22

259 34 10
                                    

Sesampainya di rumah Viola mencari dompetnya hilang, ia baru sadar kalau dompetnya hilang saat ia membuka lemarinya, biasanya ia menaruh dompetnya diantara baju bajunya tapi sekarang tidak ada.

"Nih," ucap Axel sambil melemparkan dompet milik Viola.

"Kalau lo butuh uang bilang jangan maling," ucap Viola sambil menangkap dompetnya yang dilemparkan Axel.

"Gua daftarin lo di kontes biola."

Viola langsung diam seketika, sudah lama ia tidak memikirkan tentang biola, ia dulu sangat mahir memainkan alat musik itu tapi sekarang sudah tidak karena ia memiliki trauma dengan alat musik itu.

"Gua nggak bisa Xel."

"Lo bisa, lo nggak trauma, lo cuman nggak mau main aja."

"Coba main."

Viola pun mencoba menenangkan dirinya, ia mencoba memainkan alat musik tersebut, di bagian pertama ia biasa-biasa saja tapi lama kelamaan ia sudah tidak fokus.

Viola mencoba menenangkan dirinya sambil memainkan biolanya, lama kelamaan suara biola hilang tidak bisa terdengar olehnya sontak Viola langsung melemparkan biola tersebut ke atas kasur.

"Gua nggak bisa Xel," ucap Viola sambil menghapus air matanya.

"Hei, tenang ada gua disini," ucap Axel sambil memeluk tubuh Viola.

"Gua tetep nggak bisa denger suaranya."

"Kita urus itu nanti, sekarang lo harus tenang dulu, gua pastiin lo bakal bisa main biola lagi."

"Lo nggak paham apa apa Xel."

"Gua paham semua tentang lo karena lo adalah dunia gua," Batin Axel.

"Makannya itu gua selalu sama lo, biar gua paham."

Viola hanya bisa percaya sama Axel dan Axel hanya bisa mendukung Viola, untuk Viola ini adalah suatu hubungan yang sangat menguntungkan tapi bagi Axel ini adalah suatu hubungan yang sangat menyakitkan.

"Ayo jalan-jalan," ucap Axel sambil mengelus pipi Viola yang masih terdapat air mata.

Viola hanya mengangguk, Axel keluar dari kamar, memberikan Viola kesempatan untuk berganti baju.

Tak lama kemudian Viola keluar dari kamar dan langsung menemui Axel yang sedang duduk di ruang tamu.

"Mau jalan kemana?" tanya Viola .

"Taman."

Taman yang dimaksud Axel bukan taman yang sering digunakan orang pacaran tapi taman yang sering ia dan Viola kunjungi saat kecil, taman kanak-kanak.

Sesampainya di sana Viola duduk di ayunan sedangkan Axel mendorong ayunan yang diduduki Viola.

"Besok lo coba main, lombanya kecil-kecilan jadi yang nonton sedikit," ucap Axel sambil mengayunkan ayunan yang diduduki Viola.

"Kalau gua kalah gimana Xel?" tanya Viola, ia masih belum bisa mendengar suara biola yang ia main kan jadi kemungkinan kalah sangat lah besar.

"Kalau lo kalah yaudah, kita akan coba lagi kalau ada lomba lagi."

"Kalau gua masih trauma sampai tua gimana?"

Axel pun jongkok di hadapan Viola sambil mengelus kedua tangan Viola, ia sangat paham kalau Viola masih tidak bisa melupakan kejadian itu.

"Kematian Asa itu sudah takdir, kita harus mengikhlaskannya."

Asa adalah kakak Viola, ia pemain biola yang handal, tapi saat ia pentas di suatu acara tiba tiba ada gempa bumi dan membuat panggung runtuh, saat hampir keluar ia melihat biolanya tergeletak dan ada sebuah pondasi yang jatuh ke arah biolanya dengan cepat Asa berlari ke arah biola itu karena tidak sempat ia mendorong biola itu dan Asa lah yang tertimpa pondasi bangunan.

"Dia mati gara gara biola Xel."

"Bukan karena biola tapi karena melindungi seluruh impiannya."

"Impian?"

"Impian Asa menjadi pemain biola yang handal, dia rela mengorbankan dirinya buat ngelindungin impiannya."

"Tapi tetap aja biola yang merebut kak Asa dari gua Xel."

"Biola yang lo mainin itu kak Asa, kak Asa hidup dalam biola, dia nangis saat lo nggak bisa denger suaranya."

Viola tersentak mendengar ucapan Axel, kalau seumpamanya Axel benar Viola adalah orang yang paling buruk di dunia ini, ia tidak pernah sekalipun mendengar kan suara Asa.

Air mata Viola mengalir deras, ia duduk di tanah sedangkan Axel hanya bisa mencoba menenangkannya, Axel tahu kalau Viola sangat merasa kehilangan tapi ia juga tidak mau dimarahin Asa saat sudah menyusul ke surga

"Gua disini dan akan tetap disini, gua bakal jadi pengganti Asa kapanpun lo mau," bisik Axel di telinga Viola yang masih saja menangis.

Sangat menyakitkan bagi Axel untuk hidup dibayang-bayang Asa, tapi ini lah satu satu nya cara yang agar Viola bisa bermain biola lagi dan ia bisa pergi dengan tenang.

Axel siap mengorbankan apapun demi Viola karena perempuan itu lah alasan ia untuk bertahan hidup, seandainya Viola sudah bersama Zidan dan berbahagia Axel akan pergi dari hidup Viola untuk selamanya.

Bagi Axel ia adalah bayangan dan Viola adalah tubuh aslinya, dan sampai kapanpun bayangan tidak akan berbahagia bersama tubuh aslinya, bayangan akan selalu ada saat tubuh aslinya membutuhkan sedangkan tubuh asli tidak pernah sadar kalau ada bayangan yang selalu bersamanya .

"Antar gua ke makam kak Asa."

"Iya."

"Aku hanya seorang pengganti dan seorang pengganti tidak berhak berbahagia sampai kapanpun"

Axel (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang