Suasana kelas XI MIPA 2 hening tak ada yang berani berulah setelah kepergian Axel, bahkan Nathan, Obe sudah seperti kehilangan kemampuan untuk membuat orang tertawa.
Pak Ghibran sangat sedih melihat murid-muridnya seperti orang yang sudah punya harapan untuk bahagia, semakin hari-hari semakin sepi, tak ada omongan yang membuat emosi ia naik dan di dalam benak Pak Ghibran sangat merindukan saat-saat itu.
"Sampai kapan kalian begini?" tanya Pak Ghibran sambil berdiri didepan kelas.
Tidak ada yang menjawab, semuanya hanya diam bahkan tidak ada yang menggeleng, mereka terus memikirkan sebuah cara agar Axel bisa kembali ke sini lagi.
"Ini sudah 25 hari semenjak Axel diskors seharusnya dia akan kembali ke sini sebentar lagi," ucap Pak Ghibran untuk menenangkan semua muridnya.
"Kami bingung gimana caranya minta maaf ke dia," ucap Reno sambil mengetuk-ngetuk meja menggunakan jari telunjuknya.
"Bikin aja acara khusus penyambutan Axel," celetuk Zahra membuat semua orang melihat ke arahnya.
"Omongan gua salah ya?" tanya Zahra.
Semua orang langsung berlari Zahra, mereka memeluk Zahra sambil mengelus puncak kepalanya.
"Lo pintar," ucap Lyona sambil menepuk punggung Zahra.
"Makasih Zah," ucap Viola sambil mengelus puncak kepala Zahra.
"Tapi apa Axel akan mau?" tanya Obe, dia ragu kalau Axel akan datang kalau yang mengundang mereka.
"Kita harus bujuk Nada buat ngomong sama Axel," jawab Nathan dan langsung mendapatkan sebuah sikutan dari Obe.
Nathan langsung menyadarinya kalau ada salah satu dari mereka hatinya terluka akibat ucapannya. Matanya tertuju ke salah satu sahabatnya. Seorang wanita yang sangat menyesal atas kepergian Axel.
"Maaf Vi, tapi ini satu-satunya cara, lo ikhlas kan?" Tanya Nathan kepada Viola.
"Selama bisa buat Axel balik sama kita gua ikhlas," jawab Viola.
"Kita hubungin Nada pas Axel udah balik ke sini."
*****
Axel sudah berada tepat di depan gerbang sekolah perempuan tadi yang ia temui di taman. Ia terus mencari Nindy di antara begitu banyaknya siswa yang sedang keluar dari puntung gerbang. Karena ini adalah jam pulang sekolah jadi wajar kalau ada banyak begitu murid berlalu lalang.
"Hai," sapa Nindy.
"Hai juga," jawab Axel sambil tersenyum.
"Maaf lama ya."
"Enggak kok, hari ini kita mau cari dimana?"
"Kayak enggak dulu deh, badan gua lemas jadi gua pulang langsung."
"Oh ya udah kalau gitu gua temenin sampai depan rumah."
"Ayo."
Nindy pun memesan taksi untuk pulang, tak lama kemudian taksinya datang, mereka pun langsung masuk ke dalam taksi, karena hari ini tidak macet hanya butuh waktu 10 menit untuk sampai didepan rumah Nindy.
Hati Axel mulai memanas saat melihat rumah Nindy, otaknya mulai mengingat kembali kenangan-kenangan lama saat ia masih berumur 5 tahun. Kenangan yang begitu menyedihkan.
"Nama orang tua lo siapa?" tanya Axel .
"Ayah gua namanya Victor, nama Ibu gua Adel," jawab Nindy membuat Axel tersenyum miris setelah mendengar kedua nama itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Axel (Tamat)
Teen FictionSebuah kisah yang menceritakan seorang laki-laki yang berusaha untuk mengabulkan setiap impian sahabat-sahabatnya tanpa memikirkan tentang perasaannya sendiri. Ia yang selalu memendam perasaan sedihnya dan masa kelamnya sendiri. Ia yang sudah mencin...