Obe, Nathan, Rendi semakin meningkatkan kecepatan motor mereka saat jalanan mulai sepi. Mereka bertiga tidak tanggung-tanggung akan menyalip bis sekalipun.
"Gua masih bisa bertahan, jadi kalau lo mau lebih kenceng lakuin aja," ucap Viola sambil mempererat pelukannya di tubuh Nathan.
Bukan hanya laki-laki yang ikut, tapi ada juga Viola, Lyona dan Helen. Rencananya hanya para laki-laki saja yang berangkat, tapi para perempuan memaksa untuk ikut.
Jadi saat ini Viola membonceng Obe, Lyona membonceng Rendi sedangkan Helen membonceng Obe.
Nathan semakin meningkat kecepatan motornya setelah mendengar ucapan Viola. Tangannya sudah seperti terikat dengan pedal gas sedangkan matanya sudah bosan melihat jalan.
Sudah sekitar 9 jam lebih mengendarai motor dan sudah 6 kali mereka berhenti untuk mengistirahatkan tubuh dan mengisi bensin motor.
Mereka hanya berpacu dengan alamat yang di bagikan oleh Nada. Sekarang Viola lah yang menjadi navigator karena hanya HP-nya yang masih hidup.
Mereka memutuskan untuk istirahat karena tubuh mereka mulai lelah. Mereka berhenti disebuah warung kecil di pinggir jalan. Para laki-laki memesan kopi sedangkan para wanita memesan susu.
"Masih berapa lama?" tanya Obe sambil menyobek bungkus roti.
"Harusnya tinggal 20 menit lagi," jawab Viola.
"Badan gua mulai kaku jadi kita istirahat lebih lama," ucap Nathan.
"Tapi Nath acaranya mulai 25 menit lagi," ucap Rendi.
Mereka tau kalau waktu mereka tidak banyak, tapi mereka juga tidak ingin memaksakan tubuh mereka. Nathan mulai menggerakkan jari tangannya agar tidak kaku lagi sedangkan Obe mulai memasang sarung tangannya.
Mereka hanya beristirahat dua menit karena takut telat. Mereka mulai melanjutkan perjalanan sesuai arahan Viola.
Mungkin Nathan dan Rendi masih bisa bertahan tapi tidak dengan Obe karena ia tidak pernah melakukan perjalan jauh menggunakan motor apalagi harus membonceng Helen.
Sedikit demi sedikit kecepatan motor Obe berkurang karena ia sudah mulai lelah lagi. Ia membunyikan klakson motornya dua kali sebagai tanda untuk berhenti sebentar. Ia mulai meminggirkan motornya diikuti oleh yang lain.
Obe duduk di pinggir trotoar untuk merilekskan tubuhnya. Obe sudah tidak kuat lagi untuk melanjutkan perjalan karena tubuhnya sudah sangat lelah nanti takutnya terjadi hal yang tidak diinginkan.
Tiba-tiba ada seorang perempuan mengguyur kepala Obe dengan air. Obe langsung berdiri lalu menghadap ke orang tersebut tapi tiba-tiba nyalinya menjadi ciut saat tau kalau orang tersebut adalah Selly.
"Asal lo tau tadi motor lo mau nyerempet mobil gua," ucap Selly.
"Maaf kak, saya nggak tau," ucap Obe sambil menundukkan wajahnya.
"Terserah, sekali lagi lo ganggu gua jangan harap lo bisa hidup dengan tenang."
Selly menatap Obe dan yang lainnya dengan teliti. Ia merasa ada ada yang kurang dari mereka dan akhirnya ia sadar kalau Axel tidak bersama mereka.
"Lo semua kesini ngapain?" tanya Selly.
"Kita mau ke rumah Axel," jawab Viola.
"Terus ngapain di sini?"
"Istirahat, badan kami kaku," jawab Nathan.
"Motor kalian titipin aja ke cafe seberang trus kalian ikut gua," ucap Selly sambil berjalan meninggalkan mereka ber-enam lalu masuk ke dalam mobilnya.
Nathan dan yang lainnya pun mengikuti perintah Selly. Mereka menitipkan motor mereka di parkiran cafe yang berada di seberang jalan lalu masuk ke dalam mobil Selly.
Selly mulai melajukan mobilnya saat mereka ber-enam sudah masuk kedalam mobilnya. Walau ia hanya pernah satu kali ke rumah Axel tapi ia sangat ingat jalan untuk menuju ke rumah laki-laki itu.
"Semakin lama lo semakin mirip sama Asa," celetuk Selly sambil melirik Viola.
*****
Lamunan Axel tiba-tiba buyar ketika Nindy menepuk bahunya. Axel langsung mengusap wajahnya perlahan untuk menyadarkan dirinya.
"Kok diem aja kak, sakit?" tanya Nindy sambil duduk di samping Axel.
"Enggak papa kok" jawab Axel.
Axel terus memikirkan Viola semenjak ia sampai di kediaman Nadhil. Ia hanya mengangguk pasrah setiap ditanya oleh Victor tentang perjodohannya dengan Nadhil.
"Xel, ingat waktu kamu sudah habis jadi sekarang kamu harus ikutin semua keinginan ayah," ucap Victor.
"Iya yah," ucap Axel pasrah.
Nadhil hanya diam dari tadi. Sebenarnya ia sangat ingin menolak perjodohan ini, tapi percuma saja kalau cuma satu pihak yang menolak jadi ia menunggu Axel untuk menyatakan penolakan baru ia akan ikut.
Axel terasa sangat menyesal karena sudah menyetujui kesepakatan itu. Ia bahkan sudah tidak berkutik saat ditanya tentang gimana pendapatannya tentang perjodohan ini.
Saat Victor sedang sibuk memikirkan tentang acara pertunangan tiba-tiba terdengar suara kerusuhan dari luar rumah. Suara itu disebabkan oleh tujuh orang yang memberontak untuk masuk ke dalam rumah.
Suara langkah kaki semakin terdengar jelas. Suara dobrakan pintu pun terdengar oleh semua orang yang ada di dalam.
"Saya mohon akhiri ini semua," ucap Obe.
Semua orang yang ada di dalam itu pun sekarang tau siapa yang membuat kegaduhan itu. Mereka adalah Obe, Nathan, Rendi, Viola, Lyona, Helen dan Selly.
"Kita istirahat sebentar dan Axel kamu urus sahabat-sahabat kamu dulu," perintah Bram.
"Iya yah," ucap Axel sambil berdiri
"Gua ikut," ucap Nadhil
"Nggak usah! Ini masalah sahabat jadi biar gua yang ngurus orang-orang bodoh ini," ucap Axel sambil melihat para sahabatnya satu-persatu.
"Selamanya orang bodoh akan tetap bersama orang bodoh," ucap Axel sambil tersenyum dan diikuti oleh anggukan oleh Obe dan lainnya.
Keadaan Axel sangat tidak buruk sekarang. Ia sekarang harus menyelesaikan dua masalah sekaligus. Masalah tentang perjodohannya dan masalah tentang sahabatnya yang tiba-tiba datang ke rumah Nadhil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Axel (Tamat)
Teen FictionSebuah kisah yang menceritakan seorang laki-laki yang berusaha untuk mengabulkan setiap impian sahabat-sahabatnya tanpa memikirkan tentang perasaannya sendiri. Ia yang selalu memendam perasaan sedihnya dan masa kelamnya sendiri. Ia yang sudah mencin...