Setelah kejadian di kantin tadi Axel, Obe dan Helen kembali ke kelas bersama-sama, sebenarnya tadi Helen udah ingin pergi duluan tapi dicegah oleh Axel
"Ehh lo berdua duluan aja, gua ada urusan sebentar," ucap Axel sambil berbalik lalu lari begitu saja.
"Lanjut lagi yuk," ajak Obe mengajak Helen melanjutkan perjalanan ke kelas.
"Iya."
"Maaf ya soal tadi di kantin, nanti gua yang bakal kasih Axel pelajaran."
"Nggak usah kan udah biasa Axel jahil kayak gitu."
Itu yang diucapkan mulut mereka padahal hati mereka sangat berterima kasih kepada Axel karena sudah membuat hal yang tak akan pernah mereka berdua lupakan.
"Nanti malam ada acara nggak?"
"Nggak ada, emang kenapa?"
"Ehh nggak papa."
Obe masih terlalu canggung untuk mengajak Helen kencan, sekarang ia butuh Axel untuk menjadi perantara perasaan ia ke Helen.
Saat sudah ada di depan kelas Obe melihat suatu pemandangan yang pasti akan membuat Axel sakit hati kalau laki-laki itu melihatnya.
Zidan dan Viola sedang bermesraan di dalam kelas, dengan seenak jidatnya Zidan duduk di kursi Lyona lalu mengobrol dengan santainya dengan Viola.
Obe ingin sekali mengusir Zidan dari sini tapi nanti pasti Viola akan marah kepadanya. Bukan cuma Obe yang berniat mengusir laki laki itu. Lyona, Rendi dan Nathan sudah sangat geram melihat Zidan mendekati Viola.
"Lha Axel mana Be?" tanya Viola yang sadar kalau Obe sudah memasuki kelas .
"Ketemu sama ajalnya kali."
"Astaghfirullah Be, kalau ngomong disaring, gitu-gitu masih sahabat lo," sahut Reno
"Ya kan umur kagak ada yang tahu, jadi doain aja biar dia tenang di alam sana."
"Eh monyet, kalau ngomong disaring, gitu-gitu masih punya hutang sama gua, kalau dia mati lo mau bayarin utang dia."
"Ya ogah, tuh Axel hidup ngeribetin mati juga masih ngeribetin."
Di satu sisi ada seorang laki-laki berada di luar kelas, ia melihat sahabat sekaligus orang yang dicintainya sedang bermesraan dengan orang lain.
Hatinya sungguh hancur melihat orang yang disukainya bahagia tanpa ia sisinya.
ia memaksakan senyumnya setelah hatinya sudah mantap untuk masuk kelas ia langsung berjalan kedalam kelas.
"Yo Yo hei hei kembali lagi dengan Axel yang paling ganteng disini," ucap Axel saat sudah berada didalam kelas.
"Lo sama Obe masih gantengan Obe jadi jangan kepedean," ucap Nathan.
"Ihh Be jauh jauh dari Nathan, dia baru aja bilang lo ganteng jangan jangan dia homo," ucap Axel, sedangkan Obe langsung mundur menjauh dari Nathan.
"Kok lo percaya sama omongan Axel yang jelas-jelas kagak bener sih Be."
"Udah-udah kita jangan debat kasian sama orang yang lagi pacaran," sindir Axel
"Yaelah kalau mau debat debat aja kali nggak usah ngurusin kita berdua," ketus Zidan.
"Lha yang emang gua maksud elo? Noh gua nyindir Lyona sama Rendi yang lagi mojok," ucap Axel sambil menunjuk Lyona dan Rendi yang sedang asik mengobrol dipojok kelas.
"Eh kambing suka amat ganggu orang pacaran sih lo," ucap Rendi.
"Lo berdua kalau mau pacaran lihat tempat, di kelas isinya orang jomblo jangan bikin iri."
"Makannya jangan jomblo, kalau suka sama orang tuh diomongin jangan dibiarin begitu aja diembat orang baru tau rasa lo."
"Wah dia nyindir lo Be, bales Be, kalau gua jadi lo udah gua habisin tuh Rendi."
"Wah lo punya masalah apa sama gua Ren, minta digebukin bareng-bareng nih."
"Wah jadi seru ni gua bantuin Rendi aja ah."
"Dah ah nggak seru, emak singa bantuin Rendi udah pasti kalah kita, damai aja dah."
"Iya damai aja, kan damai itu indah."
"Iya damai itu indah, mamah tau sendiri."
"Salah server."
"Udah-udah damai, ada orang lagi pdkt nih kagak enak kalau kita rusuh."
Mereka yang tadi berencana membuat rusuh langsung mengurungkan niat setelah mendengarkan ucapan Axel.
Semua orang tahu kalau Axel sedang merasakan sakit hati karena orang yang disayang sedang bermesraan dengan orang lain didepan matanya sendiri.
"Gimana kalau kita adain acara camping habis ujian tengah semester," usul Axel yang sudah sejak lama ingin bercamping bersama sahabat-sahabatnya ini.
"Nah setuju gua, kita ajak Pak Ghibran sekalian buat jadi pembimbing," ucap Rendi yang berniat ikut dalam acara.
"Lo kalau main ikut bayar dulu, kita aja paksain bayar kas buat bikin agenda kayak gini."
"Alah soal uang gampang yang penting gua bisa liburan sama pacar."
"Oke guys karena Rendi mau menjadi sponsor utama, kita nggak perlu mengeluarkan uang kas."
"Oi kapan gua bilang gitu, lo semua pada bayar sendiri-sendiri."
"Yah nggak seru nih, kakak kelas kok nggak perhatian sama adik kelas."
"Lo aja kagak pernah sopan sama gua."
"Yaelah iya iya, gua ke ruang guru dulu buat ngomong sama Pak Ghibran."
"Semangat Xel," ucap Reno.
"Lo juga ikut kambing," ucap Axel sambil menarik Reno ke luar kelas lalu menuju ke ruang guru untuk berbicara sama Pak Ghibran.
"Lo nggak papa Xel?" tanya Reno kepada Axel saat sudah berada diluar kelas.
"Emang gua kenapa? Gua sehat sehat aja kok."
"Iya tubuh lo sehat, tapi hati lo hancur."
"Tenang, gua udah biasa jadi kalian nggak usah khawatir."
"Justru ini yang kami takut kan Xel, lo nggak pernah bilang tentang kehidupan dan perasaan lo sedikit pun, kami takut kalau lo tiba tiba hilang dari kehidupan kami."
Axel memang orang yang sangat ceria saking cerianya ia tidak pernah kelihatan sedih di depan para sahabat-sahabatnya, ia terlalu pintar menyembunyikan perasaan sedihnya sampai-sampai ia sudah tidak bisa membedakan mana waktunya tertawa dan mana waktunya sedih karena seumur hidupnya ia selalu tertawa untuk menutupi seluruh kesedihannya.
"Perjalanan hidup kita berbeda tapi kita akan saling membantu sampai raga kita sudah dikebumikan"
KAMU SEDANG MEMBACA
Axel (Tamat)
Teen FictionSebuah kisah yang menceritakan seorang laki-laki yang berusaha untuk mengabulkan setiap impian sahabat-sahabatnya tanpa memikirkan tentang perasaannya sendiri. Ia yang selalu memendam perasaan sedihnya dan masa kelamnya sendiri. Ia yang sudah mencin...