43

226 22 7
                                    


Semua murid SMA Bangsa berbahagia saat mendengar kalau 100% persen murid lulus ujian kenaikan kelas dengan nilai memuaskan. Semua murid sudah belajar dengan giat.

Ratusan murid yang tergabung dari kelas X, XI, XII menyalakan boom smoke. Sekitaran sepuluh lebih boom smoke sudah dinyalakan sebagai tanda kalau mereka sedang berbahagia atas keberhasilan mereka dalam ujian kenaikan kelas.

Selain boom smoke juga ada Alfa Band yang juga ikut memeriahkan suasana. Mereka menyanyikan berbagai lagu diiringi oleh lambaian tangan oleh para murid lain yang menonton.

Tangis pecah saat semua murid menyalami satu persatu guru yang sudah berbaris di tengah lapangan. Para murid mengucapkan terima kasih dan maaf kepada semua guru atas semua kelakuan mereka selama ini.

Lihat seorang Pak Panji yang terkenal galak sekarang terlihat sedih saat bersalaman dengan satu persatu siswa kelas XII. Ia tau ini bukan pertama kalinya perpisahan dengan anak didiknya, tapi ia tau ini adalah awal untuk dirinya berubah menjadi guru yang lebih baik seperti yang di usulkan oleh Axel.

Para murid kelas X dan XI langsung memberikan hadiah perpisahan untuk para murid kelas XII setelah bersalaman dengan para guru. Mereka memberikan hadiah hanya untuk senior yang mereka kenal dan mereka kagumi jadi wajar saja kalau para anggota Alfa Band mendapatkan banyak hadiah dari para adik kelasnya.

Seakan tak mau kalah dari adik kelas mereka para murid kelas XII pun juga memberikan sebuah kenangan yang tidak akan dilupakan oleh para guru dan adik kelas mereka. Mereka menjatuhkan ratusan balon warna-warni dari lantai 3 membuat seisi lapangan penuh dengan balon.

"INI SAAT TERAKHIR JADI KITA NIKMATI!" teriak Deni dengan lantang dari lantai kelas tiga.

Acara perpisahan semakin meriah setelah semuanya mendengar teriakan Deni. Semua Club ekstrakurikuler menunjukan kemampuan mereka masing-masing di tengah lapangan dan semua makanan di kantin gratis khusus hari ini.

Isak tangis dan tawa bahagia bercampur jadi satu. semuanya sedih karena sekarang hari terakhir kelas XII di sekolah ini sedangkan mereka juga bahagia karena mereka lulus dengan nilai memuaskan.

Viola kaget saat Axel tiba-tiba memeluknya erat. Ia tidak bisa berkutik sedikit pun, ia merasa kalau sebagian sarafnya tidak berfungsi dengan benar akibat pelukan Axel.

Detak jantungnya lebih kencang dari biasanya lalu nafasnya menjadi tidak beraturan saat mencium bau parfum Axel.

Semakin lama pelukan Axel semakin erat membuat Viola semakin tidak berdaya dalam pelukannya. Axel berharap dengan pelukan ini ia bisa cepat melupakan Viola dari ingatannya dan menjalani kehidupan barunya.

"Ini untuk terakhir kalinya," bisik Axel di telinga Viola dengan lembut.

Viola langsung tersadar dari lamunannya. Ia merasakan kalau bahunya sudah basah dan saat ia melihat ternyata itu akibat air mata Axel.

"Apa maksud lo!" tegas Viola sambil berusaha melepaskan pelukan Axel, tapi tidak berhasil karena Axel semakin erat memeluknya.

Axel mencoba menghirup bau khas dari Viola berharap agar ia masih bisa mengingatnya bau ini sampai kapanpun dan di manapun ia berada.

Axel melepaskan pelukannya lalu berlari menjauh begitu saja tanpa melihat wajah Viola. Ia menghilang di antara ratusan para siswa yang masih rusuh di lapangan.

Viola langsung berlari dan mencari keberadaan Axel. Sudah banyak siswa entah itu Kakak atau Adik kelas yang ia tabrak, tapi ia tidak menghiraukannya sekarang yang ada di pikirannya hanyalah Axel.

Air mata Viola mulai bercucuran saat ia tak kunjung menemukan keberadaan Axel. Ia memutuskan untuk kembali ke arah gerombolan sahabatnya.

"Lo kenapa?" tanya Lyona sambil memeluk Viola dengan perasaan khawatir karena melihat sahabatnya itu menangis.

"Axel pergi Li," isak Viola dalam pelukan Lyona.

Obe tak perlu berpikir panjang, ia langsung berlari ke sembarang arah untuk mencari Axel. Bukan cuma Obe tapi semua sahabatnya yang lain pun ikut mencari.

Langkah Obe dan sahabat-sahabatnya terhenti saat melihat Nada yang sedang duduk di tangga dengan teman-temannya.

Nada yang sadar kalau dirinya sedang jadi pusat perhatian pun langsung menghampiri para seniornya itu.

"Lo pasti tau Axel pergi kemana!" tegas Obe tanpa basa-basi saat Nada sudah ada di hadapannya.

"Ini," ucap Nada sambil menyerahkan satu sobek surat.

Surat itu milik Axel. Nada hanya disuruh Axel untuk memberikannya kepada Viola. Tanpa membaca surat itu Nada sudah tau ke mana Axel pergi karena kepergian Axel juga berhubungan dengan keluarganya.

Hari ini adalah hari terakhirku.
Sekarang aku bisa pergi dengan tenang setelah bikin semua sahabat-sahabatku bahagia.
Ah harusnya aku nggak bikin janji seperti itu biar bisa tetap di kota ini dan terus melihat Aurora tumbuh menjadi wanita yang cantik.
Mau gimana lagi dari awal janji harus ditepati jadi aku harus nanggung konsekuensinya.
Entah apa yang akan terjadi besok, tapi akan ku jalani dengan sepenuh hati dan siap menanggung semua resiko.
Selamat tinggal semua.
Semoga kalian bahagia.
Salam terakhir dari Axel Zakky Carlo

"Janji apa yang dimaksud?"

"Sebenarnya kak Axel sudah nggak diizinkan untuk di kota ini lagi oleh kedua orang tuanya, tapi dia maksa dan akhirnya Om Victor ngasih dua pilihan untuk Axel, yang pertama adalah Kak Axel kembali bersama mereka saat itu juga, dan yang ke-dua yaitu Kak Axel harus mengenalkan satu perempuan yang dia cintai kalau nggak dia akan dijodohkan dengan Kakak aku dan ternyata Kak Axel nggak bisa ngenalin satu perempuan ke Om Victor jadi hari ini dia harus pulang untuk mengurus perjodohannya."

Obe meremas kertas itu dengan kuat setelah mendengar ucapan Nada. Obe sangat muak dengan sikap Axel yang selalu menyembunyikan masalahnya sendiri.

"Bodoh," lirih Viola sambil menyeka air matanya.

"Tanpa gua kasih tau harusnya kalian sudah tau apa yang akan kita lakukan!" tegas Nathan sambil menghadap ke arah sahabat-sahabatnya lalu dijawab oleh semua orang.

"Kita akan dukung seluruh keputusan lo Xel," gumam Rendi.

Axel (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang