24

254 37 8
                                    

Peserta camping hari ini semua murid kelas X MIPA 2 ditambah Pak Ghibran, Rendi. Semuanya sudah mendirikan tenda masing masing, setiap tenda di isi dengan 3 sampai 4 orang, karena acara ini hanya satu hari mereka memilih untuk menggunakan uang kas daripada iuran dan karena ini acara bebas mereka boleh sepuasnya ngapain aja karena tidak ada sangkut-pautnya dengan sekolah.

Setelah semuanya mendirikan tenda mereka memilih untuk duduk di bawah pohon besar sambil memakan cemilan yang mereka beli menggunakan uang kas.

"Oke guys karena ini acara kita bukan acara sekolah kita bebas mau ngelakuin apa aja asalkan tidak melanggar peraturan di tempat ini, kalian boleh jalan-jalan asalkan lebih dari 4 orang, jangan pernah sendirian karena di sini bukan wilayah kita jadi kita nggak tau gimana kondisi di wilayah ini," ucap Axel memperingati para sahabat-sahabatnya untuk tidak berpergian sendirian.

"Oke Xel."

Setelah cukup beristirahat mereka pun jalan-jalan di sekitar tempat camping, mereka bikin kelompok jadi saat jalan-jalan mereka tidak sendirian.

Semuanya memilih untuk berfoto, sedangkan Axel hanya tiduran di bawah pohon, dia tidak suka difoto kecuali bersama orang terdekatnya.

"Xel foto yuk," ucap Viola sambil duduk di samping Axel yang masih tiduran.

"Panggil yang lain," ucap Axel sambil merubah posisi tidurnya menjadi posisi duduk.

"Kita berdua aja."

Hati Axel sangat senang mendengar itu, akhirnya ia bisa foto berdua dengan orang yang paling ia sayang, sudah lama mereka sahabatan tapi belum pernah foto berdua.

"Oi Reno fotoin dong," ucap Viola sambil menyodorkan hp miliknya ke Reno.

Reno pun langsung mengambil hp Viola dengan semangat, bagaimana tidak semangat akhirnya ia bisa melihat sahabatnya bahagia walau hanya sebatas foto bersama.

Axel dan Viola sudah berganti banyak gaya mulai dari pegangan tangan, pelukan, bersandar, menggendong dan lain sebagainya, sedangkan Reno hanya bisa memastikan foto yang dia ambil bagus

"Makasih," ucap Axel sambil tersenyum.

"Lo bisa minta bantuan gua kapan aja sob," ucap Reno.

Reno pun pergi meninggalkan Axel dan Viola berdua, Axel menidurkan dirinya seperti tadi di ikuti Viola yang juga tidur disampingnya.

"Baju lo kotor entar," ucap Axel sambil memandang kearah Viola.

"Lo udah punya pacar Xel?" tanya Viola yang masih setia memandang awan.

Axel kaget mendengar itu, sejak kapan seorang Viola ingin tahu tentang hubungan asmaranya.

"Belum."

"Bagus deh kalau gitu, seandainya saat kita tua dan kita masih sama-sama jomblo gua ingin kita bersama-sama terus."

"Orang cantik kayak lo nggak mungkin jomblo."

"Oh tumben muji gua cantik."

"Emang kenyataannya begitu."

"Tapi kalau lo nikah duluan pasti gua bakal kesepian."

"Gua tau itu makannya gua nggak bakal nikah sebelum lo nikah."

"Makasih buat semuanya Xel, gua ingin kita menjadi sahabat selamanya."

Hati Axel sakit saat mendengar itu, Axel tidak bodoh ia paham artinya sahabat selamanya, ia tahu kalau hubungan mereka tidak akan berubah menjadi kekasih tapi Axel masih tetap akan bersamanya sampai akhir hayatnya.

"Vi kalau gua pergi lo bakal gimana?"

"Kalau lo pergi ya pergi aja palingan entar juga kembali lagi."

"Kalau gua pergi selamanya."

"Gua nggak bakal maafin lo."

"Lo udah punya Zidan."

"Zidan nggak bakal bisa gantiin posisi lo."

"Setiap orang punya jalannya masing masing bisa aja setelah ini kita harus pisah."

"Kalau kita pisah kita harus tetap saling berhubungan."

Axel senang mendengar itu, tandanya Viola akan tetap mengingatnya walaupun Axel sudah tiada.

Axel mengalihkan pandangannya ia menatap kearah langit sebentar lalu menutup matanya.

"Makasih Aurora."

Viola kaget mendengar itu, nama panggilannya itu sudah lama tidak ia dengar, hanya Asa yang memanggilnya dengan nama itu.

"Makasih untuk semuanya Viola Aurelia Aurora."

Tiba-tiba hati Viola sedikit gelisah setelah mendengar Axel menyebut nama lengkapnya, sangat jarang Axel bersikap seperti ini.

"Lo nggak papa kan Xel?"

"Hm."

Viola meninggalkan Axel, ia bergabung dengan Lyona yang sedari tadi memanggil namanya.

"Gua harus kuat," ucap Axel sambil menyeka air matanya yang baru saja keluar, untung saja Viola sudah pergi dari sini kalau tidak dia akan malu karena ketahuan nangis.

Axel memilih untuk memungut kayu bakar buat di jadikan api unggun nanti malam, karena dia yang mengusulkan acara ini jadi dia harus bertanggungjawab atas kesuksesan acara ini.

"Lo nggak papa?" tanya Obe sambil membantu memunguti ranting pohon yang sudah terjatuh.

"Emang gua kenapa?"

"Kata Viola tingkah lo aneh kayak orang mau pergi."

Axel hanya tersenyum mendengar itu, ia tidak ingin membahas itu sekarang karena tugas yang diberi Asa kepadanya belum selesai tuntas.

"Enggak papa kok."

"Kalau lo ada masalah bilang ke gua, Nathan, Rendi. Kita sahabat dan gua nggak suka kalau sahabat gua sedih."

"Iya gua paham kok."

Yang Axel paham adalah seberapa banyak ia curhat para sahabatnya tidak akan pernah tau betapa berat cobaan hidupnya, kalau pun ada yang paham itu pun pasti cuma Asa.

"Saat lisan tak bisa dimengerti
Saat kata tak bisa diterjemahkan
Saat rasa tak bisa dirasakan
Saat itulah semuanya berakhir dengan kesepian"

Axel (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang