Tak lama setelah kedatangan ke-lima seniornya para sahabat-sahabatnya pun datang. Mereka membaur satu demi satu menunggu perintah dari untuk melakukan penyerangan.
"Serang," perintah Deni sambil berlari duluan.
Semuanya pun langsung berlari ke arah Renzi dan teman-temannya. Selama para laki-laki bertarung Lyona dan Helen bertugas untuk melepas ikatan di tangan Viola dan membawanya pergi dari sana.
"Kita pergi dari sini Vi," ucap Lyona setelah melepaskan ikatan Viola.
"Tapi mereka gimana?" tanya Viola dengan perasaan gelisah karena melihat pacarnya sudah babak belur.
"Mereka pasti bisa tanpa kita," ucap Helen.
"Mereka kalah jumlah Len," ucap Viola.
Walau para sahabat-sahabat dan senior Axel sudah datang, tapi jumlah mereka masih kalah banyak dari pasukan Arka dan Renzi. Mereka harus berusaha keras untuk mengalahkan semua lawannya.
"PERGI JANGAN JADI BEBAN!" teriak Claris dengan lantang.
Viola, Lyona, dan Helen tau untuk siapa ucapan itu. Mereka tau kalau kehadiran mereka disini hanyalah jadi beban untuk sahabat-sahabatnya yang lain tapi mereka juga tidak bisa meninggalkan mereka begitu saja saat kondisi sedang buruk seperti ini.
"Kita pergi dari sini Vi," ucap Lyona sambil menarik tangan Viola.
Perjalan mereka untuk keluar dari gedung tidak mudah karena beberapa kali mereka hampir diserang oleh musuh tapi untung saja ada Rendi dan Axel yang selalu melindungi mereka dan akhirnya mereka bisa keluar dari gedung dengan selamat.
"Waktunya serius," gumam Axel.
Axel langsung menerjang semua orang yang ada di depannya. Ia menendang dan memukul setiap orang sampai orang-orang itu benar-benar terkapar tapi sayang usahanya sia-sia karena sebanyak apapun ia dan sahabat-sahabatnya mengeluarkan tenaga jumlah mereka kalah telak.
Semakin lama tenaga mereka juga semakin berkurang padahal musuh mereka masih bisa bertarung dengan baik. Axel sudah memikirkan satu cara agar sahabat-sahabatnya bisa selamat dari sini tapi ia masih bingung bagaimana menyampaikannya karena sudah pasti para sahabatnya akan menolak usulnya.
"Kita tarik ketua dari mereka menjauh dari sini, kita habisi ketuanya baru anak buahnya," ucap Irfan.
"Oke kak," ucap Axel.
Axel pun langsung menendang Renzi dengan keras membuat laki-laki itu jatuh di tumpukan kardus dan langsung merintih kesakitan. Irfan pun langsung menghantam Arka dengan ribuan pukulannya membuat lawannya itu terus berjalan mundur.
"Ini terakhir kalinya gua kerja sama lo, besok-besok jangan ngerepotin gua," ucap Irfan sambil berdiri di samping Axel.
"Padahal kalau kakak nggak ke sini juga nggak papa," ucap Axel.
Irfan tersenyum kecil mendengar itu. Ia kesini bukan karena disuruh oleh Deni melainkan hatinya yang terus meronta agar dirinya membantu Axel. Tanpa disadari Irfan sudah terbiasa dengan berbagai ocehan juniornya itu dan membuatnya tidak ingin melihat sang junior dalam keadaan menyedihkan.
"Makasih kak, tapi bisa nggak kak Irfan kembali ke yang lain," ucap Axel.
"Lo mau lawan mereka sendirian?" tanya Irfan.
"Iya."
"Jangan bodoh."
"Axel mohon kak."
"Jangan sampai kalah Xel," ucap Irfan sambil pergi dari sana.
Sebenarnya Irfan sangat tidak ingin meninggalkan Axel sendirian tapi ia juga khawatir dengan kondisi Claris yang sedang bertarung melawan laki-laki lain. Sekarang yang bisa ia lakukan adalah membantu yang lainnya dan meninggalkan Axel bersama kedua orang tersebut.
"Kita selesaikan semuanya sekarang," ucap Axel sambil menyeka darah yang keluar dari sudut bibirnya.
"Udah siap mati?" tanya Renzi sambil berdiri.
"Gua nggak akan mati di sini, karena sekarang ada perempuan yang menunggu kepulangan gua," jawab Axel.
"Tapi sayang karena lo akan mati sekarang," ucap Arka.
"Benarkah? Gua nggak yakin," ucap Axel.
"Serang," ucap Renzi sambil berlari ke arah Axel.
Terjadi pertarungan sangat sengit, Axel yang tidak mau mengalah dan terus bergerak ke sana kemari membuat Renzi dan Arka kewalahan menghadapinya. Sementara di satu sisi stamina Axel mulai habis dan sebentar lagi ia tidak akan bisa bergerak dengan leluasa.
Sebelum tenaga benar-benar habis Axel memukul kedua orang itu secara asal entah apa saja bagian badan yang ia kenai tapi ia tidak mempedulikannya. Tak lama kemudian tenaganya habis dan ia terkapar lemas.
Saat kaki Arka ingin menginjak kepala Axel tiba-tiba ada satu tendangan mendarat tepat ulu hatinya membuatnya sesak seketika. Renzi langsung memukul orang yang membantu Axel tapi sayang gerakan orang tersebut sangat cepat, saat ia lengah orang tersebut langsung melayangkan satu tinjuan tepat pada pipi sebelah kanannya dan itu langsung membuatnya loncat mundur.
"Maaf saya telat," ucap laki-laki itu sambil duduk di depan Axel.
"Gua nggak pernah minta bantuan kalian," ucap Axel sambil berusaha berdiri.
"Orang tua anda sangat khawatir jadi sebaiknya anda pulang bersama kami," ucap laki-laki tersebut.
"Orang tua? Jangan bercanda, mereka bukan orang tua gua," ucap Axel sambil berdiri tegap.
"Maaf, tapi saya diperintahkan untuk membawa anda pulang sekarang."
"Kalau boleh tau perbedaan status kita apa?" tanya Axel.
"Anda tuan muda dan saya adalah pengawal."
"Kalau gitu gua punya hak untuk ngasih perintah?"
"Tentu saja itu hak anda."
"Oke, kalau gitu habiskan semua musuh tanpa sisa satu pun."
"Siap."
Axel berjalan meninggalkan pengawal tersebut. Ia berjalan ke arah sahabat-sahabatnya yang masih bertarung dengan para musuh yang lain. Ia melihat juga ada beberapa pengawal yang masih berdiri tegap menunggu perintah darinya.
"Gading, pertarungan ini sekarang milik para pengawal jadi pastikan kalian menang," ucap Axel.
"Siap tuan," ucap Gading sambil membungkukkan badannya.
Para pengawal pun langsung ikut andil dalam pertempuran ini. Axel memaksa semua sahabat-sahabatnya dan para seniornya untuk keluar dari gudang. Membutuhkan waktu lama untuk Axel meyakinkan mereka untuk keluar dari gudang tapi akhirnya berhasil. Mereka semua sudah berada di luar gudang dan hanya tersisa para pengawal dan pasukan Renzi di dalam gudang.
"Pertarungan udah selesai, terima kasih untuk segalanya," ucap Axel sambil membungkukkan badannya.
"Udah jangan terlalu sopan kalau sama kita," ucap Deni sambil mengacak-acak rambut Axel.
"Lo kenal sama orang-orang yang tadi penampilannya kayak bodyguard?" tanya Obe.
"Entah lah tapi gua kenal sama orang yang ngirim mereka ke sini," jawab Axel.
"Mereka orang baik kan?" tanya Nathan.
"Ya gitu lah, selama kalian nggak ikut campur urusan mereka pasti mereka nggak akan ganggu kalian,"
Axel yakin kalau mereka tidak akan ikut campur urusannya selama orang itu tidak memerintah mereka. Ia tidak akan membiarkan orang yang ia sayangi terluka lagi makanya itu ia akan memilih salah satu jalan yang sangat ia benci. Ia akan kembali bersama mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Axel (Tamat)
Teen FictionSebuah kisah yang menceritakan seorang laki-laki yang berusaha untuk mengabulkan setiap impian sahabat-sahabatnya tanpa memikirkan tentang perasaannya sendiri. Ia yang selalu memendam perasaan sedihnya dan masa kelamnya sendiri. Ia yang sudah mencin...