17

252 35 8
                                    

Hari kelas X MIPA 2 sangat sepi karena Axel tidak masuk bahkan ia tidak menitipkan surat izin kepada temannya, hari ini untuk pertama kalinya Axel bolos sekolah.

Rendi, Obe, Nathan dari tadi sedang mencoba bikin kelas ramai seperti dulu, tapi sia-sia karena tidak ada yang semangat tanpa Axel di kelas ini.

"Ni bocah satu di mana coba?" tanya Nathan yang dari tadi mencoba menelfon Axel tapi tidak mendapatkan jawaban sama sekali.

"Kalau dia bunuh diri gara-gara kemarin gimana coba" celetuk Obe yang teringat kalau kemarin Axel melihat Viola bermesraan dengan Zidan didalam kelas.

Semua orang langsung terdiam, semuanya memikirkan tentang perkataan Obe, ada kemungkinan kalau Axel bunuh diri karena sudah terlanjur sakit hati melihat Viola bermesraan dengan Zidan.

"Ya kagak lah, Axel tuh orangnya kuat dia kagak bakal bunuh diri gara gara itu doang" ucap Rendi yang percaya kalau Axel tidak akan melakukan hal bodoh seperti itu.

"Emang kemarin kenapa?" tanya Viola.

Viola tidak tahu kalau Axel suka samanya jadi wajar kalau ia selalu bersifat biasa saja saat bermesraan dengan Zidan dihadapan Axel.

Semua orang di kelas sangat ingin menjelaskan tentang Axel yang suka dengan Viola, tapi mereka memilih diam karena kalau mereka memberitahu Viola pasti Axel akan marah besar dan akan membuat persahabatan menjadi hancur.

"Kemarin Axel sempat dimarahin sama Pak Panji gara-gara metik rambutan yang ada di taman sekolah," ujar Lyona, ia harus terpaksa berbohong demi kebaikan semuanya.

"Lha kapan ngambilnya kok gua kagak tahu?" tanya Viola

"Entah, gua kemarin cuma dibilangin gitu doang."

"Ehh Vi coba lo telfon bokap lo kan Axel deket banget tuh sama bokap lo," ujar Helen untuk mengalihkan topik pembicaraan.

"Bentar-bentar," ucap Viola sambil mengambil HP-nya yang tadi ia simpan di dalam tas lalu menelfon ayahnya.

"Kenapa Vi?"

"Axel nggak masuk Yah, Ayah tau nggak Axel di mana?"

"Dia ada urusan keluarga, tenang nanti pas pulang sekolah dia akan jemput kamu kok."

"Ayah tau dari mana? kan Ayah ada di luar kota?"

"Kan Axel selalu bilang sama Ayah kalau dia nggak bisa jemput atau pulang bareng kamu."

"Oh gitu ya, kalau gitu Viola matiin ya telfonnya."

"Iya, belajar yang pintar."

"Iya Yah."

"Gimana?" tanya Obe yang melihat kalau Viola sudah selesai bertanya ke ayahnya.

"Kata Ayah sih Axel sedang ada urusan keluarga, tapi nanti pas gua pulang dia bakal jemput gua," jawab Viola.

"Ni orang sekalinya nggak masuk bikin heboh," ucap Lyona sambil menendang kursi Axel.

"Ya sabar aja kan yang penting kita tau kalau dia nggak kenapa-kenapa," ucap Reno.

Setidaknya sedikit kekhawatiran mereka semua sedikit menghilang karena sudah mendapatkan informasi dari ayahnya Viola kalau Axel sedang ada urusan keluarga tapi masalahnya kelas ini sangat sepi kalau tidak ada Axel.

"Sampai kapanpun kekosongan ini tak akan tergantikan karena kau lah satu satunya sosok yang paling ku nanti"

*****

Saat ini Deni, Irfan, Axel, Claris dan Luna sedang bersiap-siap karena sebentar lagi mereka akan perform di depan orang banyak, mungkin bagi Deni, Irfan, Claris, Luna ini hal yang biasa tapi tidak dengan Axel, ia baru pertama kali bernyanyi di hadapan banyak orang.

"Ngapain lo pakai masker?" tanya Deni yang melihat Axel sedang menggunakan masker.

"Biar nggak ketahuan sama orang lain," jawab Axel, ia tidak ingin kalau info tentang ia pentas bersama seniornya ini menyebar ke sekolahnya.

"Ini di luar kota jadi nggak bakal ada yang ngenalin kita jadi lepas aja masker lo," ucap Luna yang sedari tadi masih sibuk menata rambutnya.

"Tapi kan mereka nanti ada yang videoin."

"Nih pakai kacamata sama ubah aja gaya rambut lo nanti nggak akan ada yang tau," ucap Claris sambil memberikan kacamata kepada Axel.

Axel pun menuruti perkataan Claris, ia mengubah gaya berpakaiannya yang tadinya rapi sekarang menjadi sedikit acak-acakan.

"Nih Pomade, ganti gaya rambut lo," ucap Deni sambil melemparkan Pomade miliknya ke arah Axel.

"Makasih kak," ucap Axel sambil menangkap Pomade yang dilemparkan Deni.

"Besok-besok kalau manggung lagi bawa kacamata sama pomade sendiri," ucap Irfan sambil menyetel gitarnya.

"Iya kak."

Axel bingung akan merubah gaya rambutnya seperti apa karena ia sudah biasa seperti dari dulu, rambut yang selalu disisir rapi ke arah sebelah kanan, tapi sekarang ia harus tampil beda agar tidak mempermalukan seniornya.

"Asa gua pinjem gaya lo."

Axel pun mengubah gaya rambutnya menjadi gaya pompadour, gaya rambut yang cocok dengan wajah oval milik Axel memberikan kesan macho, trendi.

"Gimana kak?" tanya Axel sambil memperlihatkan gaya rambut barunya ke senior-seniornya.

Mereka pun terkagum-kagum melihat perubahan gaya Axel, sekarang Axel terlihat sangat macho dengan penampilannya dan ini akan membuat band mereka menjadi lebih terkenal.

"Nah gini dong, kan lebih kelihatan macho," ucap Luna.

"Bagus kok, malah kelihatan lebih fresh daripada biasanya," ucap Claris.

"Lo nggak mau muji junior lo ini fan?" tanya Dani kepada Irfan yang sampai sekarang belum pernah memuji Axel.

"Besok-besok kalau manggung lagi lo harus tampil kayak gini lagi jangan kayak biasanya," ucap Irfan.

Walau irit bicara Irfan selalu peduli pada semua orang yang ada disekitarnya, sejak Irfan bertemu dengan Axel ia merasa kalau hari harinya mulai berubah, sekarang di kehidupan bertambah seorang junior yang selalu membuatnya lebih cerewet dari biasanya.

"Untuk Alfa band dimohon untuk bersiap-siap," ucap salah satu panitia yang datang untuk menjemput kami.

"Bentar, gua mau ngomong satu dua patah kata dulu," ucap Deni saat semuanya ingin beranjak pergi kearah panggung.

"Ini mungkin hal biasa bagi kita tapi sekarang kita punya member baru disini, kita sebagai senior harus mastiin kalau perform pertama Axel berjalan sukses jadi kalau ada satu kesalahan gua mohon buat saling nge cover," lanjut Deni yang dijawab oleh anggukan oleh semuanya.

Semuanya pun naik ke atas panggung, mereka sudah berada diposisi mereka masing-masing, tak ada keraguan sedikitpun di hati mereka dan karena itulah penampilan mereka sangat menakjubkan.

"Jiwaku hancur
Hatiku babak belur
Tapi didepan mu,
aku tak ingin senyumku luntur"

Axel (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang