7

356 54 16
                                    

Hari ini semuanya datang untuk mendukung Lyona, karena ini hari libur mereka sudah tidak harus memikirkan izin dari sekolah, Axel sudah tidak khawatir karena kaki Lyona sudah sembuh dan ia sudah mengajarkan beberapa gerakan kepada perempuan itu.

Pertandingan dimulai lawan Lyona sangat agresif membuat Lyona sedikit kewalahan, Lyona sangat ingin bermain brutal tapi ia ingat perkataan Axel.

'Kalau lawan agresif lo jangan ikut ikut, setelah dia kewalahan baru lo agresif '

Lyona mengikuti arahan Axel karena dia tidak ingin ada kesalahan sedikit pun, rencana Axel sudah sangat matang, semuanya juga sudah dijelaskan oleh Axel secara rinci.

Lyona meminimkan gerakannya, sebisa mungkin dia tidak banyak gerak untuk menyimpan tenaga agar bisa mengalahkan lawannya pada saat saat terakhir.

Setelah cukup lama lawan Lyona akhirnya kewalahan, Lyona yang melihat ada celah langsung bermain agresif, tak ada ampun Lyona memukul lawannya walau lawannya sudah terlihat kesakitan dan akhirnya lawannya pingsan.

"Pemenang Lyona Arly Kusuma," ucap wasit sambil mengangkat tangan kanan Lyona.

Semua orang pun bersorak, Lyona tersenyum bangga walau sudah banyak pertandingan yang pernah ia menangkan tapi kali ini rasanya berbeda, kemenangan kali ini tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

Semua teman sekelas naik ke arena lalu memberikan ucapan selamat, bukan cuman temannya, laki laki yang dia suka pun memberikan ucapan selamat kepadanya membuat Lyona merasa bahagia.

"Makasih Xel, ini semua berkat lo."

*****

Kebesokan harinya kemenangan Lyona yang mendapat juara satu diumumkan disaat upacara, kebahagiaan Lyona setelah memenangkan pertandingan itu tak berakhir karena dirinya semakin lama semakin dekat dengan pujaan hatinya.

Setelah selesai upacara semua murid kembali ke kelas masing-masing tapi tiba-tiba Axel ditarik oleh Rendi pada saat ia sedang masuk kelas.

"Eh babi! Kalau baju gua sobek gimana coba!" ucap Axel sambil menghempaskan tangan Rendi yang masih berada di bahunya.

"Yaelah kagak bakal tai, gua mau ngomong serius," ucap Rendi sedikit pelan agar cuma Axel yang bisa mendengar suaranya.

"Jangan serius-serius, gua masih kecil."

"Maksud gua bukan itu."

"Apa?" tanya Axel dengan suara pelan karena paham situasinya.

"Gua mau nembak Lyona tapi gua nggak tau caranya."

Senyum Axel muncul, ini lah yang paling ditunggu-tunggu oleh-nya selama ini, kesempatan buat bikin sahabatnya bahagia dengan orang selama ini dinantikan.

"Lo bawa bunga?"

"Bawa, masih gua simpen di kelas."

"BAWA SINI LAH BEGO!"

"Lo teriak-teriak kenapa?" tanya Lyona yang baru saja keluar dari kelas.

Seketika Rendi sama Axel kaku, mereka takut kalau Lyona mencurigai mereka berdua dan rencana mereka akan gagal.

"Ni si Rendi tadi gua titip minuman tapi malah ditinggal di kantin, kan bego pakai banget," ucap Axel sambil menunjuk Rendi.

"Orang lupa mah wajar bego," ujar Rendi.

"Ohh gitu, gua masuk dulu ya," pamit Lyona sambil berjalan masuk ke dalam kelas.

"Kalau ngomong pelan-pelan," ucap Rendi kesal karena rencananya hampir gagal.

"Ya elu, aneh-aneh mau nembak orang tapi kagak bawa bunga. Ambil dulu sana gua mau bikin rencana dulu," usir Axel.

Rendi pun kembali ke kelas nya untuk mengambil bunga sedangkan Axel masuk ke dalam kelasnya setelah tau apa yang akan dia rencanakan.

"Oii emak singa lo disuruh pak Anjas ke gedung olahraga," ucap Axel sambil mengetuk meja Lyona.

"Lha ngapain dah? Kan kita nggak ada mapel olahraga," ujar Lyona bingung kenapa dia dipanggil ke gedung olahraga.

"Udah sana cepet sebelum pak Anjas ngamuk ngamuk."

Lyona pun berlari ke gedung olahraga sedangkan Axel memberitahukan rencananya tentang Rendi yang akan menembak Lyona di dalam kelas, setelah Axel menjelaskan semuanya secara rinci semua orang yang ada di kelas pun mengangguk setuju.

Lyona yang marah gara-gara dibohongi oleh Axel pun langsung berlari kencang ke arah kelasnya, ia langsung menendang pintu dengan kencang tapi tidak ada orang selain Rendi yang duduk di kursinya.

"Lha ni orang pada kemana?" tanya Lyona bingung karena cuma Rendi yang ada dibkelas.

"Lo tau gua nggak suka basa-basi jadi gua bakal to the point, gua suka sama lo semenjak kita latihan bareng, mau nggak lo jadi pacar gua," ucap Rendi sambil menyodorkan setangkai bunga mawar ke arah Lyona.

"Ehh goblok, gua udah ngerencanain bagus-bagus malah lu gagalin, mana kata-kata romantisnya," celetuk Axel yang baru saja keluar dari tempat persembunyian nya di belakang kelas.

Semuanya pun keluar dari tempat persembunyian ada yang sembunyi di bawah meja guru, ada yang bersembunyi di belakang meja, ada yang di pojok belakang.

"Rencana lo ribet, pakai kata-kata segala, gua tuh orangnya langsung ceplas-ceplos."

Lyona yang tadinya marah sama Axel langsung bahagia karena tau kalau semua ini adalah rencana dari sahabatnya itu. Sekita perasaan marah yang ia rasakan pun langsung berubah menjadi perasaan bahagia.

"Terima ... Terima ... Terima," ucap semua orang dengan semangat.

"Jadi gimana jawaban lo?" tanya Rendi.

"Ya aku mau," ucap Lyona sambil memeluk Rendi

"Ciee emak singa pacaran, kapan nih traktirannya," ucap Axel menyindir Rendi dan Lyona yang baru saja jadian.

"Traktiran terus pikiran lo, ganggu orang lagi bahagia aja," ucap Rendi.

"Eh ogeb, lo bisa bahagia gara-gara gua jadi lo harus traktir gua makan."

Axel lah orang yang sangat dominan dalam hal mendekatkan Lyona dan Rendi dan semua ini berhasil karena Axel. Andai saja Axel tidak ikut campur tangan tentang hubungan mereka berdua pasti mereka tidak akan pernah sedekat ini.

"Iya-iya besok gua trakir, hari ini gua mau bahagia dulu sama pacar gua," ucap Lyona.

Axel tersenyum bukan karena traktiran tapi tersenyum karena ia sudah berhasil mewujudkan impian Lyona untuk pacaran sama Rendi. Ia bersyukur karena sekarang Lyona sudah bisa berpacaran dengan pangeran yang selama ini perempuan itu kagumi.

Axel (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang