Sudah tiga hari berlalu sejak kejadian di pasar malam dan sekarang semua orang semakin gencar menjaga Viola. Bahkan Nathan, Obe, Rendi dan Lyona rela menginap di rumah Viola saat Bram dan Vina sedang berada di luar kota.
Mereka juga khawatir dengan Axel karena sudah dua hari ini ia tidak ada kabar lagi. Mereka sudah mencari informasi, tapi tidak menemukan apa-apa. Mereka hanya bisa pasrah jika sahabatnya itu milih untuk pergi ke luar kota lagi.
Hari ini semua murid kelas XI MIPA 2 kecuali Axel sedang berkumpul di rumah Viola. Mereka berkumpul untuk bermain dan mengerjakan tugas bersama. Mereka milih rumah Viola karena rumahnya sedang sepi tidak ada orang.
Semakin hari hubungan mereka dengan Axel semakin renggang, bahkan mereka sudah tidak tau cara agar bisa berbicara dengan Axel karena ketika mereka ingin mulai pembicaraan ada aja alasan Axel untuk pergi.
Semuanya fokus mengerjakan tugas selain Zahra. Dia masih sibuk dengan HP-nya. Ia dari tadi membalas pesan Ibunya yang memberitahunya kalau ada salah satu siswa dari SMA Bangsa dirawat di rumah sakit tempat Ibunya bekerja.
Air mata Zahra langsung menetes saat mengetahui siapa orang yang dimaksud oleh Ibunya. Ia tidak menyangka kalau salah satu sahabatnya sudah terbaring lemas di atas kasur rumah sakit.
Semuanya langsung kaget ketika melihat Zahra menangis. Helen mencoba untuk menenangkan Zahra. Lyona merebut HP-nya Zahra, ia membaca pesan yang tadi dibaca Zahra.
"Nama pasiennya Axel Zakky Carlo, dia sudah dua hari dirawat di sini," ucap Lyona membacakan pesan itu.
Semua orang yang berada di sana kaget mendengar ucapan Lyona. Tanpa basa-basi Obe langsung berlari ke arah motornya lalu diikuti oleh yang lainnya. Mereka semua pun langsung menuju ke Rumah Sakit Sakura.
Sesampainya di Rumah Sakit mereka langsung ke arah ruangan yang sudah diberitahu oleh ibunya Zahra. Sesampainya di sana mereka melihat Axel yang sudah tertidur lelap dengan muka yang sudah babak belur.
Walau Axel sedang tidak sadarkan diri, tapi di wajahnya terlihat senyuman. Menandakan kalau ia sudah bahagia. Ia sudah melakukan hal yang begitu luar biasa dua hari yang lalu dan sekarang ia harus istirahat. Entah kapan ia akan bangun atau bahkan ia tidak akan bangun untuk selamanya.
Obe seketika mengamuk saat melihat Axel. Ia meluapkan semua emosinya dengan cara memukul berulang kali tembok hingga membuat tangannya berdarah dan tembok tersebut retak.
Nathan duduk lemas di lantai, tapi matanya masih tertuju ke pintu ruangan dirawatnya Axel yang baru saja ditutup rapat oleh dokter.
"Dok, gimana kondisi sahabat saya?" tanya Reno.
"Maaf ini privasi pasien jadi saya nggak bisa mengatakannya selain kepada pihak keluarga."
"Saya ayahnya!" sahut Victor sambil berlari ke arah dokter tersebut.
Semua orang yang ada di sana melihat ke arah Victor. Bukan hanya Victor yang datang, di sana juga ada Adel dan Nindy bersamanya. Kemarin lusa mereka langsung berangkat ke sini setelah mendengar kabar kalau Axel masuk rumah sakit dan kondisinya sangat buruk.
"Kalau gitu anda ikut saya," ucap dokter.
Victor dan Adel pun mengikuti dokter tersebut meninggalkan Nindy bersama sahabat-sahabat Axel. Nindy berjalan mendekat ke arah pintu. Ia membuka sedikit pintu tersebut untuk melihat keadaan Axel. Matanya mulai meneteskan air mata saat melihat keadaan kakaknya itu.
"Kak El tidur yang tenang ya, ini waktunya kakak istirahat, mulai sekarang Nindy akan jagain kakak," gumam Nindy sambil perlahan menutup pintu.
Setelah pintu menutup sempurna Nindy menundukkan kepalanya. Air matanya mengalir deras membuat pipinya basah. Walau ia baru satu bulan menghabiskan waktu bersama Axel, tapi tidak bisa dipungkiri kalau Axel sudah bisa membuat zona nyaman antara dirinya dan Nindy.
"Kalian boleh pulang sekarang, El sudah nggak butuh kalian semua," ucap Nindy.
*****
"Lho ini gua di mana? Kok semuanya serba putih?"
"Tenang, lo aman di sini."
"Kak Asa?"
"Lama nggak ketemu Axel."
Axel langsung memeluk laki-laki tersebut tapi tidak bisa. Asa tidak bisa disentuh oleh Axel karena dunia mereka berbeda. Axel hanya bisa melewatinya dan melihatnya bukan menyentuhnya.
"Lo nggak bisa nyentuh gua. Dunia gua sama lo berbeda."
"Berbeda? Maksudnya gimana kak?"
"Nggak usah dibahas, lo cuma sebentar di sini jadi kita ngobrol yang penting aja."
"Mau ngobrol apa kak?"
"Pertama kita ngobrol tentang Aurora, gimana kabar dia?"
"Dia baik, dia sekarang udah punya pacar, pacarnya namanya Zidan, dia sekarang juga sudah mulai main biola lagi."
"Kedua, gimana kabar Selly?"
"Dia juga baik, sekarang kak Selly kerja di Yogyakarta, dia juga udah mulai buka hati buat orang lain."
"Ketiga, gimana tentang perjanjian kita?"
"Viola sudah bahagia dengan Zidan dan sekarang janji kita sudah selesai."
"Lo salah Xel, dia belum bahagia."
"Salah gimana kak?"
"Dia cuma bisa bahagia sama lo."
Belum sempat Axel menjawab ucapan Asa, tapi tubuhnya mulai menghilang sedikit demi sedikit. Tubuhnya melebur memancarkan cahaya putih. Asa tersenyum saat melihat tubuh Axel mulai menghilang sedangkan Axel takut setengah mati melihat tubuhnya sendiri.
"Gua titip adik gua, bikin dia bahagia Xel," ucap Asa sebelum tubuh Axel benar-benar menghilang dari hadapannya.
Axel kembali ke dunianya di mana semua orang menunggunya untuk membuka mata dan kembali ceria seperti dulu lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Axel (Tamat)
Teen FictionSebuah kisah yang menceritakan seorang laki-laki yang berusaha untuk mengabulkan setiap impian sahabat-sahabatnya tanpa memikirkan tentang perasaannya sendiri. Ia yang selalu memendam perasaan sedihnya dan masa kelamnya sendiri. Ia yang sudah mencin...