23

255 34 6
                                    

Rencana camping diundur karena acaranya bersamaan dengan kontes Viola, semua murid kelas X MIPA 1 memilih untuk datang melihat Viola terlebih dahulu, setelah menonton mereka akan langsung berangkat ke tempat camping.

Semuanya duduk di barisan paling depan agar bisa melihat dan mendengar kan penampilan Viola dengan jelas.

Semuanya sudah datang kecuali Axel, ia sedang berada di depan makam laki-laki yang sangat disayang Viola.

"Lo harusnya malu Sa, gara-gara lo Viola trauma sama biola. Dia nggak bisa dengar suara biola, lo udah hancurin impian dia, hari ini dia memutuskan untuk mulai dari awal, hari ini hari pertama dia pentas gua mohon lo lihat dari sana. Jangan biarin adik kesayangan lo tampil tanpa lo di sisinya. Kalau boleh jujur gua sangat benci sama lo, lo udah bikin Viola nangis dan gua sangat benci sama orang yang nyakitin Viola dan satu lagi sebentar lagi gua akan lo jadi pastiin lo jemput gua."

Setelah mengucapkan itu Axel langsung pergi meninggalkan makam karena sudah sebentar lagi Viola akan tampil dan ia sudah janji akan melihat penampilan perempuan itu.

*****

Semua orang bertepuk tangan saat melihat Viola jalan ketengah tengah panggung, Viola melihat kesemua orang untuk mencari orang yang membuatnya berada di atas panggung ini dan akhirnya ketemu ia melihat Axel berdiri di sudut ruangan.

Viola memainkan biola kesayangannya, ia mulai fokus tidak ada kendala di saat permulaan, tapi semakin lama ia mulai tidak bisa mendengar suara biola dan ia langsung melihat kearah Axel.

Saat melihat kearah Axel ia melihat bayangan yang persis dengan orang yang paling ia sayang.

"Kak Asa," gumamnya.

Viola memfokuskan dirinya masih tetap bermain walau sudah banyak nada yang salah, tiba-tiba ingatan masa lalunya datang membuat ia mengingat hal yang sudah lama ia lupakan.

"Viola kalau udah besar mau jadi apa?"

"Viola mau jadi kayak kakak."

"Oh Viola mau jadi kayak kakak, kalau gitu kakak titip biola ini, kalau Viola udah jadi pemain biola yang terkenal kembaliin biola ini ke kakak ya."

"Iya kak."

"Kalau kakak nggak bisa mewujudkan impian kakak tolong Viola yang melanjutkan impian kakak ya."

"Iya kak, pasti Viola jadi pemain biola yang hebat."

"Kakak sayang sama Viola."

"Viola juga sayang sama kakak."

Air mata Viola mengalir deras, ia memilih untuk meninggalkan panggung. Axel yang melihat itu pun langsung lari mengejar Viola.

Axel merasa dirinya bodoh harusnya ia tidak terlalu memaksa Viola untuk pentas dan merasa bersalah kepada Viola sekarang ia sudah merasa tak pantas untuk tetap berada di samping Viola.

"Maafin gua," ucap Axel sambil memeluk tubuh Viola.

"Ini bukan salah lo," ucap Viola yang masih meneteskan air mata.

"Ini salah gua, harusnya gua nggak maksain lo untuk main biola."

"Enggak, harusnya gua berterima kasih sama lo gara gara lo gua jadi ingat janji terakhir gua sama kak Asa."

"Janji?"

"Gua janji sama kak Asa kalau gua akan jadi pemain biola yang terkenal jadi mulai sekarang gua akan latihan main biola lagi sedikit demi sedikit."

"Bagus deh, dengan begitu Kak Asa tenang di sana."

"VIOLA," teriak Lyona dari kejauhan bukan hanya Lyona tapi semua teman sekelasnya juga datang.

"Gua beli minuman sebentar," ucap Axel lalu beranjak pergi meninggalkan Viola bersama yang lain.

"Kak Asa kenapa kakak selalu muncul di samping Axel dan kenapa Axel sangat mirip dengan kakak," batin Viola saat melihat langkah Axel sangat mirip dengan langkah Asa.

Lamunan Viola berakhir saat berbagai pertanyaan dilontarkan oleh para sahabatnya, mereka sangat cemas saat melihatnya menangis sampai-sampai Lyona menabrak banyak orang saat mencarinya.

"Gua nggak papa kok, tadi cuma keinget sama kenangan buruk jadi gitu deh," ucap Viola sambil tersenyum.

"Lo yakin? Kalau kondisi lo masih kurang enak kita undur aja keberangkatannya," ucap Lyona, dia lah yang paling khawatir saat melihat Viola menangis.

"Gua yakin, yuk berangkat camping sekalian buat refreshing."

Mereka semua hanya mengangguk, benar kata Viola camping ini akan menjadi sarana untuk menghilangkan segala beban yang ada di kepala.

Semuanya pun berangkat, ada yang naik mobil dan ada yang naik motor, Axel lah yang menjadi pemandu saat perjalanan kearah tempat camping karena ia juga yang mengusulkan tempat itu.

"Xel gua titip adik gua ya."

"Kak Asa mau kemana emang?"

"Kak Asa harus pulang."

"Kan rumah kakak dan Viola sama kenapa harus nitipin Viola ke aku?"

"Bukan rumah itu, ini rumah yang penuh kebahagiaan."

"Axel boleh mampir nggak?"

"Boleh kok tapi Axel harus bikin sahabat-sahabat Axel bahagia dulu, nanti kak Asa jemput."

"Oke kalau gitu, Axel akan jaga Viola sama bikin sahabat Axel bahagia."

"Kenapa harus ingat mimpi itu," gumam Axel setelah teringat mimpinya sebelum mendapat kabar kalau Asa meninggal dunia.

"Tenang kak, Viola pasti bahagia."

"Kau telah tiada tapi janji kita akan terus abadi sampai janji itu terpenuhi"

Axel (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang