Sudah sekitaran 10 menit Axel mengikuti Wulan sambil mendorong troli belanja. Ia mengikuti perempuan sambil berjalan malas. Ia bahkan hanya mengangguk setiap ditanya oleh Wulan. Sesekali ia melirik ke arah lain untuk mencari pemandangan lain agar ia tidak terasa bosan.
"Hei, kamu dengerin enggak?" tanya Wulan sambil memberhentikan troli belanja yang di dorong Axel.
"Saya dengerin," jawab Axel sambil menghentikan langkahnya.
"Kalau kamu dengerin mata kamu ngeliat ke arah lain!"
"Yang fungsinya mendengarkan suara itu telinga saya, jadi mata saya nggak ada hubungannya."
"Kamu itu ya, kalau ada yang bicara dilihat jangan dicuekin gitu aja."
"Jadi?" tanya Axel sambil memandang mata Wulan.
"Nah gitu dong! kamu pilih mana? Daging ayam atau daging sapi?"
"Daging ayam."
"Oke. kalau gitu kita beli daging ayam," ucap Wulan.
Axel hanya bisa menggeleng melihat wanita itu selalu membelikan semua benda atau makanan yang ia sukai. Bahkan satu keranjang belanjanya sudah terpenuhi oleh semua cemilan dan bahan makanan yang ia sukai.
Axel menyenderkan punggungnya di tembok sambil menunggu Wulan untuk membayar seluruh belanjaannya. Sesekali ia membuka HP untuk mengabari Viola kalau dirinya sedang sibuk dan tidak bisa menemaninya saat ini. Ia bisa saja pergi meninggalkan perempuan itu, tapi ia tidak sejahat itu. Ia akan melakukan apapun keinginan wanita itu walau dengan berat hati ia harus merelakan waktunya bersama Viola.
Axel langsung menghampiri Wulan saat perempuan itu selesai membayar barang belanjaan. Ia mengambil dua kantong plastik belanjaan dari genggaman Wulan lalu berjalan mendahului wanita itu. Sesampainya parkiran ia langsung memasukan kedua kantong plastik tersebut ke dalam bagasi lalu menutup bagasi tersebut.
"Kita ke cafe sebentar ya. Ada yang ingin Ibu omongin sama kamu," ucap Wulan.
"Iya," ucap Axel.
Axel hanya bisa pasrah duduk di kursi penumpang di samping Wulan yang sedang menyetir. Sesekali ia melirik wanita itu untuk memastikan kalau ini bukan khayalan atau hanya sebatas mimpi belaka. Ia mengecek HP nya saat benda pipih itu mengeluarkan suara nada dering. Ternyata ada sebuah panggilan masuk dan dengan cepat Axel mengangkatnya.
"Halo, Xel. kamu udah sampai rumah?"
"Belum, Vi. Ini mendadak ada urusan keluarga."
"Oh, gitu. Nanti malam bisa main ke sini nggak? Ayah ngundang kamu buat makan malam."
"Nanti malam? Ah kayaknya nggak bisa, aku harus ngerangkum materi dan besok sebelum rapat harus dikumpulin."
"Ngerangkum? Aku bantuin ya?"
"Nggak perlu kok, besok pagi-pagi aku ke sana biar bisa sarapan sama-sama."
"Oke. Jangan lupa bawa martabak manis ya."
"Martabak terus. Lama-lama bangkrut tuh tukang martabak kalau dagangannya aku beli terus."
"Mana mungkin bodoh, dia malah senang kalau kamu beli dagangannya."
"Iya-iya nanti aku beliin. Udah dulu ya ini acaranya mau mulai."
"Iya, semangat calon imamku."
Axel langsung tersenyum setelah mendengar itu. Saat ia ingin membalas perkataan Viola ternyata sambungan teleponnya sudah terputus. Saat ia melirik ke arah Wulan ternyata perempuan itu sedang tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Axel (Tamat)
Teen FictionSebuah kisah yang menceritakan seorang laki-laki yang berusaha untuk mengabulkan setiap impian sahabat-sahabatnya tanpa memikirkan tentang perasaannya sendiri. Ia yang selalu memendam perasaan sedihnya dan masa kelamnya sendiri. Ia yang sudah mencin...