipun gadis itu masih menatapnya.

"Kamu kenapa?"

"Ko bisa pengen ke bang Ali sih? Emang ganteng banget dia?" Gisel melirik sedikit Ali dengan ekor matanya membuat Ali mendengus tak terima. Ya iya secara tak langsung adik sepupunya itu mengatakan bahwa dia tidak tampan.

Prilly menggeleng "Aku bukan calon istri dia. Dia bohongin kamu!" Gisel terkejut, menoleh pada Ali dengan dahi berkerut.

"Malu dia Cel" Ali beranjak dari duduknya, berjalan kearah ruang privat yang tadi dijelaskan Kemila bahwa ada seseorang yang menyewanya.

"Abang mah gitu. So cool padahal cengeng banget!" Prilly hanya tersenyum kecil. "Icel nyusul abang dulu ya! Dadah Kak!"

Prilly mengangguk "Dah juga!"

Drttt drttt

Suara notifikasi dari ponselnya membuat Prilly spontan menoleh. Melirik nama seseorang dan tersenyum kecil.

-----------
GoBaniGoBaniGo!
Online

Dimana Prel? Pril? Beb?.

Gue kerumah ya? Jalan-jalan
skuy.

Tumben ngajak jalan-jalan?.

Gue lagi direstoran Ban, sini!
jemput.

Oke! Siap boss!.
-------------

Bani disana tersenyum, ia sangat senang mendapatkan respon positif dari sahabat yang sekarang dijodohkan oleh mamahnya itu. Memegang dadanya, merasakan degupan yang begitu kencang. Sudah lama ia menyukai Prilly, tapi sahabatnya itu tidak peka sama sekali.

"Gue bakal setia sama lo Aprillyan!" gumamnya tersenyum. Mencari kunci mobilnya lalu berlari keluar rumah menghampiri mobil hitamnya.

Jalanan Jakarta sore hari ini terasa lebih sepi dari biasanya. Jika biasanya orang-orang saling berebut jalan untuk pulang, maka hari ini tidak. Aneh tapi memang itu nyatanya.

Membawanya dengan pelan, diiringi musik santai yang mengalun.

Cittt

Matanya melebar, menatap sebal kearah spanduk yang bertulisan. 'Jalan sedang diperbaiki' huft pantas saja jalanan sekitar sini terasa sepi. Berdecak kesal lalu memutar balikan mobilnya kearah sebelumnya.
-----
Prilly sibuk memainkan ponselnya, sembari menunggu cake yang tadi ia pesan ia mencoba mencari-cari kegiatan dibenda datar tersebut.

Merasa bosan, Prilly menaruh ponselnya kedalam saku lalu berjalan keluar menunggu Bani yang ia kira sudah dekat.

"Rumah dia sama restoran kan lumayan dekat." gumamnya.

Terlalu asik melihat-lihat sekitarnya, tanpa sadar kaki Prilly menginjak sesuatu, membuat tubuhnya hampir saja tergelincir. Merapatkan matanya, mencoba membayangkan bagaimana rasanya jatuh dilantai restoran sendiri.

Menunggu lama, tubuhnya malah terasa terbang. Membuka matanya lalu tersentak terkejut. Ali, laki-laki itu tengah menggendongnya.

"Ngapain lo?" ketus Prilly meronta-ronta.

"Diem! Kaki kamu keseleo." Prilly diam, melihat wajah Ali yang kentara sangat khawatir. Memalingkan wajahnya, dan tanpa sengaja menatap sebuah mobil berwarna hitam persis seperti mobil Bani.

"LEPAS! Nanti Bani liat!" dengan terpaksa Ali menurunkan Prilly dari gendongannya, namun tangan Prilly masih ia genggam.

"Oh janjian sama si Bani!" Ali mengedikan bahunya, menarik tangan Prilly untuk kembali jalan.

"Pelan-pelan sak-"

Drttt drttt drtt

Ali menghentikan langkahnya, sementara Prilly terlihat merogoh saku celana levisnya.

GoBaniGoBaniGo! : Gue aga telat nih. Harus puter jalan, eh dijalan ini macet.

Ali yang melihat itu tersenyum miring, lalu kembali menggendong Prilly ala bridal. Ah nampaknya keadaan sedang berpihak pada sepasang mantan kekasih ini.

Membawa Prilly duduk dimejanya tadi lalu Ali membawa tangan Prilly untuk ia genggam.

"Gue bener-bener nyesel Pril. Gue sayang sama lo, gue cinta banget sama lo." menatap lama Prilly lalu menuntun tangan Prilly kebibirnya untuk ia cium.

Prilly berusaha menahan tangisnya, kenapa Ali jadi selembut ini?. Ah jangan salahkan Prilly jika ia baper.

....
A/N: Double Up nih... Tugas beres... Tinggal kalen vote comennnn😉 tencuh guys!!!

Our Struggle [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang