Sudah sekitaran sepuluh menit mereka habiskan untuk bersantai di pinggir pantai. Sekarang Axel memilih untuk berjalan-jalan di pinggir pantai dan ikuti oleh Nindy.
"Gua nggak nyangka kalau punya adik," ucap Axel sambil menendang-nendang pasir.
Axel berpisah dengan orang tuanya saat umur 7 tahun dan saat itu ia masih menjadi anak tunggal. Ia tidak pernah mendengar tentang keluarganya setelah di pindahkan ke rumah neneknya, ia bahkan sudah mengira kalau kedua orang tuanya sudah pergi ke luar negeri.
"Emang nenek nggak bilang apapun?" tanya Nindy.
"Nenek udah meninggal saat kakak umur 12 tahun," jawab Axel sambil berbalik dan melihat kearah Nindy.
"Kalau nenek meninggal, siapa yang biayain sekolah kakak?"
"Kakak kerja."
"Kerja di mana?"
"Di pasar, jam 1 pagi kakak harus sampai pasar untuk bantu-bantu angkat barang sampai jam 4, kalau malam kakak bantu-bantu senior kakak, dia punya jasa angkut barang keluar kota,"
Seperti itulah kehidupan Axel, ia hanya punya waktu istirahat yang sedikit, ia bahkan selalu mengabaikan kesehatannya, ia selalu memaksakan dirinya hanya untuk sesuap nasi dan untuk membayar uang sekolah.
Nindy tak percaya mendengar itu, hatinya sangat sakit ketika mendengarnya, dia tidak menyangka kalau kakaknya harus menjadi kuli panggul untuk keperluannya sendiri.
"Jangan nangis," ucap Axel ketika melihat mata adiknya sudah berkaca-kaca.
"Kenapa kakak nggak pulang?"
"Mereka yang ngirim kakak ke sana jadi kakak nggak bisa seenaknya pulang."
"Kenapa ayah dan ibu ngirim kakak ke sana?"
"Karena kakak bukan anak kandung mereka."
Axel ditemukan oleh Adel saat umurnya masih 3 bulan di dalam kardus yang disembunyikan dalam semak-semak.
Saat itu Adel sedang dalam perjalanan pulang ke rumah, tapi saat diperjalanan ia mendengar suara tangisan bayi karena penasaran dlia pun mencari asal suara itu, dan saat itulah ia menemukan Axel sang bayi kecil yang sudah ditelantarkan oleh orang tua kandungnya.
"Kakak tahu dari mana?"
"Dikasih tahu Ayah saat umur kakak 6 tahun."
"Jadi karena itu kakak dipindahkan?"
"Iya, kakak harap kamu nggak marah setelah dengar semua ini," ucap Axel sambil mengelus puncak kepala Nindy.
Nindy memeluk erat tubuh Axel. Walau ia tahu kalau laki-laki yang sedang ia peluk ini bukan lah kakak kandungnya. ia sangat bangga dengan perjuangan laki-laki ini.
"Nindy bangga banget," ucap Nindy sambil menatap mata Axel.
Axel tersenyum, ia tidak menyangka kalau Nindy akan tetap menerimanya walau sudah tahu tentang asal-usul dirinya.
"Apa orang hina sepertiku masih bisa bersama mereka" batin Axel.
*****
Lyona heboh saat mendengar kalau besok sore sahabatnya akan ikut kontes Biola, ia langsung menghubungi yang semuanya untuk datang ke rumah Viola.
Ia langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi agar sampai lebih cepat di rumah Viola.
Sesampainya di rumah Viola ia langsung berlari masuk ke dalam, sesampainya di dalam ia melihat Viola sedang duduk di samping Bram.
"Eh ada om Bram, maaf ya saya tadi main masuk-masuk aja," ucap Lyona sambil melihat ke arah Bram.
"Udah nggak papa, anggap aja rumah sendiri," ucap Bram dengan santainya.
Bram percaya dengan Lyona karena selama Axel sedang tidak ada di kota ini Lyona lah yang selalu menemani putrinya itu.
Tiba-tiba Obe, Nathan, Rendi juga masuk ke dalam rumah tanpa permisi, membuat semua orang yang ada di dalam kaget karena kelakuan mereka.
"Kalau di rumah orang kelakuannya dijaga ya," sindir Viola yang hanya ditanggapi dengan senyuman oleh ke-tiga pria itu.
"Loh Axel mana?" tanya Bram saat melihat semua sahabat Viola datang kecuali Axelm
"Om lupa ya kalau Axel sudah nggak ada di kota ini," jawab Obe.
"Axel sudah kembali, harusnya sekarang dia sudah ada di kota ini."
Semuanya kaget mendengar itu, Bram mengetahui itu dari email yang dikirimkan Axel untuknya, inti dalam email itu adalah tentang kepulangan Axel.
"Om tau sekarang rumah Axel di mana?" tanya Nathan dengan perasaan gembira karena tau kalau sahabatnya sudah kembali.
"Enggak tau, Axel nggak pernah bilang."
"Duh gimana nih cara nyari dia?" tanya Rendi, dia sudah tidak tahan lagi bertemu dengan sahabatnya itu.
"Nggak usah dicari, biarin dia istirahat dulu kan besok dia harus ke sekolah."
Semua setuju dengan perkataan Bram, mereka memilih untuk bermain di belakang rumah atau lebih tepatnya di pinggir kolam renang. Mereka lebih sering main ke sini setelah kepergian Axel karena ingin menutupi rasa kesepian yang ditinggalkan Axel dengan cara kumpul bersama.
"Besok lo yakin mau ikut kontes?" tanya Lyona, ia cemas kalau kondisi Viola akan memburuk setelah kontes.
"Yakin. Gua mau buktiin ke Axel kalau gua bisa jadi perempuan yang pantas buat dia."
Viola semakin giat untuk bermain biola setelah kepergian Axel, ia berharap bisa menampilkan permainan terbaiknya saat Axel sudah kembali. Ia akan menunjukan kepada laki-laki itu kalau dirinya bisa menjadi apapun yang ia mau.
"Lo yakin? Besok malam kan kita harus datang ke pesta sekolah," ucap Nathan.
"Gua yakin."
"Kalau lo nggak kuat bilang. Nanti gua sama Lyona bisa anterin lo pulang," ucap Rendi.
"Iya."
"Sebentar lagi dia datang dan kita akan kembali seperti dulu lagi," ucap Obe sambil melihat bintang-bintang yang bertebaran di langit.
Mereka yakin kalau Axel akan kembali sebentar lagi. Walau mereka tau kalau Axel sudah memutuskan tali persahabatan, tapi mereka masih berjuang untuk memperbaiki hubungan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Axel (Tamat)
Teen FictionSebuah kisah yang menceritakan seorang laki-laki yang berusaha untuk mengabulkan setiap impian sahabat-sahabatnya tanpa memikirkan tentang perasaannya sendiri. Ia yang selalu memendam perasaan sedihnya dan masa kelamnya sendiri. Ia yang sudah mencin...