Claris, Deni, Luna, Irfan dan Axel pun langsung ke ruang Club Musik setelah mata pelajaran pak Panji selesai. Mereka masih menertawakan Axel kelakuannya tadi. Setelah sampai Claris, Deni, Luna, Irfan langsung bersiap-siap dengan alat musik masing-masing sedangkan Axel masih diam saja menunggu perintah dari senior-seniornya itu.
"Lo duduk di sana dulu lihatin kita main," ucap Deni sambil menunjuk kursi yang berada di samping pintu Club.
Axel pun menuruti perkataan Deni, sekarang para seniornya itu sedang mempersiapkan diri. Deni sebagai bassis, Claris sebagai Vokalis, Irfan sebagai drummer, Luna sebagai pemain keyboardis.
Mereka memainkan lagu dari Stand Here Alone yang berjudul Hilang Harapan. Yang paling menarik perhatian Axel adalah permainan drum Irfan, tangan Irfan sangat lincah memukul drum-drum yang ada di depannya, dan ia juga kagum melihat Deni yang masih bisa fokus padahal laki-laki itu bermain bass sekaligus bernyanyi.
Lagu dinyanyikan dengan baik oleh ke-empat senior Axel itu, walau ia belum begitu mengenal mereka tapi ia tau kalau senior-seniornya ini mempunyai hati yang baik.
"Gantian lo nyanyi ntar gua video buat nunjukin ke panitia pentas," ucap Deni sambil menyodorkan alat musik bass.
"Tapi saya bisanya gitar."
"Yaudah ni," ucap Luna sambil menyerahkan gitar yang selalu ia simpan di dalam lemari.
Axel yang masih bingung itu pun langsung mengambil gitar yang diserahkan oleh Luna
"Nyanyi aja lagu yang lo bisa," ucap Claris sambil tersenyum.
Axel hanya mengangguk, ia sudah terpikirkan satu buah lagu, ia langsung memetik gitarnya, ia akan menyanyikan lagu yang biasa dinyanyikan agar tidak membuat kesalahan yang fatal.
Kau yang pernah singgah di sini
Dan cerita yang dulu kau ingatkan kembali
Tak mampu aku 'tuk mengenang lagi
Biarlah kenangan kita pupus di hatiTak ada waktu kembali untuk mengulang lagi
Mengenang dirimu di awal dulu
'Ku tahu dirimu dulu hanya meluangkan waktu
Sekedar melepas kisah sedihmuMencintai dalam sepi dan rasa sabar mana lagi
Yang harus 'ku pendam dalam mengagumi dirimu
Melihatmu genggam tangannya, nyaman di dalam pelukannya
Yang mampu membuatku tersadar dan sedikit menepiTak ada waktu kembali untuk mengulang lagi
Mengenang dirimu di awal dulu
'Ku tahu dirimu dulu hanya meluangkan waktu
Sekedar melepas kisah sedihmuMencintai dalam sepi dan rasa sabar mana lagi
Yang harus 'ku pendam dalam mengagumi dirimu
Melihatmu genggam tangannya, nyaman di dalam pelukannya
Yang mampu membuatku tersadar dan sedikit menepiMencintai dalam sepi dan rasa sabar mana lagi
Yang harus 'ku pendam dalam mengagumi dirimu
Melihatmu genggam tangannya, nyaman di dalam pelukannya
Yang mampu membuatku tersadar dan sedikit menepiTersadar dan sedikit menepi
Tersadar dan sedikit menepiSetiap nada dinyanyikan Axel dengan nada rendah agar lagu dan suaranya terdengar indah di telinga senior-seniornya.
"Wihh suara lo bagus juga," puji Deni sambil menepuk punggung Axel.
"Makasih kak," ucap Axel sambil tersenyum. Ia tidak menyangka akan dapat pujian dari senior-seniornya ini.
"Sekarang kan ada gitaris bagaimana kalau pas pentas kita bikin dua kelompok," celetuk Irfan yang sudah memikirkan sebuah rencana yang akan menghebohkan panggung pentas.
"Dua kelompok gimana maksudnya?" tanya Claris yang belum paham akan maksud perkataan Irfan.
"Kelompok pertama kita berlima tampil sama-sama, kelompok kedua si Axel dan Claris duet."
"Lha emang boleh?" tanya Luna masih ragu dengan usulan Irfan.
"Kan katanya kemarin mereka kurang penyanyi duet ya kita ajuin aja Claris sama Axel lumayan kita dapat bayaran double."
"Wihh pinter juga lo, gua hubungin panitia dulu kalau gitu," ucap Deni sambil menelfon pihak panitia.
Axel sebenarnya ingin bertanya soal bayaran yang dibahas oleh para seniornya tapi ia memilih diam bagaimanapun juga dirinya masih orang baru jadi ia tidak perlu ikut campur terlalu dalam.
"Oke kita diizinin, hari ini kita cukupkan latihannya, buat Claris sama Axel kalian pas duet jangan sampai bikin kesalahan," ucap Deni setelah menelfon panitia pentas dan ternyata mendapatkan izin.
"Bentar deh kita berempat kan udah punya seragam nge-band lah ni Axel gimana dong?" tanya Claris yang baru ingat soal seragam band.
"Kita pakai almamater sekolah dulu setelah pentas ini selesai kita baru pikirin soal seragam Axel."
"oh iya sepertinya kita lupa bilang sesuatu," ucap Luna sambil melihat ke arah Deni, Claris dan Irfan secara bergantian.
"Oh iya."
Mereka semua pun melihat ke arah Axel, mereka melihat dengan tatapan marah sedangkan Axel bingung kenapa tiba-tiba para seniornya melihat kearahnya.
"Selamat datang di Alfa band," ucap Deni, Irfan, Claris dan Luna secara bersamaan sambil memeluk Axel, Axel pun tersenyum. Dari dalam hati Axel sangat bahagia karena ia sudah sangat merindukan rasanya dipeluk.
"Tuhan, apa boleh orang hina seperti ku ini mendapatkan kebahagiaan seperti ini" batin Axel
"Untuk tuhan, aku sadar kalau diriku hina dan tak pantas tuk meminta tapi ku mohon biarkan aku merasakan kebahagiaan ini lebih lama sebelum aku pergi kesisi mu selamanya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Axel (Tamat)
Teen FictionSebuah kisah yang menceritakan seorang laki-laki yang berusaha untuk mengabulkan setiap impian sahabat-sahabatnya tanpa memikirkan tentang perasaannya sendiri. Ia yang selalu memendam perasaan sedihnya dan masa kelamnya sendiri. Ia yang sudah mencin...