Semua murid dan orang tua sudah berada di dalam Aula. Mendengar sebuah kata pengantar dari Panji untuk menyambut kehadiran para orang tua atau wali murid yang sudah rela datang.
Setelah selesai ia pun turun dari mimbar. Matanya masih menatap salah satu muridnya yang selalu hadir sendirian di setiap acara pertemuan orang tua. Ia tidak tau apa penyebab orang tua murid tersebut tidak bisa datang, tapi ia sangat tau perasaan kesepian yang di alami murid didiknya itu.
Kepala sekolah menjabarkan semua hal yang terkait tentang presentasi pembelajaran selama para murid bersekolah di SMA Bangsa. Tidak luput dengan dengan menyebutkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh para pelajar yang notabenenya adalah murid nakal.
Setelah menyebutkan tentang kesalahan sekarang, ia berganti menyebutkan keberhasilan para murid dalam tahun ini. Menyebutkan setiap prestasi yang diraih oleh murid-murid baik dalam hal pembelajaran maupun perlombaan.
"Saya akan menyebutkan nama-nama siswa yang sudah berhasil mengharumkan nama sekolah. Bagi yang namanya dipanggil silahkan untuk naik ke mimbar bersama orang tuanya. Lyona Arly Kusuma, Viola Aurelia Aurora, Nathanael Ivan Meinanda, Devanda Mahendra, Nada Agustin, Ricky Zo, Vinza Maura," ucap Pak Broto.
Semua murid yang namanya disebutkan pun naik ke atas mimbar bersama dengan orang tua mereka masing-masing, Broto menjelaskan prestasi murid-murid yang tadi ia sebut. Lyona mendapatkan juara satu dipertandingan Karate. Viola mendapatkan juara 1 dalam kontes Biola. Nathan menjadi calon pemain voli tingkat nasional. Devanda, Nada, Ricky, Vinza mendapatkan juara satu dalam kontes robot pintar.
Penyerahan piagam pun berlangsung. Ghibran sendiri lah yang memberikan piagam kepada Lyona, Viola, dan Nathan. Ia mengucapkan selamat kepada orang tua murid-murid kesayangannya itu.
"Dan satu lagi, murid yang paling dibanggakan dan disayangi oleh semua guru. Dia berhasil mendapatkan juara satu saat perlombaan olimpiade tingkat nasional. Kita sambut Axel Zakky Carlo!" ucap Pak Broto dengan semangat.
Axel langsung menggunakan almamater saat namanya disebut. Ia tidak menyangka kalau namanya akan disebut oleh Broto. Dengan langkah perlahan ia menuju mimbar diiringi tepuk tangan seluruh orang yang ada disana.
Mungkin bagi orang lain ini adalah peristiwa yang menyenangkan untuk Axel. Tapi bagi sahabatnya ini adalah pemandangan yang seharusnya tidak mereka lihat. Semua murid dengan bangga naik ke atas mimbar dengan orang tuanya sedangkan Axel hanya sendiri.
Axel berdiri di samping Bram. Melihat seluruh penjuru ruangan ini dengan perasaan iri. Saat yang membanggakan kalau orang tuanya ada di sampingnya saat ini.
"Orang tua kamu mana Xel?" tanya Pak Broto.
Nathan mengepalkan tangannya setelah mendengar itu. Ia tidak suka dengan kalimat itu karena kalimat itu membuat sahabatnya sakit hati. Kalau saja orang yang mengucapkan itu bukan orang yang lebih tua darinya pasti ia akan menghantam orang itu dengan sekuat tenaga tanpa peduli apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Orang tua say--" ucapan Axel berhenti saat ia melihat kalau ada seorang wanita paruh baya masuk ke dalam ruang aula.
Wanita itu tersenyum saat melihat Axel berada di atas panggung. Hanya dengan melihat sebentar ia langsung paham kalau laki-laki itu membutuhkannya untuk berdiri dengan bangga di atas mimbar.
Ia berjalan menuju ke mimbar. Melewati semua orang yang menatapnya dengan perasaan bingung. Sesampainya di atas mimbar dia berdiri di samping Axel.
"Saya Ibunya Axel," ucap Wulan. Menggegerkan semua murid yang ada di sana terutama para sahabat-sahabatnya.
Wanita yang difoto dengan Axel saat berada di dalam cafe sekarang datang sebagai Ibunya Axel. Dengan penjelasan itu gosip itu pun berakhir.
Ghibran dan Broto mengucapkan selamat kepada wanita itu karena anaknya sudah berhasil mendapatkan juara satu. Sekarang wanita itu tau kalau Axel bangga berdiri di atas mimbar ini dengan ia disisinya.
"Ibu bangga sama kamu," ucap Wulan sambil memeluk tubuh Axel.
Axel hanya bisa tersenyum saat dipeluk oleh Wulan. Ia sangat menikmati setiap kehangatan yang diberikan oleh Wulan dan Dirga. Di setiap pelukan mereka ia merasakan kehangatan sebuah ikatan keluarga.
*****
Setelah acara pertemuan selesai para murid dan orang tua diperbolehkan untuk pulang ke rumah masing-masing. Sebagian ada yang langsung pulang ke rumah dan adapula yang sedang makan di kantin sekolahan. Walau sekarang tidak jam pelajaran alias libur kantin masih tetap buka.
Di kantin lah Axel dan Wulan menghabiskan waktu sambil menunggu parkiran kosong. Axel masih menatap perempuan yang sekarang dengan santainya datang dan mengaku sebagai ibunya walau hasil tes DNA belum keluar.
"Saya tidak pernah ngasih tau anda soal pertemuan ini, jadi anda tau dari mana?" tanya Axel.
Wulan mengambil selembaran kertas lalu menaruh di depan Axel. Ia mendapatkan itu saat ia sedang menata buku-buku anak laki-lakinya itu. Saat ia baca ternyata itu adalah surat undangan untuk pertemuan orang tua dan akhirnya ia berangkat ke sini tanpa sepengetahuan Axel.
"Nggak peduli sebaik apapun kamu nutupin rahasia pasti akan kebongkar kalau sudah waktunya," ucap Wulan sambil mengaduk minuman yang tadi ia pesan.
"Mereka udah ngintip kita dari tadi. Nggak mau kamu ajak gabung aja sekalian" lanjut Wulan sambil melihat ke arah sahabat-sahabat Axel yang sedang mengintip dari balik tembok.
"Sebaiknya anda pulang sekarang," ucap Axel.
"Nggak baik tau ngusir orang tuanya sendiri," ucap Wulan.
"Lebih nggak baik kalau anda terlalu sering keluar dari rumah tanpa ada penjagaan,"
"Khawatir?"
"Jangan bodoh, saya cuma nggak mau dimarahin gara-gara nggak becus jaga anda."
"Oh. Padahal Ibu lebih senang kalau kamu khawatir."
Mata Axel langsung membulat sempurna mendengar itu. Mau percaya atau tidak semakin hari Axel semakin menemukan kemiripan antara dirinya dan wanita yang sekarang duduk dihadapannya ini. Setiap kata, setiap lelucon, setiap kejahilan semuanya persis seperti hal-hal yang pernah ia lakukan.
"Ibu lebih suka kalau kamu sudah siap menerima kami sebagai orang tua kandung kamu," gumam Wulan agar tidak terdengar oleh para sahabat-sahabat Axel. Ia sengaja melakukan itu karena ia tau kalau Axel belum menjelaskan hubungan mereka berdua kepada semua sahabatnya.
"Besok pagi hasil tes DNA keluar, jadi akan saya putuskan setelah melihat hasil itu," gumam Axel.
Besok adalah hari penentuan apakah Axel akan tetap tinggal bersama Dirga dan Wulan sebagai anak mereka berdua atau ia akan pergi kembali kos lamanya dan menjalani kehidupannya seperti dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Axel (Tamat)
Teen FictionSebuah kisah yang menceritakan seorang laki-laki yang berusaha untuk mengabulkan setiap impian sahabat-sahabatnya tanpa memikirkan tentang perasaannya sendiri. Ia yang selalu memendam perasaan sedihnya dan masa kelamnya sendiri. Ia yang sudah mencin...