Di rumah Arman, suasananya benar-benar terasa berbeda.
Chintya mulai bersikap acuh pada suaminya, bahkan sekarang sudah ada perawat untuk mengurus keperluan Arman.
"Chintya,mama perlu bicara dengan mu." ucap Anita.
"Ada apa, aku sudah terlambat." jawab Chintya lalu bergegas pergi.
"Tunggu, kembalilah pada tugasmu,rawat suami dengan baik, masalah perusahaan bisa saya serahkan pada orang lain." ucap Anita tegas.
"Tidak bisa, saya mengurus perusahaan ini juga demi pengobatan Arman, sudahlah mama tidak perlu khawatir, lagipula ada Laras yang mengurusnya." jawab Chintya tanpa rasa bersalah.
"Tapi, Arman suamimu. " ucap Anita emosi
"Ya,dia suamiku tapi saat ini dia tidak berdaya jadi, biarkan aku mencari kebahagiaan lain." jawab Chintya.
"Apa maksudmu,apa kamu berniat menduakan Arman?" tanya Anita penuh selidik
"Tergantung, sejauh ini saya hanya bekerja,tapi saya juga tidak menutup kemungkinan untuk hal itu." jawab Chintya
"Berhenti sekarang, atau saya akan minta kamu keluar dari rumah ini." ucap Anita.
"Sayangnya ancaman itu sudah terlambat, karena semua harta kekayaan kalian sudah menjadi milikku,jadi jangan berani menegur ku jika tidak ingin terusir dari rumah ini ." jawab Chintya.
"Kamu pasti bohong, karena seharusnya harta itu baru di berikan jika kamu bisa memberikan cucu untuk saya." ucap Anita.
"Kalau tidak percaya silahkan hubungi pengacara keluarga, permisi saya harus pergi." jawab Chintya.
Keterlaluan kamu,saya menyesal telah menjadikan mu bagian dari keluarga. gumam Anita menangis sambil menatap kepergian Chintya.
"Ada apa ini, kenapa mama nangis?" tanya Arman
"Tidak papa,mama hanya teringat dengan papa mu, biasanya jam segini dia juga berangkat ke kantor." jawab Anita.
"Jangan nangis lagi, aku lihat Chintya juga bisa mengurus perusahaan,semua akan baik-baik saja." ucap Kevin tersenyum.
Kamu salah sayang,dia hanya ingin mengambil harta kita. gumam Anita.
"Ya sayang kamu benar, tapi mama ingin kamu juga ikut mengurus perusahaan papa." jawab Anita.
"Ya,mama sabar sebentar lagi aku pasti kembali bekerja." ucap Arman.
"Ya sayang, mama yakin kamu pasti segera sembuh." jawab Anita tersenyum dan memeluk putranya.Pukul 10 pagi, Arman berangkat ke Rumah sakit bersama Laras untuk melakukan fisioterapi.
20 menit kemudian terapi selesai,kabar baiknya adalah Arman sudah bisa berjalan dengan tongkat, sepulang dari Rumah Sakit, Arman bergegas ke kantor dan memberi tahu hal ini pada istrinya.
"Selamat siang,apa bu Chintya ada di kantor?" tanya Arman.
"Maaf pak,bu Chintya sedang meeting di luar,ada yang bisa saya bantu?" tanya Riska.
"Tidak, saya akan masuk dan menunggunya." jawab Arman.
"Maaf pak anda tidak bisa masuk tanpa izin bu Chintya. " ucap Satpam di sana.
"Tapi saya adalah pemilik perusahaan ini." jawab Arman.
"Jangan membual kamu, tunggu di sini saya akan hubungi bu Chintya. "Maaf bu ada seseorang yang ingin bertemu dengan ibu." ucap Riska.
"Ya tolong tunggu sebentar, saya sedang perjalanan menuju kantor." jawab Chintya.10 menit kemudian, Chintya sampai di kantor.
"Sayang, tolong jelaskan pada mereka siapa aku?" ucap Arman.
"Biarkan dia masuk, saya mengenalnya,ayo masuk." jawab Chintya.
"Sayang, kenapa kamu mengganti semua karyawan tanpa sepengetahuan ku ?" tanya Arman.
"Aku berhak melakukannya karena aku pimpinan di perusahaan ini." jawab Chintya.
"Tapi perusahaan ini adalah milik keluarga ku." ucap Arman.
"Benarkah,coba baca surat ini." jawab Chintya.
"Tidak, kapan aku menandatangani surat ini." tanya Arman.
"Aku bukan wanita bodoh,saat kita menikah aku sengaja menyelipkan kertas kosong, setelah mendapat tanda tanganmu aku segera mengurus semua,jadi jangan membantah ucapan ku jika tidak ingin keluar dari rumah." jawab Chintya.
"Dasar wanita ular, kembalikan semua hak keluarga ku." ucap Arman.
"Jangan mimpi kamu. " jawab Chintya tersenyum mengejek.
Arman yang tak terima dengan ucapan Chintya berniat menampar wajah istrinya, namun Chintya mendorong Arman hingga terjatuh, menyadari apa yang dilakukan salah, Chintya segera meminta bantuan orang kantor untuk membawa Arman ke rumah sakit terdekat.10 menit kemudian mereka sampai di rumah sakit, Chintya menunggu di depan ruangan dengan cemas, semoga dia baik-baik saja,aku bukan pembunuh. gumam Chintya ketakutan.
Beberapa saat kemudian, dokter keluar dari ruangan, syukurlah pasien baik-baik saja, dia boleh di bawa pulang,ucap dokter tersebut.
Syukurlah, terima kasih dok, jawab Chintya tersenyum.
"Anton, Laras tolong bawa Arman pulang, saya harus kembali ke kantor." ucap Chintya lalu bergegas pergi.
"Kok ada ya istri seperti bu Chintya, kenapa dia tidak menjenguk suaminya sebelum pergi." ucap Laras.
"Sudahlah, ayo kita lihat keadaan pak Arman." jawab Anton.
Ternyata Arman sudah sadar, Anton dan Laras segera membawanya pulang.Ketika dalam perjalanan pulang, Arman berkata,Arini, siapa dia, kenapa nama itu tiba terlintas di pikiran ku.
"Anton, tampaknya kamu sudah lama bekerja dengan saya,apa kamu tahu siapa Arini?" tanya Arman.
"Arini mantan istri bapak,dia sudah meninggal dalam kecelakaan beberapa bulan lalu. " jawab Anton.
"Mantan istri, tidak mungkin saya belum pernah menikah." ucap Arman tak percaya.
"Terserah bapak mau percaya atau tidak saya hanya bicara tentang apa yang sebenarnya terjadi." jawab Anton.
"Anton, cukup jangan bicara macam-macam ,pak Arman sudah jangan terlalu di pikirkan nanti pak Arman sakit." ucap Laras.
"Tidak papa,tapi saya harus tetap menanyakan hal ini pada mama." jawab Arman.
"Saya rasa itu bukan keputusan yang tepat, kalau bapak memang ingin tahu siapa bu Arini pergilah ke gudang, semua foto bu Arini masih tersimpan di sana." jawab Anton.
"Anton cukup jangan bahas hal itu, pak Arman belum benar-benar sembuh." ucap Laras.
"Sudah cukup saya diam, sekarang saatnya saya bicara untuk menyelamatkan keluarga ini,bu Arini wanita yang baik,sabar dan penyayang tapi nyonya justru memintanya pergi dari kehidupan bapak, awalnya bu Arini menolak, tapi karena kecelakaan itu kalian benar-benar terpisah." ucap Anton.
"Lalu siapa Chintya?" tanya Arman.
"Saya kurang tahu pak, tiba-tiba saja nyonya memperkenalkannya pada bapak, tapi saya yang pernah dengar kalian pernah menjalin hubungan saat masih SMA." jawab Anton.
"Teman SMA,apa kamu tahu dimana dulu saya bersekolah ?" tanya Arman
"Maaf saya tidak tahu, dulu saya hanya mengantar bapak sampai SMP, karena saat SMA tuan dan nyonya membelikan mobil untuk bapak." jawab Anton.
"Terima kasih infonya, selebihnya saya akan cari tahu sendiri." ucap Arman.20 menit kemudian mereka sampai di rumah.
"Arman, apa yang terjadi kenapa kalian lama sekali?" tanya Anita khawatir.
Tidak papa,lihat aku sudah bisa berjalan meskipun masih menggunakan tongkat." jawab Arman tersenyum.
"Syukurlah,mama senang melihat mu bisa berjalan, cepat sembuh sayang." ucap Anita memeluk Arman sambil menangis.
"Jangan sedih, semua akan baik-baik saja, aku janji." jawab Arman tersenyum.Sore harinya, Arman dan Anita duduk di teras sambil menunggu kedatangan Chintya.
"Ma, tiba- tiba aku ingin bernostalgia dengan sekolah,bisa mama mengantar ku?" tanya Arman.
"Pasti sayang mama akan mengantar mu." jawab Anita tersenyum
Ada apa ini,apa Arman sudah mulai mengingat semuanya, tidak ini tidak boleh terjadi seluruh aset keluarga ini,ada di tangan Chintya, mereka tidak boleh berpisah,aku harus melakukan sesuatu gumam Anita dalam hati.Selesai makan malam Anita membicarakan hal itu pada Chintya.
"Chintya gawat sepertinya Arman mulai mengingat sesuatu." ucap Anita.
"Biarkan saja, lagipula saya sudah tidak ingin bersama Arman lagi terima kasih untuk segalanya, saya akan segera urus surat perpisahan kami." jawab Chintya.
"Tidak, kamu tidak bisa melakukan ini, kamu masuk ke rumah ini karena bantuan saya, setidaknya beri saya sedikit harta kekayaan keluarga saya." ucap Anita.
"Tidak akan pernah bye ma." jawab Chintya.
"Chintya tunggu, saya tidak akan meminta banyak setidaknya berikan saya rumah dan modal usaha untuk kehidupan kami." ucap Anita.
"Tidak, sebaiknya kalian bersiap-siap untuk pergi dari sini." jawab Chintya.
"Keterlaluan kamu saya akan bawa kasus ini ke jalur hukum." ucap Anita emosi.
"Silahkan, saya tidak takut." jawab Chintya.