Saat ini Axel sedang berada di kota Yogyakarta, ia kembali ke kampung halamannya saat kecil setelah sekian lama, ia tersenyum kecil saat melihat banyak bangunan yang sudah berubah.Ia baru saja sampai di kota ini dan sekarang ia bingung mau menginap di mana, ia melihat ke arah jam dinding besar yang ada di pinggir tembok taman.
"Jam 8 malam, Viola sudah tidur belum ya," gumam Axel. Semakin lama ia berusaha merelakan perempuan itu semakin sesak juga yang ia rasakan, hatinya menolak untuk melupakan wanita itu padahal sudah berkali-kali disakiti.
Axel melihat keadaan sekitar, banyak orang lalu lalang, tapi tak ada yang Axel kenal. Saat Axel melihat ke arah ujung jalan matanya melihat seorang perempuan yang selama ini ia kagumi.
Axel mempercepat langkahnya, ia langsung menepuk bahu wanita itu saat sudah berada di dekatnya, wanita itu kaget dan langsung memukul perut Axel membuat sang empu langsung kesakitan.
"Kak ini Axel," ucap Axel sambil memegangi perutnya.
"Eh maaf Xel. Gua nggak tahu kalau itu Lo," ucap Selly sambil menyentuh perut Axel.
"Nggak papa kok."
"Lo ngapain di sini? Terus kenapa lo bawa tas?"
"Axel di skors selama satu bulan jadi Axel ke sini deh."
"Oh, terus mau nginap di mana?"
"Nah itu yang Axel bingung."
"Lo kesini tanpa tahu mau tinggal di mana?"
"Ya gitu lah kak."
"Lo boleh tinggal bareng gua, tapi lo harus kasih tahu alasan lo ke sini."
Axel pun menceritakan semuanya, tidak ada yang ia tutupin dari Selly, ia percaya kalau seniornya ini akan membantunya selama ia berada di kota ini. Tidak ada orang lain yang bisa ia andalkan selain perempuan yang berstatus sebagai mantan sahabatnya ini.
"Kita ke apartemen gua sekarang."
Axel pun mengikuti langkah Selly, jarak apartemen Selly dan taman ini tidak begitu jauh jadi mereka memilih jalan kaki, selama perjalan ke apartemen Selly memberitahu beberapa informasi yang dibutuhkan Axel selama di kota ini.
Selly langsung mempersilahkan masuk kedalam setelah sampai ke dalam apartemennya, Axel langsung duduk di sofa lalu melepas sepatunya.
"Gua langsung tidur, lo kalau mau tidur di kamar tamu," ucap Selly sambil berjalan memasuki kamarnya.
Axel merebahkan dirinya di sofa. Sebenarnya ia ditawari Selly untuk tidur di kamar tamu, tapi ia tolak dengan alasan tidak mau mengotori ruangan tersebut. Ia mulai memejamkan mata sambil berharap kalau ia masih bisa melihat hari esok.
*****
Sebelum adzan shubuh Axel sudah bangun. Ia menyuci piring, menyapu, memasak. Ia melakukan itu karena ia tidak ingin menjadi beban untuk Selly selama ia menumpang di apartemen perempuan itu.
Setelah selesai memasak ia menyobek sebuah kertas, mengambil sebuah spidol berwarna hitam yang berada di atas kulkas lalu menuliskan sebuah kata-kata di kertas tersebut.
"Ini Axel yang masak jadi pasti enak, Axel pergi dulu nanti sore pulang kok"
Axel bergegas meninggalkan apartemen setelah menaruh kertas tersebut di meja makan. Ia berjalan menuju halte yang letaknya tidak begitu jauh dari apartemen Selly. Setelah sekian lama ia menunggu akhirnya bis yang ia tunggu-tunggu akhirnya datang. Ia langsung masuk ke dalam bis tersebut, duduk di kursi penumpang yang paling belakang. Sudah sekitaran sepuluh menit ia naik bis, akhirnya ia sudah sampai di tempat tujuannya.
Kakinya melangkah memasuki sebuah komplek, hatinya rindu dengan suasana di komplek ini dan dia pun sampai di sebuah taman.
Di taman sedang tidak banyak orang hanya ada satu gadis perempuan menggunakan seragam putih abu-abu sedang duduk di atas ayunan setelah melihat perempuan itu Axel teringat dengan Viola.
Axel masuk ke dalam taman, ia duduk di ayunan samping perempuan tadi, matanya masih melihat perempuan itu.
"Kenapa sedih?" tanya Axel sambil memaju mundurkan ayunannya.
"Bukan urusan anda."
"Nggak sekolah?"
"Bukan urusan anda."
"Hati-hati kalau ketahuan orang tua lo langsung dimarahin."
"Orang tua saya tidak peduli sama anaknya."
Axel kaget mendengar itu, ia merasa kalau sudah membuat sebuah luka baru di hati perempuan ini. Ia takut kalau ia sudah membicarakan hal yang seharusnya tidak ia bahas.
"Kenapa bilang gitu?"
"Orang tua saya sudah memisahkan saya dengan kakak saya dan sekarang saya nggak tahu dimana kakak saya berada."
"Ini masih jam 06.30 masih sempat gua antar lo ke sekolah," ucap Axel sambil berdirim
"Saya nggak mau sekolah sebelum kakak saya ketemu."
"Gini aja, sekarang lo sekolah nanti pulang sekolah gua bantuin cari kakak lo."
"Anda yakin mau bantu saya?"
"Iya gua yakin."
Axel pun menemaninya berangkat sekolah, mereka naik bis untuk ke sekolah, di dalam bis tak ada pembicaraan antara Axel dan gadis itu.
Sesampainya di sekolah gadis itu masuk ke dalam area sekolah sedangkan Axel hanya bisa menatap dia pergi meninggalkan ia di depan pintu gerbang sekolah.
Axel memilih pergi dari daerah sekolah karena tidak ingin menjadi pusat perhatian, ia memilih untuk menuju pantai yang jaraknya sedikit jauh dari sekolah
Pikiran Axel terus memikirkan dua perempuan yang pertama Viola dan yang kedua perempuan tadi, ia berusaha sebisa mungkin untuk melupakan Viola dan membuang semua kenangan yang ia miliki bersama sahabat-sahabat lamanya itu.
"Seandainya gua udah ketemu mereka apa yang bakal gua lakuin ya," gumam Axel sambil memandang air pantai, hatinya sangat kacau saat memikirkan hal itu.
Axel sudah lama tidak memikirkan hal itu
dan sekarang dia memilih untuk kembali agar bisa meredakan semua rasa benci dan rasa kangennya terhadap mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Axel (Tamat)
Teen FictionSebuah kisah yang menceritakan seorang laki-laki yang berusaha untuk mengabulkan setiap impian sahabat-sahabatnya tanpa memikirkan tentang perasaannya sendiri. Ia yang selalu memendam perasaan sedihnya dan masa kelamnya sendiri. Ia yang sudah mencin...