Seketika Axel menjadi pusat perhatian akibat tindakannya barusan. Ia melempar botol yang sudah tidak berisi itu ke sembarang arah, tapi matanya masih menatap tajam laki-laki yang ada di depannya.
"Adik gua bikin masalah sama lo?" tanya Axel sambil mencengkram erat kerah laki-laki tersebut. Mata Axel mulai beralih ke nama tag laki-laki tersebut dan sekarang ia tau kalau laki-laki ini bernama Leno.
"Eh dia adik lo sob," ucap Leno dengan wajah ketakutan.
"Pergi! Sekali lagi lo ganggu Nada jangan harap setelah itu lo masih bisa berdiri," ucap Axel sambil mendorong tubuh Leno.
Tubuh Leno pun terdorong ke belakang menimpa semua teman-temannya yang berada di belakangnya. Ia dan rombongannya pun lari terbirit-birit keluar dari kelas.
"Kalau lo punya masalah bilang gua, jangan diem aja," ucap Axel sambil menaruh setumpuk berkas di meja Nada.
"Nggak ada masalah kok," ucap Nada.
"Terserah lah, ini berkas dari Pak Panji," ucap Axel.
"Kalau gitu gua pergi," lanjut Axel sambil berjalan ke arah pintu kelas.
*****
Proses pembelajaran Axel sangat lah sulit. Ia harus mengingat suatu rumus atau suatu materi yang seharusnya belum masuk ke dalam materi bulan ini, tapi untungnya Pak Panji menjadi guru pembimbingnya membuatnya menjadi lebih mudah memahami materi. Penyampaian yang begitu detail dan tidak ada kata yang tidak berguna dari Pak
Panji sangat lah membantu pembelajaran Axel.Suara bel sekolah berbunyi tanda waktunya istirahat untuk semua warga sekolah. Semua murid keluar dari kelas untuk makan di kantin. Setelah menyelesaikan satu soal tersisa Axel pun pamit untuk keluar dari ruang guru.
Axel menuju ke kelasnya untuk menemui sang pujaan hatinya. Saat berada di ambang pintu ia melihat Arka sudah mulai mendekati Viola, tapi ia hanya tersenyum tipis tanpa melakukan gerakan yang bisa sudut bibir Arka berdarah, atau lebih sering disebut dengan pukulan.
"Orang kayak lo nggak pantas jadi pacarnya Viola," ucap Axel sambil mencengkram kuat pergelangan tangan sebelah kanan Arka.
"Terus? Apa kabar dengan lo? Jangan lupa kalau lo dan gua itu sama," ucap Arka sambil mengibaskan tangan kanannya.
"Setidaknya gua bukan pecundang yang suka mainin hati perempuan," ucap Axel sambil mengulurkan tangannya ke arah Viola.
Viola pun menerima uluran tangan Axel. Ia tau kalau Axel ingin mengajaknya pergi dari kelas ini. Ia sudah tidak kuat lagi menanggapi Arka yang selalu mengajaknya balikan.
Axel membawa Viola ke luar dari kelas. Ia menggandeng tangan Viola di sepanjang koridor tanpa rasa malu padahal dilihat oleh para murid yang lain.
"Hati-hati sama Arka, dia bukan orang baik," ucap Axel.
"Iya. Aku tau," ucap Viola.
Axel yakin kalau Arka pindah sekolah ini bukan hanya untuk membuat Viola jatuh cinta lagi dengannya. Ia sangat paham dengan Arka karena ia sudah beratus-ratus kali bertukar tinju dengan laki-laki itu dan ia tau kalau setiap kali Arka berulah pasti ada niat terselubung.
Axel menghapus seluruh pemikirannya tentang Arka. Ia mulai fokus untuk memanjakan dan membuat wanita di sampingnya ini semakin cinta dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Axel (Tamat)
Teen FictionSebuah kisah yang menceritakan seorang laki-laki yang berusaha untuk mengabulkan setiap impian sahabat-sahabatnya tanpa memikirkan tentang perasaannya sendiri. Ia yang selalu memendam perasaan sedihnya dan masa kelamnya sendiri. Ia yang sudah mencin...