Selalu saja Viola mengganggu kehidupan Axel yang tenang, Axel yang berencana berangkat lebih pagi terpaksa harus menjemput Viola terlebih dahulu.
Sebenarnya Viola diizinkan untuk naik motor atau mobil sendiri tapi ia terlalu malas untuk mengemudi jadi dia memilih untuk memboceng Axel.
"Udah berapa kali dibilangin, kalau mau boncengan jangan ngomong mendadak," ucap Axel. Ia tadi sudah berada di depan gerbang sekolah tapi karena Viola mendadak minta dijemput jadi ia harus kembali ke rumah Viola lagi.
"Ya kan gua nggak tau kalau bokap-nyokap bakal kerja hari ini," ucap Viola sambil naik ke motor Axel.
"Pokoknya sampai telat, semua hukuman elo yang ngerjain."
"Iya-iya, yuk capcuss."
"Yoooo."
Tingkah mereka seperti anak kecil ketika bertemu. Tak ada rasa benci di antara mereka, hanya ada rasa bahagia saat bertemu dan rasa sedih kalau salah satu dari mereka sedang sakit.
Axel melajukan motornya dengan kecepatan tinggi karena waktunya sudah sangat mepet, mendahului motor dan mobil yang bergerak lebih lambat dan akhirnya mereka sampai juga di sekolah.
Seperti biasanya mereka akan lari setelah memarkirkan motor, mereka melihat ke kanan dan ke kiri berjaga-jaga kalau ada guru BK yang sedang berkeliaran mencari murid yang atributnya tidak lengkap.
"Kok buntut di situ terus sih, kan gua kagak bisa masuk," ujar Viola sambil mengintip di balik tembok.
"Nah loh, ada buntut mampus kagak bisa masuk," ucap Axel.
Buntut adalah julukan Bu Tuti, nama panggilan itu dibuat oleh Axel, cuma ia yang berani memberikan nama panggilan kepada guru-guru yang ada di sekolah ini. Entah udah berapa banyak julukan yang ia berikan tapi
"LHO VIOLA KOK LO DI SINI? DASI LO MANA? APA JANGAN-JANGAN LO SEMBUNYI DARI BU TUTI?" teriak Axel dengan sengaja agar Bu Tuti melihat ke arahnya lalu memberikan hukuman kepada Viola.
"Kok lu ngadu sih," protes Viola sambil menarik rambut Axel.
"Bu Tuti, si Viola mendustai ku, tolonglah murid mu ini Bu," teriak Axel sambil berusaha menjauhkan tangan Viola dari rambutnya.
"Viola, kamu apain Axel?" tanya Bu Tuti.
"Enggak kok Bu, tadi ada permen karet nempel di rambutnya jadi saya ambil deh."
"Bohong Bu, masa rambut Axel ditarik-tarik kayak kambing," ujar Axel sambil membenarkan gaya rambutnya.
"Lho dasi kamu mana?" tanya Bu Tuti
"Kayaknya ada di tas deh Bu" ucap Viola sambil membuka tasnya, ia melakukan itu hanya untuk mengulur waktu karena ia tau kalau dasinya ketinggalan di rumah.
Kring .... Kring
Harapan Viola jadi kenyataan, bel masuk sekolah sudah berbunyi dan ia sudah bisa bernafas lega. Sekarang ia hanya tinggal menunggu Bu Tuti untuk kembali ke ruangannya dan semuanya berakhir dengan aman.
"Maaf Bu, tapi dasi Viola ada di loker kelas kemarin sengaja ditinggal biar nggak ketinggalan di rumah," ujar Axel sambil tersenyum.
Walau Axel suka membuat masalah dia juga yang akan menyelesaikan masalah yang ia sebabkan sendiri, ia tidak suka sahabatnya kesusahan jadi wajar saja kalau semuanya sangat senang bersahabat dengan Axel.
"Oh begitu, kalau gitu kalian masuk kekelas sana, ibu mau keliling cari siswa yang berencana bolos."
"Siap ibu komandan," ucap Axel sambil hormat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Axel (Tamat)
Teen FictionSebuah kisah yang menceritakan seorang laki-laki yang berusaha untuk mengabulkan setiap impian sahabat-sahabatnya tanpa memikirkan tentang perasaannya sendiri. Ia yang selalu memendam perasaan sedihnya dan masa kelamnya sendiri. Ia yang sudah mencin...