56

184 24 3
                                    

Matahari mulai muncul sebagai tanda kalau malam sudah berganti menjadi pagi. Setelah mandi Axel langsung menggunakan seragamnya. Saat ia sedang menata gaya rambutnya tiba-tiba perutnya berbunyi dan ia pun langsung menyentuh perutnya.

"Tahan ya. Sesampainya di sekolah gua akan langsung makan kok," ucap Axel sambil mengelus perutnya.

Axel pun bergegas untuk keluar dari kamar. Ia menuruni tangga untuk sampai di lantai satu. Ia berniat untuk langsung pergi ke sekolah tapi tiba-tiba di tarik oleh Wulan untuk sarapan bersama di meja makan. Ia ingin memberontak tapi ia takut untuk melukai perempuan paruh baya itu.

Axel pun hanya bisa pasrah duduk sambil makan sedikit demi sedikit makanan yang sudah disiapkan oleh Wulan untuknya. Ia tidak setega itu untuk menyia-nyiakan makanan yang sudah disiapkan untuknya dan karena ia sudah menjadi anak kos sejak lama jadi ia tau betapa berharganya sebutir nasi untuk kelangsungan hidupnya.

Axel tersenyum saat melihat HP-nya mengeluarkan nada dering dan di layar tersebut tertuliskan nama Viola. Ia mendapatkan spam chat dari sang kekasihnya. Ia senang karena Viola khawatir dengan keadaannya.

"Siapa? Pacar kamu?" tanya Wulan sambil memandang Axel.

"Iya," jawab Axel.

"Lain kali suruh main ke sini," ucap Dirga.

"Enggak akan pernah," ucap Axel.

"Kenapa enggak? Kan cepat atau lambat dia harus kenal ibu sama ayah," ucap Wulan.

"Hubungan kami sudah direstui sama orang tua angkat saya jadi tidak perlu restu dari kalian," ucap Axel sambil berdiri lalu menyampirkan tas di bahunya.

"Xel," ucap Dirga sambil melemparkan sebuah kunci.

Dengan cepat Axel menangkap kunci itu karena kalau tidak kunci itu akan mengenai keningnya dan akan membekas. Saat ia melihat kunci yang ada digenggaman nya itu ternyata itu adalah kunci sepeda motor.

Axel tersenyum tipis melihat itu. Ia merasa beruntung karena hari ini ia tidak akan mengeluarkan uang untuk membayar angkot untuk pergi ke sekolah.

"Akan saya kembalikan dengan bensin full," ucap Axel sambil beranjak pergi meninggalkan Wulan dan Dirga.

"Sifatnya mirip banget sama kamu," ucap Wulan.

"Repot juga kalau kayak gini terus," ucap Dirga.

*****

Kedatangan Axel dengan menaiki motor sport menyita perhatian seluruh murid. Axel yang biasanya menggunakan matic untuk ke sekolah sekarang menggunakan motor sport. Viola bahkan sampai mengucek matanya saking tidak percayanya dengan apa yang ia lihat sekarang.

Axel berjalan dengan santainya tanpa menghiraukan tatapan orang lain. Ia menghampiri sahabat-sahabatnya dan pacarnya yang sudah menunggu kehadirannya dari tadi.

"Nyolong motor siapa?" tanya Obe saat Axel sudah berada tetap di dekatnya.

"Wih mulutnya kalau ngomong nyelekit bener, gini-gini gua nggak suka nyuri motor kalau makanan sih sering," ucap Axel.

"Dih berarti elu kemarin yang makan snack di tas gua," ucap Lyona.

"Dih gila lo, kemarin aja gua lomba mana mungkin gua bisa ngambil makanan lo, kalau kemarin lusa sih gua yang ngambil tapi kemarin sumpah bukan gua," ucap Axel.

Viola pun mencubit perut Axel. Ia bahkan tidak sadar kalau pacarnya itu selalu mengambil makanan milik sahabat sekaligus teman sebangkunya.

Candaan mereka berhenti ketika bel masuk berbunyi. Obe, Nathan, Lyona dan Viola kembali ke kelas sedangkan Axel kembali ke ruang guru. Seharusnya ini bukan jadwal Axel untuk belajar di ruang guru tapi ia harus mendengar jawaban atas permintaannya kemarin.

"Boleh, kamu dikasih 2 jam pelajaran jadi gunain baik-baik," ucap Pak Ghibran.

Dengan perasaan gembira Axel langsung mengarah ke kelas X MIPA 2. Ia bahagia karena permintaannya diizinkan oleh kepala sekolah. Axel langsung masuk aja setelah sampai di depan kelas tersebut.

"Untuk dua jam pelajaran ke depan gua yang akan jadi kalian harus menuruti semua perkataan gua," ucap Axel membuat semua murid di kelas itu kaget.

"Emang sudah dapet izin kak?" tanya Nada.

"Sudah lah, biasa orang pintar kayak gua mah pasti bisa dapet izin," ucap Axel menyombongkan dirinya.

Setelah mengucapkan itu Axel mengenalkan dirinya. Ia tau kalau tanpa perkenalan pasti mereka sudah mengetahui namanya tapi untuk menjaga kesopanan terpaksa ia harus mengenalkan diri.

Setelah perkenalan ia langsung mengajari mereka. Ia menjelaskan secara rinci materi yang ia ajarkan agar semua murid bisa memahaminya dengan jelas. Suasana hati Axel yang tadinya gembira berubah menjadi ketakutan. Ia bukannya takut salah bicara atau apa ia hanya takut kalau muridnya tidak bisa memahami materi yang ia ajarkan.

Satu jam mata pelajar telah ia lewati. Ia menutup buku paket lalu menghadap ke arah murid-muridnya. Ia melihat murid-muridnya satu persatu, ia kebingungan saat melihat Nada dan teman sebangkunya saling berjauhan.

"Lo berdua kenapa? Lagi pada musuhan atau gimana?" tanya Axel sambil menunjuk Nada dan teman sebangkunya.

"Itu kak, si Alin suka sama pacarnya Nada." ucap Brian.

Axel berjalan mendekat ke arah Nada. Ia menatap Nada dan Alin secara bergantian. Walau ia tidak tau apa yang sebenarnya mereka rasakan tapi ia tau kalau mereka masih sangat menyayangi satu sama lain.

"Lo udah besar, jadi harusnya lo bisa ngatur perasaan lo sendiri. Jangan bikin gua khawatir sama hal sepele kayak gini," ucap Axel sambil mengelus puncak kepala Nada.

Sontak tindakan Axel menjadi sorotan seluruh murid yang ada di kelas. Axel hanya tersenyum saat Nada mulai melihatnya. Ia tau kalau perempuan yang ada dihadapannya ini bukan perempuan lemah jadi ia hanya akan memberi satu dorongan kecil untuk memperbaiki hubungan Nada dan Alin.

"Salah satu dari kalian harus berkorban untuk kebahagian yang lainnya. Gua tau ini bukan keputusan yang mudah, tapi terlalu menyakitkan kalau kalian harus menyimpan rasa cinta kepada orang yang sama," ucap Axel.

"Di dunia ini tidak ada yang lebih indah dari hubungan persahabatan. Tidak ada yang lebih lama dari persahabatan. Ikatan persahabatan akan terus berlanjut hingga mata kalian tertutup rapat dan raga kalian dikebumikan," lanjut Axel.

Axel tidak tau rasa sakit yang Nada dan Alin hadapi karena harus mencintai laki-laki yang sama, tapi ia tau kalau seandainya itu terjadi di kehidupannya dan itu terjadi padanya ia akan merelakan perasaannya untuk kebahagian sahabatnya.

"Iya tuh Na, baikan aja udah," ucap Brian.

"Terlalu banyak kenangan yang kalian harus lupain kalau kalian milih buat mutusin ikatan persahabatan kalian," ucap Axel.

"Kak Axel udah nggak perlu ngurusin Nada," ucap Nada sambil menepis tangan Axel.

"Kenapa?" tanya Axel.

"Karena kak Axel udah nggak ada hubungannya dengan keluarga Nada," jawab Nada.

"Mungkin hubungan gua sama Nadhil udah berakhir, tapi tentang kewajiban gua buat jaga lo tetap berlanjut, jadi selama lo ada di kota ini gua akan bantuin lo kalau lo ada masalah mau itu tentang pelajaran ataupun percintaan."

Axel paham betul kalau hubungannya dengan Nadhil sudah berakhir sejak hari itu dan ia juga tau kalau sekarang ia tidak harus membantu Nada, tapi lagi-lagi hatinya berkata lain. Ia bukan orang yang akan diam saja saat temannya sedang ada masalah.

Axel (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang