27

261 38 8
                                    

Hari ini Axel berangkat lebih awal karena tidak menjemput Viola, sekarang Viola sudah ada Zidan jadi tidak memerlukan Axel lagi, Zidan dan Viola semakin lama semakin mesra.

Obe hanya bisa pasrah dia tidak tahu siapa yang akan ia dukung, ia sangat ingin menyatukan Axel dan Viola dihubungan percintaan tapi terhalang oleh cinta Viola ke Zidan.

Lima hari yang lalu Nathan hampir saja memukul Zidan gara-gara merebut Viola dari Axel, tapi untung saja dengan cepat Axel menarik Nathan menjauh.

"Pagi," ucap Pak Panji saat memasuki kelas

"Pagi pak," ucap seluruh murid kelas X MIPA 2 dengan semangat, sekarang Pak Panji tak segalak dulu, ia sudah berubah semenjak kejadian Axel memberikan usul kepadanya.

"Sebelum pelajaran bapak ingin menyampaikan sesuatu, kalian sebentar lagi akan melaksanakan Ujian Akhir Semester dan sebentar lagi kalian akan naik ke kelas 2 jadi bapak harap kalian belajar yang giat, terutama kamu Axel, kamu akan menjadi perwakilan sekolah saat ada lomba jadi kamu harus belajar yang rajin"

"Sebaiknya cari orang lain lagi pak," ucap Axel, ia tidak ingin menjadi pusat perhatian karena bayangan akan selalu menjadi bayangan.

"Kenapa emang?"

"Jaga-jaga kalau say---," ucapan Axel terhenti, ia tidak berani mengucapkannya sekarang karena terlalu banyak masalah yang belum ia selesaikan.

"Maaf pak nggak jadi."

Pak Panji hanya menggeleng, ia pun menulis beberapa rumus di papan tulis lalu menjelaskannya, ia fokus ke Axel karena Axel lah yang akan mengharumkan nama sekolah saat ada olimpiade.

*****

Semua mata tertuju ke arah Selly yang sedang menunggu Axel di depan kelas, Rendi lah yang paling tidak menyangka kalau Axel akan berurusan dengan Selly.

"Lo tau kan siapa dia?" tanya Rendi sambil menatap Axel.

"Dia orang baik kok."

"Gua nggak mau lo ikut-ikutan dia," ucap Obe, ia khawatir kalau Axel akan meminum obat-obatan terlarang.

"Dia orang baik."

"Lo boleh pacaran, tapi jangan sama dia Xel," ucap Nathan, ia mengira kalau Selly adalah pacar Axel.

"Dia bukan pacar gua."

"Kalau lo mau gua bisa ngenalin lo ke perempuan yang lebih cantik," ucap Lyona, ia tidak mau kalau Axel terjerumus ke jalan yang salah.

"Nggak perlu."

"Lo gila Xel, dia nggak baik buat lo jauh-jauh dari dia sekarang," ucap Viola.

"Lo nggak tau apa-apa mending diam."

"Gua sahabat lo dari SMP jadi gua tau semuanya tentang lo."

"Dia lebih kenal gua daripada lo Viola Aurelia Aurora."

"Lo kenapa sih kalau manggil gua pakai nama panjang terus?"

"Terserah gua lah mulut-mulut gua ngapain lo repot."

"Itu nama gua."

"Terus gua harus bilang wow gitu."

"Itu udah ngomong."

"Terserah, gua pergi," ucap Axel sambil beranjak pergi dari kelas.

"Berantem?" tanya Selly, ia dari tadi mendengar semua ucapan Axel dan para sahabatnya.

"Udah lah kak, mereka emang gitu," jawab Axel.

Mereka pun berjalan santai. Menjelajahi setiap koridor tanpa tau arah mana yang mereka tuju. Karena bagi mereka berjalan berdua seperti ini dapat mengembalikan kenangan-kenangan mereka bersama Asa saat laki-laki itu masih hidup.

"Rasanya kayak ada kak Asa ya," ucap Axel, ia selalu merasa kalau ada Asa di dekatnya saat bersama Selly.

"Iya ya, gua pengen tahu gimana kabar Asa di sana."

"Pasti bahagia lah kan Kak Asa orang baik."

"Xel, gimana kalau seandainya lo dijemput Asa?"

"Axel senang lah kak kan tandanya tugas Axel di dunia ini sudah berakhir."

"Lo mau ninggalin gua?"

"Kakak orang baik jadi pasti banyak yang sayang sama kakak jadi kalau Axel pergi kakak nggak merasa kehilangan."

"Sebentar lagi gua lulus dan akan pindah keluar kota."

Axel menghentikan langkahnya setelah mendengar itu, hatinya merasa sakit, untuk kedua kalinya Axel akan kehilangan seniornya yang paling dia sayang, pertama Asa dan kedua Selly.

"Axel kira takdir sudah berubah tapi ternyata sama saja ya kak."

"Tenang kan kita masih bisa telfonan."

"Tapi Axel nggak bisa jagain kakak."

"Gua udah besar jadi lo nggak perlu khawatirm"

"Kalau kakak kenapa-kenapa Axel dimarahin Kak Asa."

"Gua akan baik-baik saja, percaya sama gua."

"Tapi kak, saat kakak pergi Axel sudah nggak punya siapa-siapa disini."

"Lo punya senior-senior lo di Club Musik."

"Bukan itu yang Axel maksud, lagi-lagi Axel akan kehilangan orang yang paling Axel kagumi."

"Xel jangan lemah, kita bisa ketemu kapan pun kita mau."

"Kak boleh peluk sebentar sebagai ucapan perpisahan."

"Sini," ucap Selly sambil merentangkan tangannya.

Axel memeluk Selly, ini kesempatan terakhir Axel untuk melihat orang yang paling dia kagumi, untuk kedua kalinya Axel kehilangan senior yang paling berarti dalam hidupnya.

"Makasih ya kak udah bantuin Axel selama ini, udah selalu pundak buat Axel bersandar."


"Sama-sama."

"Kakak panutan Axel sampai kapanpun."

"Maaf Xel gua nggak bisa bikin lo bahagia."

"Udah bisa ketemu kak Selly aja Axel sudah bahagia."

"Makasih Xel."

"Harusnya Axel yang berterimakasih, makasih kak, makasih, makasih, Axel sangat bangga punya senior kayak kakak."

Hari kelulusan Selly adalah hari yang paling Axel benci, hari yang memisahkan seorang junior dengan senior yang paling dikagumi.

Sekarang Axel harus bangkit lagi, dia sudah tidak punya siapa-siapa lagi kecuali para sahabatnya.

"Gua harus bertahan sampai dijemput Kak Asa" gumam Axel

Axel akan terus sendiri dan selalu sendiri karena baginya seorang bayangan tak perlu mendapatkan sebuah kebahagiaan, cepat atau lambat ia akan pergi.

Axel (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang