29

255 32 13
                                    

Saat Axel melewati kelas XI MIPA 3 ia mendengarkan pembicaraan Zidan dan teman-temannya, posisi Zidan dekat dengan kaca jadi suaranya bisa terdengar dari luar.

Axel tersenyum sinis saat nama Viola disebut oleh mereka, ia mengeluarkan hpnya lalu merekam pembicaraan Zidan dan teman temannya.

"Lo hampir menang taruhan nih."

"Jelas dong, sekarang lo semua siapin aja uang, udah gua bilang gua bisa buat Viola jatuh cinta sama gua."

"Lo kagak ada rasa apa-apa gitu?"

"Ya enggak lah, seorang Zidan nggak mungkin suka sama cewek butut kayak Viola."

Axel rasa rekamannya sudah cukup, ia memasukan Hp-nya ke dalam kantong celana, Axel langsung masuk ke dalam kelas Zidan.

Ia menendang semua laki-laki yang menghadangnya, kelas itu langsung menjadi medan pertempuran antara Axel melawan seluruh murid laki-laki kelas XI MIPA 3.

seluruh murid perempuan langsung berteriak histeris sambil berlari keluar, tak ada rasa takut sedikit pun di hati Axel.

Axel memukul semua orang secara acak, ia tidak peduli siapa yang dipukul, ia bahkan tidak peduli dengan semua tinjuan yang mendarat di tubuhnya.

Setelah hampir semua lawannya sudah terkapar ia menarik Zidan ke tengah lapangan, Zidan sempat memberontak, tapi langsung mendapat tendangan keras oleh Axel.

Setelah sampai di tengah lapangan Axel langsung memukul seluruh tubuh Zidan, pukulannya terus menerus sampai darah keluar dari mulut dan pelipis Zidan.

Belum puas Axel memukul Zidan tapi sudah dipisah oleh banyak orang, semua sahabatnya sudah memegangi badannya.

"LO GILA XEL! LO BISA BUNUH ANAK ORANG!" tegas Nathan sambil mendorong tubuh Axel mundur.

"LO NGGAK TAU APA-APA NATH MENDING LO DIEM BIARIN GUA NGEHABISIN TUH BOCAH!"

"GUA TAU LO SUKA SAMA VIOLA TAPI NGGAK GINI JUGA!" tegas Obe.

"LO JANGAN ASAL NGOMONG, LO NGGAK TAU APA-APA!"

Plak!...

Satu tamparan mendarat di pipi Axel, sekarang Viola sangat membenci Axel, ia tidak menyangka kalau Axel akan berbuat sejahat ini.

"Gua pikir lo sahabat sejati gua Xel, tapi ngelihat kelakuan lo sekarang bikin gua marah apalagi saat gua tahu kalau lo suka sama gua, gua sangat jijik sama lo," ucap Viola sambil memukul-mukul perut Axel.

Axel hanya tersenyum kecil setelah mendengar kalimat terakhir Viola, ia bisa saja menunjukan rekaman itu sekarang tapi ia urungkan karena ia ingin tahu siapa yang dipilih sahabatnya dirinya atau Zidan.

"Lo semua nggak percaya sama gua?" tanya Axel sambil memandang semua sahabatnya.

"Gua nggak ngira kalau lo serendah ini Xel," ucap Nathan.

"Gua pikir lo bijaksana, tapi kenyataannya lo pengecut," ucap Obe.

Axel hanya tersenyum mendengar itu, ia ditarik oleh Pak Ghibran untuk masuk ke dalam ruang BK, di ruang BK ia dimarahin habis-habisan oleh kepala sekolah dan hasilnya Axel di skors selama satu bulan.

Banyak orang yang melihat kejadian itu, bahkan hampir semua siswa dan guru yang melihat kemurkaan Axel, seorang Axel yang terkenal dengan senyumannya berubah menjadi iblis menakutkan dalam sekejap.

"Irfan lo mau ke mana?"

"Ngurus tikus-tikus kecil yang belum dihabisin sama junior gua."

*****

Hari ini hari ketiga Axel diskors, kelas XI MIPA 3 yang tadinya sangat berisik sekarang menjadi sangat sepi, tak ada lagi canda tawa semenjak kejadian Axel diskors.

Tepat dua hari yang lalu Zidan dan teman-temannya mereka semua pulang babak belur karena saat pulang dihadang oleh Irfan, Deni, Claris dan Luna tentu saja tidak ada yang mengetahui hal ini.

Walau sudah ada Rendi, Nathan, dan Obe, tapi masih saja tidak bisa membuat kelas ramai seperti dulu.

Mereka sebenarnya juga tidak menyangka kalau Axel akan kehilangan kesabaran sampai mengamuk seperti itu.

Tiba-tiba semua orang di kelas langsung waspada Irfan dan Deni masuk ke dalam kelas mereka.

"Siapa ketua kelas disini?" tanya Deni sambil berdiri di tengah-tengah kelas.

"Saya," ucap Reno sambil mengangkat tangan.

"Ambil terus putar rekaman audio yang ada di dalamnya," ucap Irfan sambil melemparkan sebuah HP kearah Reno.

HP itu milik Axel, ia menemukannya saat melewati kelas XI MIPA 3 setelah kejadian Axel mengamuk, saat ia melihat isinya ada sebuah audio hasil rekaman Axel.

Reno menghubungkan pengeras suara yang ia simpan di lemari belakang dengan HP Axel, ia mencari audio yang dimaksud oleh Irfan setelah ketemu ia langsung memutar audio tersebut.

"Lo hampir menang taruhan nih."

"Jelas dong, sekarang lo semua siapin aja uang, udah gua bilang gua bisa buat Viola jatuh cinta sama gua."

"Lo kagak ada rasa apa-apa gitu?"

"Ya enggak lah, seorang Zidan nggak mungkin suka sama cewek butut kayak Viola."

Semua orang kaget mendengar itu, itu adalah suara Zidan dan temannya, Irfan tersenyum melihat semua ekspresi sahabatnya Axel.

"Apa ini yang namanya persahabatan? Gua bahkan nggak bisa melihat tali persahabatan di antara kalian dan Axel," sindir Irfan.

"Selamat kalian baru saja menyingkirkan satu orang yang paling berharga di hidup kalian," ucap Deni sambil bertepuk tangan.

Mereka sekarang tahu kalau tindakan mereka bodoh, mereka tidak percaya dengan perkataan Axel.

"Fan kita pergi dari sini nggak tahan gua lihat orang-orang yang lebih milih orang baru dari pada sahabatnya sendiri," ucap Deni sambil berjalan keluar kelas.

"Oh ya satu hal lagi, Axel Zakky Carlo sudah pergi jauh dari kita semua, gua mohon doa dari kalian semoga Axel diberi kebahagiaan di sana," ucap Irfan.

Semua orang kaget mendengar itu, Obe langsung berlari kearah Irfan lalu mencengkram kerah baju Irfan.

"LO JANGAN ASAL NGOMONG!" bentak Obe.

"Lo pikir dengan lo marah-marah ke gua bisa bikin Axel kembali? Kagak bego."

"DIMANA SAHABAT GUA SEKARANG!"

"Dia sudah pergi jauh dan itu semua gara-gara kalian."

Deni langsung menendang Obe tepat di perutnya, Obe terjatuh ke lantai tapi matanya masih melihat Irfan.

"Jangan sentuh sahabat gua," ucap Deni sambil melihat tajam kearah Obe.

"Kita pergi. Semoga kalian lebih bahagia setelah kepergian Axel," ucap Irfan.

Air mata Viola mengalir deras, semua orang tidak bisa menyembunyikan kesedihan mereka masing-masing, Obe hanya duduk lemas dilantai matanya mulai berkaca-kaca, Nathan mengacak-acak rambutnya, Lyona menangis sambil memeluk tubuh Viola, Rendi memukul tembok untuk menyalurkan perasaan sedihnya.

"Tugas ku sudah selesai,
sekarang aku pamit,
semoga kamu terus bahagia setelah kepergian ku"

Axel (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang