Semuanya sudah masuk ke area pasar malam. Semuanya hadir termasuk Rendi, Pak Ghibran dan Axel. Semua menikmati permainan yang ada satu persatu kecuali Axel. Ia hanya diam melihat sambil melihat keadaan sekitar. Ia bahkan belum mencoba satu pun permainan sejak masuk ke area pasar malam.
Axel tersenyum saat melihat Viola sedang berusaha melemparkan bola untuk menjatuhkan kaleng yang jaraknya sedikit jauh. Semuanya memberi dukungan Viola kecuali dirinya.
Tersisa satu bola lagi. Bola ini jadi penentuan apa Viola akan bisa membawa pulang boneka beruang yang dari tadi ia incar atau tidak. Saat ia ingin melempar bola tersebut tiba-tiba Axel mencengkram tangannya.
"Percuma," ucap Axel sambil merebut bola dari tangan Viola.
Semua kaget mendengar itu. Kalimat itu adalah kalimat pertama yang ia lontarkan semenjak berada pasar malam ini. Axel menaruh bola tadi ke dalam keranjang lalu berjalan ke arah pemilik stand ini.
"Gua kasih dua pilihan, kasih dia boneka atau gua bongkar kecurangan lo," bisik Axel kepada pemilik stand.
Axel mengetahui dari awal kalau kaleng-kaleng itu sudah dikasih lem lalu di belakangnya diberi sebuah penyangga agar kaleng-kaleng tersebut tidak jatuh.
Pemilik stand pun merasa gugup. Ia langsung memberikan satu buah boneka panda berwarna berwarna Hitam-Putih kepada Axel.
"Kalau bodoh tau tempat," ucap Axel sambil melemparkan boneka tersebut ke Viola.
Dengan sigap Viola menangkap boneka tersebut. Ia tersenyum saat boneka itu sudah ada di dalam dekapan. Ia senang akhirnya Axel memperhatikannya.
Axel berjalan meninggalkan mereka. Ia berhenti di depan penjual barang-barang antik. Ia tertarik dengan Dream Chatcher yang dipajang di sana.
"Tertarik?" tanya Obe kepada Axel, tapi hanya dijawab gelengan oleh Axel.
"Lho mas Zakky," ucap Pak Broto. Ia adalah penjual barang-barang antik tersebut.
Pak Broto kenal dengan Axel karena ia juga salah satu pedagang di pasar dan sering meminta bantuan Axel untuk mengangkat barang-barang ke dalam kiosnya.
"Iya Pak. Laris Pak?" tanya Axel.
"Alhamdulillah, mas Zakky suka sama gantungan itu?" ucap Pak Broto sambil menunjuk Dream Chatcher yang dari tadi menjadi pusat perhatian Axel.
"Iya pak, harganya berapa?"
"Udah ambil aja."
"Yakin Pak?"
"Iya ambil aja, nih plastik."
Axel mengambil dua kantong plastik. Satu kantong plastik untuk wadah Dream Chatcher dan yang satu lagi untuk wadah uang sejumlah Rp 50.000.
"Nih Pak tangkap!" ucap Axel sambil melemparkan kantong plastik yang berisi uang dan Pak Broto langsung menangkap kantong plastik tersebut.
Mungkin cara Axel tidak sopan bagi sebagian orang, tapi baginya ini satu-satunya cara supaya Pak Broto menerima uang darinya. Pak Broto tersenyum saat tau isi kantong plastik tersebut adalah uang.
*****
Karena semua wahana sudah mereka nikmati akhirnya mereka memutuskan untuk pulang. Semua pulang dengan wajah bahagia. Mereka berjalan menuju parkiran.
Tiba-tiba Axel menarik tangan Viola saat ia melihat laki-laki yang paling ia hindari di dunia ini berjalan ke arahnya. Ia khawatir jika Viola akan jadi incaran laki-laki itu lagi.
"Diem di belakang gua dan yang lain jangan ada yang bicara," ucap Axel untuk semua sahabatnya sambil menatap tajam satu sosok laki-laki yang sedang berjalan ke arahnya.
"Gua tau Aurora ada di belakang lo," ucap laki-laki tersebut saat sudah berada tepat di depan Axel.
Semua orang melihat ke arah laki-laki itu. Mereka tidak ada mengenal laki-laki itu kecuali Axel dan Viola. Axel mengepalkan tangannya dengan erat. Emosinya sudah di puncak dan sebentar lagi akan meledak.
"Jangan sentuh Aurora, dia milik Asa!" tegas Axel
"Asa sudah mati, sekarang dia milik gua."
"Gua nggak akan biarin lo nyentuh Aurora!"
"Lo yakin? Sekarang gua udah ada di sini dan mulai sekarang Viola Aurelia Aurora milik gua."
Axel sudah sangat emosi. Ia sangat ingin memukul laki-laki yang ada dihadapannya ini, tapi ia tidak ingin menjadi pusat perhatian dan dicap sebagai pembuat rusuh.
"Denger ini baik-baik Renzi Renaldi, gua nggak akan lepasin Aurora untuk laki-laki kayak lo!"
Renzi Renaldi. Seorang laki-laki yang tergila-gila dengan Viola. Ia pernah dua kali memaksa Viola untuk jadi pacarnya dan dua kali itu juga ia masuk rumah sakit akibat amukan Asa.
"Apa lo yakin dengan kondisi lo sekarang? Semakin hari fisik lo semakin lemah, semakin hari tenaga lo juga berkurang, sekarang gua hanya nunggu kabar kematian lo dan gua bisa merebut segalanya"
Axel tersenyum sinis mendengar itu sedangkan Obe, Nathan dan yang lainnya sudah memukuli Renzi. Mereka langsung menjadi pusat perhatian para warga, semua orang yang melihat itu pun memisahkan mereka. Renzi dibawa oleh para warga ke rumah sakit sedangkan Axel dan yang lainnya kembali ke parkiran.
"Suruh Zidan buat jagain lo," ucap Axel sambil melepas genggaman Viola lalu beranjak pergi dari sana.
Viola menyerahkan bonekanya kepada Lyona lalu berlari ke arah Axel. Ia mendekap tubuh Axel dari belakang. Axel pun tersenyum walau hanya sebentar. Axel berbalik menghadap Viola lalu mengelus puncak rambut Viola.
"Benar kata Renzi, gua nggak akan bisa bertahan lebih lama, sebentar lagi gua akan pergi dan mungkin nggak akan kembali, mulai sekarang lo harus bisa hidup tanpa gua di sisi lo. Sekarang saatnya gua menghilangkan semua penghalang di hidup lo sebelum gua pergi untuk selamanya. Semoga lo bahagia selalu dengan Zidan," ucap Axel.
Axel tahu kalau dirinya sudah tidak bisa bertahan lebih lama dan tau kalau harus segera pergi. Ia tidak ingin meninggalkan Viola saat Renzi sudah kembali ke kota ini. Axel sudah siap bertempur dan ia juga sudah kehilangan nyawanya untuk melindungi Viola.
KAMU SEDANG MEMBACA
Axel (Tamat)
Teen FictionSebuah kisah yang menceritakan seorang laki-laki yang berusaha untuk mengabulkan setiap impian sahabat-sahabatnya tanpa memikirkan tentang perasaannya sendiri. Ia yang selalu memendam perasaan sedihnya dan masa kelamnya sendiri. Ia yang sudah mencin...